Sabtu, 13 Desember 2014

Risalah Tentang Metode ( Judul asli: Le descours de la Methode)


Judul               : Risalah Tentang Metode ( Judul asli: Le descours de la Methode)
Penulis             : Descartes
Halaman          : 32 dari 57 hlm
Penerbit           : Gramedia Pustaka Utama
Peresensi         : Lya Lutfuntika IM2

            Buku ini ditulis oleh seorang ilmuwan dunia yang terkenal dengan pernyataannya“Aku berfikir maka aku ada”. Saat ini pernyataan itu terasa biasa saja, tapi pada masa beliau, ini adalah sebuah revolusi mental –gaya Prof. Anies Baswedan- , karena itu berarti menentang tirani yang sedang kokoh berdiri. Sekedar informasi, Descartes hidup kurang lebih semasa dengan Galileo Galilei.
            Buku ini membahas tentang metode dalam menemukan kebenaran –walaupun sebenarnya Peresensi belum selesai dalam membaca buku ini- yang ternyata harus ditelaah lagi secara mendalam untuk menemukan suatu kebenaran. Karena bisa jadi apa yang kita anggap suatu kebenaran bukanlah yang benar-benar Kebenaran, melainkan asumsi yang dibangun sejak nenek moyang bahwa itu benar dan kita hanya mengikutinya saja.
Dalam menemukan kebenaran ini, manusia memiliki alat yang cukup untuk mendapatkannya. Ia adalah nalar (red: akal). Kita memiliki nalar yang tidak lebih buruk ataupun tidak lebih baik daripada orang lain, melainkan sama saja. Yang membedakan adalah bagimana kita menggunakannya. Descartes pun menganggap buku ini hanya sekedar alat untuk mengutarakan apa yang dia pikirkan, bukan untuk menjadi sebuah paham yang benar dan harus diikuti oleh orang-orang.
Dalam menemukan kebenaran, Descartes skeptic terhadap konsep ilmu logika (silogisme), geometri dan aljabar. Beliau menemukan empat prinsip hasil pemikirannya sendiri yang dianggap bisa menjadi kaidah pokok yang tepat dalam menemukan kebenaran. Padahal dalam pengamatan peresensi, empat prinsip yang beliau kemukakan itu sesungguhnya tercakup dalam konsep ilmu logika, geometri dan aljabar.
            Selanjutnya, Descartes menegaskan bahwa tugas kita focus terhadap cara yang telah kita pilih, baik yakin maupun ragu. Beliau menggambarkan ketika di hutan, kita telah memutuskan untuk memilih jalan, maka luruslah terus dan jangan pernah berbelok. Karena meskipun pilihan itu salah, setidaknya kita sampai pada sebuah tempat, dan itu lebih baik daripada tetap di tengah hutan.

Tampaknya ilmu aljabar begitu merasuk ke alam bawah sadar ilmuwan ini. Sehingga banyak sekali analogi-analogi yang beliau tuliskan untuk menjelaskan tujuan yang sebenarnya. Mungkin ini karena sikap hati-hati dan sifat rendah hati beliau yang ingin menjelaskan sejelas-jelasnya tanpa menyakiti pendapat yang berbeda.

sumber gambar: www.sophiararebooks.com

Rindu


Judul Buku      : Rindu
Penulis             : Tere Liye
Tebal               : 544 halaman
Penerbit           : Republika

Novel yang sudah masuk cetakan ke 4 setelah 2 bulan terbit ini menceritakan tentang perjalanan rakyat pribumi dalam menjalankan haji. Tahun 1938 pada saat itu, dan perjalanan haji tersebut berlangsung selama 9 bulan dengan menggunakan kapal “Blitar Holland”.  Adalah Ahmad karaeng, yang sering dipanggil dengan Gurutta (guru kami) seorang ulama dari Makasar yang namanya terkenal hingga penjuru nusantara. Lewatnyalah keempat persoalan bisa terselesaikan.
Kisah pertama datang dari seorang guru ngaji di kapal tersebut yaitu Bonde upe. Seorang wanita keturunan china yang berusia sekitar 40 tahun. Dia seorang yg pendiam dan jarang bergaul dengan yang lain karena masa lalunya yang silam. Dalam perjalanan itu dia membawa pertanyaan yang besar “ Apakah allah akan menerimanya?”
Kisah kedua dari daeng Andipati, seorang pedagang kaya yang berpendidikan. Ia telah mengenyam pendidikan hingga belanda. Ia mempunyai keluarga yang harmonis, istri yang baik dan anak-anak yang lucu, riang, pintar. Namun dalam kesempurnaan itu ternyata ia tidaklah mendapatkan kebahagiaan yang sejati karena dendam yang mendalam kepada ayahnya.
Kisah ketiga datang dari seorang Mbah Kakung yang ditinggal mati istrinya dalam perjalanan menuju Mekkah. Haji merupakan cita – cita mereka, wujud cinta kasih mereka. Pasangan yang selalu mesra walau sudah berumur 80-an. Mereka adalah pasangan paling harmonis di kapal tersebut. Namun kematian tidak dapat ditangguhkan. Di atas samudra hindia Mbah Putri meninggal dan jasadnya ditenggelamkan disana.
Kisah keempat dari seorang pemuda pendiam, Ambo Uleng . Pemuda yang sedang patah hati, ia ingin pergi sejauh – jauhnya dari pare –pare hingga ia melamar sebagai kelasi di kapal Blitar Holland.
Kisah kelima yaitu dari seorang ulama termahsyur yang setiap perkataannya didengar oleh banyak orang. Ulama yang telah menulis 100 buku. Ulama yang memberikan nasehat dan jawaban dari keempat kisah diatas, namun dia tidak bisa menjawab pertanyaan yg ada pada dirinya. Ya, dialah gurutta Ahmad Karaeng. Karena kisahnya dulu ketika sedang menuntut ilmu di salah satu pesantren  di Aceh. Ia menyukai salah satu anak dari pemilik pesantren tersebut. Karena pemilik pesantren seorang yg melawan pemerintahan belanda pada saat itu, hingga akhirnya belanda menyerang pesantren tersebut yang menyebabkan keluarga pemilik pesantren meninggal. itu menjadi penyebab gurutta tidak pernah berani untuk memimpin perlawanan pada kolonial belanda, ia berjuang melawan belanda dengan menulis dan ceramah. Ia tidak ingin kehilangan orang –orang yang ia kasihi. 

Di atas kapal Blitar Holland semuanya mendapatkan jawabannya. Perjalanan panjang yang berarti bagi setiap penumpangnya. Perjalanan yang berharga dalam melepaskan kerinduan yang sangat kepada sang khaliq.

Peresume: Aji Mindarsih IM 1

sumber gambar: http://auliayusizulva.blogspot.com/2014/10/resensi-novel-rindu.html

Pesta Jangkrik

Berbeda dengan cerita anak yang pernah saya baca sebelumnya, cerita anak karya Arswendo Atmowiloto ini sangat khas dengan sastra anak. Ia mengangkat tema-tema yang tidak umum atau jarang dilakukan anak-anak zaman sekarang. Pada beberapa sub judul kita akan diajak kembali menyusuri manisnya masa kanak-kanak zaman dulu. Mencari jangkrik, bermain masak-masakan, manjat pohon untuk panen buah bersama dan pengalaman menarik lainnya.

Meskipun dengan setting dan tokoh anak-anak pedesaan namun cerita ini masih saja menarik dan nyaman untuk dibaca anak-anak zaman sekarang. Dengan tokoh seorang anak perempuan bernama Karti, Ia cukup mandiri dan bertanggung jawab atas kebahagiaan keempat adiknya. Selain senang membantu kedua orang tuanya ia juga sangat cerdas, baginya menyelesaikan masalah dengan teman dan adik-adiknya itu hal sepele.

Membaca satu persatu ceritanya, kita akan menemukan kejutan-kejutan. Mengikuti konflik yang  khas anak-anak dan penyelesaian masalahnya tak biasa-biasa saja.Pada sub judul “Otak Ayam Goreng:Asyik!” sangat menggelitik saya, bagaimana si Adik merengek karena ingin makan otak ayam namun orang tuanya dan Karti tak mampu membeli. Karti keluar rumah dan beberapa saat kemudian dengan sebungkus makanan Karti datang, ia langsung memberikan makanan itu pada si Adik hingga adiknya terdiam dan mengira itu adalah otak ayam. Padahal yang dilakukan Karti hanya menggoreng tahu pada minyak bekas menggoreng ayam milik tetangganya yang buka warung makanan, sehingga bentuk dan rasanya sekilas mirip otak ayam. Satu hal yang saya suka, cerita anak ini memang bukan cerita anak Islami tapi setiap judul cerita pasti syarat pesan moral. Buku yang layak dibaca bagi penulis cernak, orang tua dan anak-anak.


Judul               : Pesta Jangkrik
Penulis             : Arswendo Atmowiloto
Penerbit           : Grasindo
Halaman          : 1-57
Pembuat          : Amiris Sholehah,  IM 1 

sumber gambar: www.merdeka.com

Jumat, 12 Desember 2014

The Chronicles of Ghazi, Seri #1 (Novel Sejarah)






Judul Buku             : The Chronicles of Ghazi, Seri #1 (Novel Sejarah)
Pengarang             : Felix Siauw dan Say Muhammad Isa
Penerbit                   : Mizania
Tebal                      : 304 Halaman
Terbitan                 : Feb, 2014

Saya dapatkan buku ini sebagai hadiah dari Workshop Menulis Resensi event Indonesia Readers Festival yang diselenggarakan oleh Goodreads Indonesia. Sebenarnya saya agak kurang suka fiksi sejarah karena sambil baca bukunya, kadang juga harus baca buku lain atau sambil googling, tapi karena saya menyenangi sejarah kekhalifahan Islam (tapi gak punya preferensi fanatisme ke organ atau tokoh tertentu ya J), maka saya coba juga untuk membaca novel ini. Ketika melihat sinopsis di bagian belakang buku ini, sejenak saya berpikir, sepertinya novel ini juga berkaitan dengan film Hollywood: Dracula Untold Story. Makin yakin memang ada kaitannya setelah membaca kritik Ust. Felix terhadap film tersebut.

Well, walaupun novel ini ditulis oleh sosok kontroversial, tapi saya coba abaikan hal tersebut. Bagi saya, gagasan seseorang itu harus murni penilaiannya dari karakter sosok orang tersebut. Apalagi ini gagasan dia dari sisi yang lain. Buku yang diulis oleh Felix Siauw dan Say Muhammad Isa ini diawali dengan cerita masa kanak-kanak Mehmed II yang kemudian kita kenal sebagai Al-Fatih dengan Vlad III si Drakula. Pada suatu pagi selepas shubuh, ada episode di mana Vlad III kecil memang sudah menunjukkan gejala psikopatnya, yaitu menyiksa kucing dengan menusukkan tiang kayu yang ujungnya runcing ke tubuh kucing secara tegak (selain di novel ini, di filmnya, malah orang yang mati disula). Memang sih ada kontra sejarah antara novel ini dengan film hollywood tersebut. Ya,,namanya juga karya fiksi, walaupun sejarah tetap saja tidak bisa dijadikan sandaran. Tapi resume/resensi ini tidak akan membahas kontroversi film tersebut, pun dikonfrontasi dengan novel ini. Biarlah resume ini hanya membahas karya sastra saja, ehehehe.

Novel ini dari awal sampai akhir penceritaan yang diungkap adalah perang antara pasukan Kesultanan Usmani dengan pasukan koalisi Salib Balkan. Lumayan menarik untuk dibaca, karena mengambil sudut pandang dari kedua kubu. Tokoh yang disorot juga cukup banyak (bisa dilihat di bagian awal novel ini), sehingga bisa dirasakan ketegangan dari kedua kubu tersebut.

Sayangnya novel ini alurnya lebih banyak mundur. Mungkin karena baru seri pertama. Inti dari cerita ini lebih kepada bagaimana Sultan Bayazid I, ayahnya Mehmed II (yang kalau  di film malah mati oleh Vlad III si Dracula, walaupun menurut Ust. Felix, justru malah Vlad III yang meninggal di tangan Mehmed II), menalukkan balkan dan anatolia, wilayah kekuasaannya kakek dan ayahnya si Vlad III Dracula. Dan pertarungan Mehmed II Fatih dengan si Vlad ini entah ada di seri yang ke berapa.

So far siy, novel ini bahasanya cukup mengalir, di bagian awal disajikan daftar tokoh yang dari nama-namanya saja cukup asing dan susah diingat. Ini cukup membantu pembaca jika di tengah cerita lupa mengenai sosok si tokoh yang dihadirkan di pertengahan cerita. Daftar tokoh ini juga ditambahkan informasi keterkaitan dengan tokoh lainnya. Sebenarnya bagi penyuka fiksi sejarah justru membaca novel ini akan sangat mudah. Tapi bagi saya, yang kurang suka, walaupun menyenangi sejarah, tentu akan cukup banyak effort yang diperlukan. Sekian

Deri IM1

sumber: https://djenderal4arwah.wordpress.com/2014/02/27/1346/

Super Leader Manager





Judul                           : Muhammad SAW The Super Leader Super Manager
JumlahHalaman           : 291
Penulis                         : Dr. Muhammad Syafii Antonio, M.Ec

Muhammad Sebagai Pemimpin Sosial Politik

            Sebagai kepala pemerintahan Madinah, Muhammad SAW menggabungkan kepemimpinan politik dan militer. Strategi politik Muhammad SAW tidak membangun kerajaan melainkan sebuah Negara dengan prinsip-prinsip baru yang berbeda dengan tradisi yang ada pada waktu itu. Unsur yang beliau fokuskan pertama kali adalah membentuk warna sebagai power-base.
            Saat itu di Madinah ada 3 golongan yang Rasulullah temui yaitu para sahabat (Anshor dan Muhajirin), kaum musyrik dan orang-orang Yahudi. Tiap golongan memiliki permasalahan yang berbeda yang harus beliau hadapi. Pada masa permulaan hijrah, Madinah bukanlah negeri yang kaya ditambah adanya embargo dari musuh-musuh Islam. Dalam keadaan demikian setidaknya ada 2 hal yang dilakukan Muhammad SAW sebagai pemimpin. Pertama, mengirimkan ekspedisi-ekspedisi muslim muhajirin untuk menghadang dan menakut-nakuti kafilah dagang Mekah. Kedua, membuat kebijakan politik ekonomi yang berisikan aturan-aturan tentang perekonomian.
            Kebijakan social politik pada periode Madinah pertama adalah mempersaudarakan muhajirin dan anshar. Makna persaudaraan yang Rasulullah bentuk adalah eyanya fanatisme kesukuan jahiliyah dan tidak ada pengabdian selain  Islam. Persaudaraan merupakan konsep mendasar peradaban Islam. Hubungan persaudaraan merupakan hubungan paling kuat dibanding ikatan lainnya. Pola persaudaraan seperti ini unik dan belum ada duplikasinya dalam sejarah. Langkah politik selanjutnya adalah membuat kesepakatan antar fraksi yang ada di Madinah yang dikenal sebagai Piagam Madinah. Hal  ini bertujuan utnuk menciptakan suasana aman, damai, dan tentram dengan mengatur wilayah dalam satu arahan. Langkah ketiga,  Rasulullah memberikan kesetaraan bagi semua warga dengan memberikan jaminan ketenangan dan keamanan bahkan kepada kaum minoritas dengan nyawanya sendiri. Persoalan pendidikan juga tidak luput dari fokus Rasulullah pada masa awal kepemerintahan beliau. Ketika perang Badar usai terdapat 70 orang Quraisy Makkah menjadi tawanan. Masing-masing mereka diminta untuk mengajari 10 orang anak-anak dan orang dewasa Madinah dalam membaca dan menulis sebagai syarat pembebasan mereka. Dengan demikian, dalam kesempatan ini 700 orang penduduk Madinah berhasil dientaskan dari buta huruf.
            Selain berhasil dalam mengurusi persoalan dalam negeri Madinah, Muhammad SAW juga cukup berhasil menjalankan politik luar negeri. Salah satu keberhasilannya adalah kesuksesan dalam perjanjian Hudaibiyah yang mencakup beberapa poin. Cakupan perjanjian tersebut yaitu : 1) Pengakuan Quraisy terhadap kepemimpinan Muhammad SAW, 2) Pengakuan terhadap kekuatan politik Madinah, 3) Gencatan senjata yang member kesempatan untuk membangun masyarakat dan politik luar negeri Madinah.  Langkah politik luar negeri lainnya yaitu dengan mengirim utusan diplomatik untuk menemui para penguasa di jazirah Arab dan mengajak mereka memeluk Islam seperti Romawi, Persia, Ghassan, Yaman, Mesir,danAbisinia.
            Pada aspek ekonomi sebagai sarana untuk menyejahterakan semua warga, Negara Madinah tidak luput dari berbagai persoalan. Salah satunya adalah embargo dari bangsa Quraisy dan sekutunya. Di sisi lain penduduk Madinah yang semakin bertambah karena kedatangan kaum Muhajirin sementara perekonomian Madinah dikuasai oleh kaum Yahudi yang dikenal mahir dalam melakukan aktivitas perekonomian. Berikut beberapa kebijakan ekonomi Rasulullah SAW yang digambarkan secara ringkas.
            Kebijakan pertama yaitu melarang Riba, Gharar, Ikhtikar, Tadlis, dan Market Inefficiency dalam operasional pasar atau aktivitas ekonomi. Kemudian beliau juga memperhatikan sistem upah dimana salah satu pesan beliau adalah agar membayar upah buruh sesegera mungkin sebelum keringat mereka kering. Pada skala yang  lebih besar yaitu pada kebijakan Fiskal dan Keuangan Publik atau kebijakan pemerintah dalam mengelola pemasukan dan pengeluaran negara. Secara sederhana pada awal sebelum ekspansi unsure penting kebijakan fiskal adalah kontribusi fay dan shodaqoh. Kebijakan ini hampir sama pada masa Abu Bakar karena belum banyak persoalan yang muncul. Selain itu adanya pembayaran zakat, khums (rampasan perang), jizyah (pajakbagi non-Muslim), kharaj (pajak/hasil sewa tanah), dan Usyr (bea impor). Kemudian pada masa Umar sudah ada pula standarisasi dinar dirham seiring dengan kondisi Madinah yang mulai mapan. Adapula lembaga administrasi kekayaan negara yang disebut Bayt al-Mal yang mengatur
kesejahteraan sector publik.

sumber gambar: dederusnadi.blogspot.com

Selasa, 09 Desember 2014

Dalam Dekapan Ukhuwah





Kategori bacaan     : Buku
Judul              : Dalam Dekapan Ukhuwah
Bab               : Karena Ukuran Kita Tak Sama
Halaman           : 254-264
Penulis             : Salim A Fillah
Penerbit            : ProU Media

Baiklah, setelah menimbang-nimbang beberapa hal, akhirnya saya bedah buku ini. Hasil kegalauan pengen baca shirah Rasulullah, para sahabat dan orang2 sholih terdahulu, salah satunya buku ini yang akhirnya dipilih jari-jemari saya setelah menelusuri jajaran rak buku di depan mata saya. Apa hubungannya buku ini dengan shirah? Sangat dekat.

Salah satu hal yang membuat saya menggemari tulisan-tulisan Salim A Fillah sejak zaman SMA adalah, pengetahuan beliau tentang shirah itu sendiri yang dipadu dengan kepiawaian beliau menangkap hikmah-hikmah tematik dari kisah generasi awal umat ini. Salah satunya dalam bab yang akan saya resume kali ini. Ya, ukuran kita tak sama.

Bahasan dalam bab ini dimulai dengan suatu kisah dalam sepenggal kepemimpinan Umar bin Khattab ketika menjadi Khalifah. Ya, di tengah-tengah teriknya matahari di gurun yang disertai badai pasir, Amirul Mukminin yang berbadan tinggi besar sedang berlarian mengejar unta zakat yang kabur. Sementara, di dekatnya di sebuah dangau yang terletak di padang gembalaan, ada Utsman bin 'Affan yg sedang berteduh.

Melihat fenomena Amirul Mukminin yang sedang berlarian mengejar unta zakat, maka Utsman pun memanggil Umar untuk berteduh, dan menawarkan bantuan agar budaknyanya yang mengejar. Namun Umar menolak karena itu tanggung jawabnya. Bagaimana nanti ketika ia ditanya Allah tentang unta yang kabur itu? Masya Allah... saya selalu kagum sisi ini dari Umar. Dia selalu memikirkan pertanggungjawaban dihadapan Allah tentang perbuatannya.

Yang unik dari kisah ini, mengapa Utsman menurut saja ketika Umar menolak bantuan yang ia tawarkan? Mungkin kalau normalnya, ini pemimpin lari pontang-panting di tengah badai pasir elu malah enak-enak aja berteduh di dangau. Disuruh ga usah bantu patuh banget.

Tapi, dalam dekapan ukhuwah tidaklah demikian. Umar yang memang sejak dari mudanya jago bergulat, penggembala ternak ayahnya di padang gembalaan gurun, akan jauh berbeda dengan Utsman yang berasal dari keluarga kaya. Tidak bisa Utsman diminta setangguh Umar mengejar unta kabur di tengah badai pasir gurun. Adapun kebaikan yang akan Utsman lakukan ketika tawarannya Umar terima agar budaknya saja yang mengejar, tentulah budak itu akan dibebaskan dengan bekal bertimbun dinar kalau berhasil menagkap untanya.

Ya, mereka tak sama, mereka berbeda dalam kapasitas, namun mempunyai keunggulannya sendiri. Umar dengan kekuatannya, Utsman dengan kedermawanannya.

Dalam hidup, alangkah bijak ketika memahami ini, ukuran-ukuran orang-orang disekitar kita. Saling menghargai kelebihan dan kekurangan masing-masing, sehingga tercipta harmoni yang jika semua itu memancarkan kebaikan, kebaikannya akan sama berkilaunya, namun dengan warna yang berbeda.

Alangkah indahnya...

6 Desember 2014
Devy, IM2

Sumber Gambar: jembatanpemikiran.blogspot.com