Jumat, 13 Oktober 2017

Garis Waktu



Pada sebuah garis waktu yang
merangkak maju, akan ada saatnya
kau ingin melompat mundur pada
titik-titik kenangan tertentu. Namun
tiada guna, garis waktu takkan
memperlambat gerakannya barang
sedetik pun. Ia hanya mampu maju
dan terus maju. Dan mau tidak mau,
kita harus ikut terseret dalam alurnya

Garis waktu adalah rangkuman dari tulisan-tulisan penulis yang di tuangkan secara sporadis di berbagai media sosial. Secara kontras pembaca akan cepat memahami bahwa buku ini merepsentasikan peristiwa-peristiwa penting tentang “aku” dan “kamu” terlepas kisah ini fakta atau fiktif semata. Menjadi menarik karena kekata yang dituangkan penuh dengan kesusastraan.

Sesuai judulnya buku ini tersusun runut secara kronologis berdasarkan bulan dan tahun, mengisahkan segala cerita tentang “aku dan “kamu” mulai dari masa perkenalan, kasmaran, patah hati, hingga pengikhlasan. Dan bagi saya, ini salah satu daya tarik buku ini selain karena kata-kata nya yang puitis.

“Jatuh hati tidak pernah bisa memilih.
Tuhan yang memilihkan.
Kita hanyalah korban.
Kecewa adalah konsekuensi.
Bahagia adalah bonus.” (Mei, Tahun Kedua)

“Aku” sebentuk sosok yang terlanjur mengagumi “Kamu”. Agaknya seperti itulah gambaran awal yang saya tangkap dari buku ini. mengisahkan sosok “Aku” yang meski diabaikan berkali-kali tetap berdiri teguh berharap ada secercah harapan yang mungkin nanti akan terkuak. Benar saja, meski sakit dan kecewa berkali-kali, perjuangannya pun bermuara sesuai harapan. “Aku” sempat sebahagia itu. Semangat pagi telah berbeda dari biasanya. Lelah setelah beraktivitas menguap begitu saja. Hanya dengan seulas pesan di ponsel “Apa Kabar?” Sekarang senyum “Aku” tak lagi berpura-pura

“Aku” kemudian harus mereguk pahitnya kehidupan di September Tahun Ketiga. “Kamu” memilih berpaling ke lain hati. Mendua dibelakang namun tetap bermanis di depan. Sandiwara yang terlalu jahat untuk “Aku”. Apa ini balasan atas pengorbanan dan kesetiaannya selama ini?. “Aku” mundur dari sandiwara itu. Memilih pergi lalu bungkam seribu bahasa. Di Oktober Tahun Ketiga “Aku” mencium bau penyesalan disana. Entah karena telah mengkhianati “Aku” atau dikhianati olehnya. “Aku” berhasil mengabaikannya meski di sudut terkecil di hati, nama “Kamu” masih bersemayaman disana.

Tidak ada yang abadi, baik
bahagia maupun luka. Suatu saat
kita akan tiba di titik menertawakan
rasa yang dulu sakit atau
menangisi rasa yang dulu indah

Judul buku : Garis Waktu
Penulis : Fiersa Besari
Penerbit : Media Kita
Cetakan : V 2016
Jumlah hal :210
Peresume : Paramudika H

Anak Rantau


Sarat akan nuansa Minang, adalah salah satu hal yang bikin saya excited untuk segera menyelesaikan part demi part buku ini. Mengisahkan tentang perjuangan seorang anak remaja tanggung yang dititipkan sang ayah kepada kakek di kampung halamannya. Hanya dengan satu tujuan agar anak mengerti dan paham akan hakikat hidup. Belajar dikampung barangkali mampu merubah tabiat anaknya yang terlanjur tidak bisa dikontrol oleh ayahnya.

Adegan menyeret-nyeret koper lalu mengejar bus yang ditumpangi ayahnya kembali ke Jakarta adalah hal yang tidak terlupakan bagi Hepi. Ia merasa ditipu dan dikhianati ayahnya sendiri. Rasa benci yang teramat dibumbui rasa dendam menjadi pemicu semangat Hepi untuk mengumpulkan pundi-pundi rupiah untuk membeli tiket kembali ke Jakarta. Dia tabung semua jajan yang dikasih Kakek setiap harinya, menjadi tukang cuci piring di Kedai Mak Ros yang selalu ramai dikunjungi pelanggan bahkan menjadi suruhan Lenon, mantan Preman yang pernah dipenjara di ibukota, untuk mengantar pesanan dagangannya ke pelanggan. Apa saja dia lakukan untuk mendapatkan uang tanpa diketahui Kakek tujuan sebenarnya. Attar dan Zen teman setianya sampai rela membantu Hepi mencari uang.

Di lain sisi, sang Kakek yang notabenenya adalah orang yang disegani di kampung benar-benar memanfaatkan kesempatan ini untuk mendidik cucu semata wayangnya. Dia tidak ingin kesalahan di masa lalu dalam mendidik anaknya kembali terulang. Dia canangkan program-program pendidikan karakter termasuk program “kembali ke surau”, memantau perkembangan Hepi di sekolah, dsb. Pengawasannya dilakukan semaksimal mungkin untuk cucu terkasihnya ini.

Salah satu kisah menarik di salah satu bab nya adalah saat maraknya pencurian dikampung dan tabungan Hepi pun menjadi salah satu korbannya. Gerak polisi yang terlalu lamban bagi Hepi, memaksa dirinya terjun langsung untuk menjebak para pencuri. Ia tidak rela tabungan yang ia simpan dari hari ke hari di ambil begitu saja. Dikawani Attar dan Zen dan bermodalkan silat yang dimilikinya, Hepi dan kawan-kawan mulai melakukan aksinya. Penjahat pun KO sama seperti Hepi yang juga baru siuman beberapa saat setelahnya. Nama mereka melambung di seantero kampung, disekolah dan dimana saja. Meski tabungannya tidak bersisa sama sekali, Hepi kembali melakukan hal serupa. Bencinya tetap membara.

Kisah menarik lainnya adalah saat Hepi yang penasaran dengan karamba yang sering hilir mudik di danau namun tidak menebar jala. Rasa penasarannya kembali mengajak dia berpetualang bersama Attar dan Zen. Hingga mereka tersesat dan sampai di sarang para penjahat. Kisah selanjutnya silahkan dibaca sendiri ya, ending buku ini benar-benar memberikan surprise yang tidak disangka-sangka. Tentang Hepi yang berhasil mengumpulkan tabungan bahkan dua kali lipat dari sebelumnya, namun pada akhirnya tidak digunakan. Lalu bagaimana dengan benci yang semula melekat erat di relung hati untuk ayah yang sesungguhnya teramat ia cintai?

Buku ini totalitas membuat saya merasa tertipu. Dengan skenario yang jauh dari apa yang ada di fikiran saya. Salah satu hikmah terbesar setelah saya menyelesaikan buku ini adalah “jangan jadi pembaca sok tau”. Semoga terinspirasi untuk membaca, ya.

Judul : Anak Rantau
Penulis : A.Fuadi
Penerbit : Falcon
Cetakan : Pertama, Juli 2017

Peresume : Paramudika H

Buya Hamka Berbicara Tentang Perempuan



"Di zaman jahiliyyah, kami tidak memandang perempuan ada, dan mereka tidak pernah kami masukkan dalam perhitungan kami." Sayyidina Umar bin Khaththab

Abdullah bin Abbas mengatakan, "Perempuan pada zaman jahiliyyah jika mengandung, setelah merasa sakit akan beranak, digalikanlah lubang, lalu mereka disuruh mengejankan anaknya di muka lubang tersebut. Setelah anak lahir dilihatlah oleh Ayahnya. Jika yang lahir anak perempuan dibiarkanlah bayi tersebut masuk langsung kedalam lubang dan lubang tersebut langsung ditimbun tanah. Jika yang lahir laki-laki, barulah disambut dengan gembira."

Betapa tiada harganya seorang anak perempuan dimata orang jahiliyyah, adanya mereka yang lahir dari darah daging sendiri menjadi petaka, malu, marah dan seakan sebuah kutukan karena alasan anak yang lahir adalah perempuan. Begitu kejam tabiat seorang laki-laki dalam memperlakukan anak perempuannya, bahkan sahabat Qis bin Ashim at-Tatimi saat masa jahiliyyah ia pernah menguburkan secara hidup-hidup anak perempuanya dengan jumlah 8 (delapan) orang. Betapa tak manusiawinya mereka, bahkan nyawa manusia pun tiada harganya bagi orang jahiliyyah.

Hingga Allah turunkan surat At-Takwiir ayat ke 8 dan 9 "dan Apabila bayi-bayi perempuan yang dikuburkan hidup-hidup ditanya. karena dosa apakah dia dibunuh?."

Ayat ini bagi kaum perempuan Arab mereka mendapatkan kembali kepribadiannya, harga diri, dan kedudukan mereka. Beberapa ayat lain dalam Al Quran juga menegaskan jika peranan perempuan sama halnya dengan laki-laki dalam pembangunan islam. Tiada beda antara perempuan dan laki-laki, tiada yabg lebih buruk atau lebih baik karena Allah akan melihat Takwa setiap insan manusia. Dalam perjalanya peranan yang dimiliki kaum perempuan dan laki-laki dalam pembangunan, perekonomian serta dalam perjuangan dakwah adalah sama-sama berkewajiban hanya berbeda tugas dan pekerjaan yang harus dibagi.

Islam sangat memuliakan perempuan, dari mereka yang tidak dianggap, tidak diperhitungkan hingga mereka harus dimuliakan, bahkan hormatnya, baktinya, seorang laki-laki yang lebih utama adalah kepada perempuan yaitu Ibu, dibandingkan dengan laki-laki yaitu Ayahnya.

Dalam pandangan dunia liberalisme yang pada nyatanya tidak menyukai cara Islam dalam memuliakan wanita, mereka membuat isu seputar feminisme, perang melawan perempuan, kesetaraan gender, dan perang pemikiran lainnya. Hingga menonjolkan aturan Islam seakan aturan Islam itu membungkam, meyudutkan dan membatasi gerak para perempuan.

Disisi lain Islam lah yang sangat melindungi para perempuan, dimana hak akan seorang istri haruslah sang suami yang memenuhi, kebutuhan pokok, hidup, sandang, pangan semua haruslah dicukupi oleh suami. Tapi belakangan ini atau memang sudah ada dari dulu, kaum perempuan yang mendapatkan gaji lebih tinggi dari suaminya merasa dialah yang ikut andil besar dalam keluarga, atau malah perempuan sebagai tulang punggung keluarga, jika kita lihat banyak bukan para saudari kita yang menjadi TKW sedangkan suami mereka berada di rumah, atau kerja buruh pabrik yang lebih memilih tenaga perempuan dari pada laki-laki.  

Dalam surat  (An-Nisā'):34 - Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka). Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka mentaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar."

Pemimpin yang bertanggung jawab penuh tentulah laki-laki, kemudian dengan fisik laki-laki yang berbeda dengan kaum perempuan, sudah terlihat nyata bagaimana sosok pemimpin itu. Laki-laki dimuliakan dengan keluar rumah untuk berjuang menghidupi keluarganya, sedangkan wanita dimuliakan di dalam rumah dengan menjaga kehormatan dan harta benda suaminya. Sudah cukup jelas pembagian tugas ini, jika kaum liberalis mengatakan "kaum perempuan tertindas hanya dengan di rumah saja." apakah tidak malah sebaliknya, "kaum perempuan tertindas dengan menjadi tulang punggung keluarga dalam menghidupi keluarganya." tentunya dengan kondisi suami yang sehat, tiada kurang suatu apapun.

Buya Hamka berkata "Jika kedepan perempuan yang memimpin, sedangkan laki-laki hanya duduk saja mengadu balam, menganggur, mendengar bunyi berkutut atau mengadu ayam menandakan bahwa laki-lakinya tidak "beres" lagi."

Baiklah buku ini sarat akan makna, pengingat bagi kita akan kemuliaan wanita serta bagaimana memuliakan wanita. Dan akhirnya wanita menjadi mahluk mulia dengan ia taat terhadap suaminya, serta sang suami akan menjadi orang yang sholeh dengan ia menghormati dan berbakti kepada wanita (ibu nya) dan tentunya melindungi dan mengayomi istri dan anak anaknya.

Judul Buku : Buya Hamka Berbicara tentang Perempuan
Penulis : Prof. Dr. Hamka
Jumlah Hal : 134
Penerbit : Gema Insani
 Eko Yasin

Semusim dan semusim lagi



Segala kedaraannya tersaji hijau muda
Melayang di lembaran surat musim bunga
Berita dari jauh
Sebelum kapal angkat sauh
(Surat Kertas Hijau. Sitor Situmorang, 1953)

Novel yang terinspirasi dari puisi... Baiklah. Kali pertama lihat buku ini serius penasaran banget. Kenapa covernya ikan? Ikan mas koki yang sedang duduk sangat kontras dengan judulnya yang puitis; “Semusim dan, semusim lagi.” terus pas dibalik, niat saya ingin baca blurb-nya tapi cuma ada puisi-nya Sitor Situmorang yang berjudul, “Surat Kertas Hijau.” yang ternyata, “Semusim, dan Semusim Lagi” adalah kutipan dari bait ketiga puisi Sitor Situmorang tersebut. Dan ternyata, ini keren. Dari sebait puisi jadi novel. Kreatif. Dan, benar-benar tidak ada satupun bocoran dari isi novel ini. Jadi, saya beli saja.

Maka, ketika saya membaca buku ini semua pertanyaan saya terjawab. Kenapa Ikan. Kenapa Semusim, dan semusim lagi. Kenapa hijau. Kenapa unik begini. Karena tokohnya pun unik sekali.

Jadi, penulis memulai kisahnya saat “Aku” menerima dua surat. Surat pertama dari universitas tempat ia ingin melanjutkan pendidikan, dan surat kedua tanpa nama dan alamat pengirim, dan tidak ditulis tangan tapi diketik rapi. Ketika “Aku” membuka surat itu, ternyata isinya surat dari seseorang yang mengaku ayah si Aku yang mengajaknya bertemu di kota S. Si Ayah meminta Aku untuk memghubungi temannya yang bernama depan J.J sebagai satu-satunya perantara. Bagi saya, surat itu kayak surat bos ke bawahan daripada surat seorang ayah yang sudah lama tidak bertemu dengan anaknya. Kaku, dingin dan formal.

Di mulai dengan kata; Anak, sudah tujuh belas tahun umurmu sekarang dan aku tidak berani berharap kau masih ingat padaku. dst

Diakhiri dengan kalimat, Kunjungi aku di kota S. Dengan Cinta, Ayah.

Lalu saya mengernyit soal inisial S. Benar-benar ditulis S saja. Bukan Surabaya, Subang, Semarang, Singapura dan lain-lain.

Saya merasa novel ini agak ‘menakutkan’ dengan gaya penceritaannya yang intens, serius, eksploratif dan mencekam. Dengan memakai sudut pandang pertama, Penulis pinter banget menggambarkan bagaimana si Aku dengan cara si Aku itu sendiri. Saya sudah kesengsem sejak BAB pertama. Bagi saya tokoh-tokoh di buku ini freak semua. Tokoh “Aku” yang cerewet, banyak omong,  melantur kemana-mana kalau monolog, selalu suka makan biskuit Ritz, dan suka dengan suara decit kursi karena katanya itu seperti suara tikus mencicit saat digorok (aneh kan dia), lalu tentang Ibunya yang berprofesi sebagai dokter bedah otak yang selalu sibuk. Ibunya aneh juga. Dia menonton TV tapi suaranya di mute (nonton tanpa ada suara apa bagusnya coba?) terus Ibunya tanpa sebab apa-apa berteriak histeris lalu berhenti sendiri dan pergi masuk kamar. Ditambah lagi ayahnya si “Aku” yang selama ini hilang, secara misterius ngirim surat dan ngajak ketemuan si “Aku” di kota S tapi pakai perantara temannya. Aneh mereka semua.

Penulisnya juga sengaja menampilkan novel ini seperti pantomim dan misterius. Jadi setiap ada sesi yang seharusnya penulis mencantumkan nama tokoh si “Aku”, misalnya :

“Dona!” pekik Ibuku sambil menyebut namaku.

Mestinya kan gitu. Tapi si penulis (mbak Dwi) malah memilih untuk nulis novel ini kayak gini;

“......! (namaku)” Ibuku memekik, sambil menyebut namaku.

Saya geleng-geleng kepala. Maka, sejak awal hingga ending cerita, saya nggak pernah tahu siapa nama “Aku”. Entah apa maksud penulis melakukan itu. Apakah Aku itu bisa saja mewakili kita semua para pembaca, bahwa setiap kita bisa seperti itu. Apa memang tokoh itu memang ada namanya hanya saja penulis memilih mensensor namanya. yang jelas, buku ini out of the box. Bagus. Wajar juara 1 lomba DKJ 2012.

Selain itu, lewat buku ini. Saya jadi banyak tahu segala judul buku yang mesti dibaca lantaran si Aku sangat suka membaca buku. Saya bahkan baru tahu kalau ternyata Indonesia pernah merepresi pria gondrong gara-gara si Aku yang ngoceh sana-sini.

Membaca buku ini benar-benar saya dapat banyak list buku dari si Aku. Antara lain ; The Stranger, The Bell Jar, The Sun Also Rises, Kafka on the Shore, The Art of Loving, Fateless, Olenka. War and Peace, Of Mice and Men. Nine Stories, Seribu Kunang-Kunang di Manhattan, A House for Mr. Biswas, Go Down, Moses. Rumah Kaca, Breakfast at Tiffany’s. The Solitaire Mystery. Snow Country. Tortila Flat. Yang Terempas dan Yang Putus. Invicible Cities, Einstein’s Dreams. (Nah, kamu sendiri, dari buku-buku ini sudah baca yang mana? haha)

Meskipun ada beberapa reviewer yang bilang kalau penulis buku ini terkesan pamer karena banyaknya list buku yang dia masukkan di novel ini, dan banyaknya ocehan-ocehan yang dia ungkapkan, toh saya biasa saja. Soalnya, buat saya buku yang bagus selalu ngasih informasi baru untuk pembaca. Saya jadi dapet informasi lagi. dan... meskipun bagus, selalu ada minusnya. Kadang saking suka melanturnya sifat si “Aku” aku kadang bosan sama omongan dia.  Terkesan alurnya jadi lambat banget. Soalnya lima halaman bisa habis untuk ocehan dia saja. Ocehan itu bisa tentang masa kecil dia, pengalaman dia, dan apapun. Dan, saya tidak rekomendasi novel ini dibaca sama anak kecil atau remaja meskipun tokohnya remaja. Ya karena novel ini termasuk roman, ada cinta-cintanya dan bumbu-bumbunya yang pasti akan membuat saya sembunyikan buku ini kalau keponakan saya datang.

Tapi untuk keseluruhan cerita, buku ini menggambarkan remaja “anak rumahan” yang belum tau apa-apa sekali dan keterkejutan jiwanya ketika harus berada di dunia luar. Sebuah representatif yang bagus untuk anak yang kesepian, nggak punya sosok orangtua yang memedulikannya. Di ending cerita, saya sangat apresiasi sekali. Saya sampai nangis karena akhirnya penulis memberi ending yang, katakanlah, bijaksana.

Buku ini bagus. Mencuri perhatian sejak di awal, walau agak ngeselin di tengah-tengah, tapi berakhir dengan ‘adil’. Adil karena ada banyak sekali yang “Aku” alami mulai dari pergi sendirian ke kota asing, jatuh cinta, patah hati, dan melakukan hal-hal di luar batas kewajaran dalam perjalanan bertemu ayahnya. Jadi, apakah “Aku” bisa bertemu dengan ayahnya? Atau ayahnya adalah sosok rekayasa? Atau ayahnya itu tidak ada sama sekali? Silakan membaca sendiri ya.

Judul Buku      : Semusim, dan Semusim Lagi
Penulis             : Andina Dwifatma
Tebal Halaman: 232 Halaman
Penerbit           : GPU

Peresume         : Ika

BOMB


Persaingan Demi Senjata Paling Mematikan Di Dunia

Kita sudah belajar apa itu Perang Dunia II di pelajaran sejarah di sekolah. Meski harus diakui pelajaran Sejarah kita, memang terjebak dalam angka dan menghafal semata. Sebagai pengingat, dalam perang itu, Amerika Serikat-Inggris Raya-Uni Soviet (sekarang Rusia) memimpin pasukan sekutu melawan Pasukan Fasis; Jerman-Jepang-Italia. Dan sambil mengenang perjuangan Indonesia saat itu, saya benar-benar bersemangat membaca buku ini.

Buku bergenre Non-Fiksi Populer ini betulan lezat sebab diceritakan seperti Novel thriller. Cara yang hebat untuk orang-orang yang menganggap sejarah itu membosankan. Saya bahkan bisa lebih paham kondisi perang dunia dan segala macamnya, dari buku ini. Soalnya, membaca buku ini rasanya tuh persis saat kamu lagi nonton film dokumenter, atau bahkan yang lebih santai—buku ini persis saat kita lagi duduk, buka channel TV, terus nonton tayangan behind the scene dari sebuah film yang lagi mau tayang di Bioskop. Ada banyak tokoh yang terlibat, berkomentar, berkisah, bahkan bersaksi yang tentu saja tetap memerhatikan alur/plot. Kita akan menemukan dialog dalam buku ini yang tidak akan kita temukan di buku Non-Fiksi biasanya.

Contohnya : 

Gold menikmati percakapan-percakapan seperti ini dan bahkan merasa nyaman untuk mengemukakan kekhawatirannya tentang Uni Soviet, termasuk perjanjian Stalin dan Hitler.

“Apa-apaan itu?” tanya Gold
“Dengar bodoh,” kata Sam sambil tertawa, “yang Uni Soviet butuhkan lebih dari apapun di dunia saat ini adalah waktu, waktu yang sangat berharga.” Stalin sama sekali tidak memiliki keinginan untuk menepatinya, kata Sam, tapi perjanjian itu memberikan Soviet waktu untuk membangun kekuatan militer. “Dan jika saatnya tiba, kamu lihat saja, kami akan menyapu bersih Jerman dan Hitler seperti yang tidak pernah dibayangkan sebelumnya.” (hal. 44 )

Buku ini dibuka dengan dunia yang tercengang akibat hasil eksperimen baru yang dilakukan Otto Hahn, seorang ilmuwan berkebangsaan Jerman; sebuah neutron dapat membelah atom Uranium menjadi dua. Yang akhirnya diberi nama Fisi Uranium.

Pada tahun 1938, atom bisa pecah itu sangat mustahil, pengetahuan saat itu hanya sebatas bahwa semua yang ada di semesta ini tersusun dari partikel-partikel kecil bernama atom, dan dari atom itu ada partikel yang lebih kecil lagi; nukleus, proton-neutron, elektron, dan inti pusat. Sebatas itu. Dan jika atom bisa terbelah, pertanyaannya;

(1) Energi besar macam apa yang mampu membelah atom? Dalam kasus ini atom uranium
(2) Jika memang atom uranium bisa terbelah, atom-atom tersebut akan melepaskan energi saat terbelah dua. Jadi, berapa banyak energi yang dilepaskan?

Jika dihitung-hitung, energi yang terlepas itu hanya cukup untuk membuat sebutir pasir mengentak. Masalahnya, atom berukuran sangat kecil melebihi sebutir pasir. Dan dengan 238 proton dan neutron, Uranium adalah atom terbesar di alam (dan tentu saja ukurannya tetap luar biasa kecil). Satu ons Uranium memiliki sekitar 100.000.000.000.000.000.000 atom. Otomatis, jika kita memiliki setidaknya 25 kg Uranium dan dapat membuat semua atom Uranium itu membelah dan melepaskan energi secara bersamaan, kita akan memiliki senjata penghancur masal. Mengerikan ya?

Itulah yang dirasakan semua ilmuwan pada masa itu. Berita besar itu menyebar cepat dibawa angin, berbagai journal menyiarkan penemuan baru itu. Membuat Neils Bohr, Otto Frisch dan sederetan ilmuwan pada masa itu heboh, bersemangat sekaligus frustasi. Albert Einsten bahkan mengirim surat ke Franklin D. Roosevelt (Presiden Amerika) yang berisikan kecemasan luar biasa mengingat penemuan itu dilakukan oleh ilmuwan Jerman, dan kemungkinan besar Hitler (yang sedang rakus-rakusnya memperluas wilayah) memanfaatkan itu sebagai senjata mereka. Bom atom, senjata pemusnah paling berbahaya yang pernah dibuat. Dugaan mereka benar.

Jerman sudah menghentikan penjualan Uranium dari tambang-tambang Cekoslovakia, wilayah yang diambil alih mereka. Jerman juga membangun pabrik air berat (bahan membuat bom atom) di Norwegia. Dan mendadak, semua artikel, jurnal, makalah atau surat kabar yang membahas mengenai percobaan fisi Uranium menghilang begitu saja. Tak ada lagi bahasan. Dalam hal ini, Georgi Flerov (Fisikawan Soviet) berkomentar, “Keheningan ini bukanlah karena ketiadaannya penelitian. Dengan kata lain, hukum kerahasiaan telah diterapkan dan ini merupakan bukti terbaik akan adanya penelitian besar-besaran yang sedang dilakukan di luar negeri.” (hal. 59-60)

Dari sini, pembaca dibawa ke perasaan waswas setiap orang bahwa Jerman akan membangun bom atom yang bisa digunakan Hitler dalam menaklukan dunia. Pembaca juga dibawa untuk menelusuri perjuangan negara-negara (Jerman, Amerika, Inggris, Uni Soviet) yang berlomba membuat bom atom lebih dulu. Sabotase, operasi intelijen, pembunuhan dan segala intrik-taktik dikerahkan demi menjadi pemenang.

Buku ini seru sekali. Saya menangkap kalau semua orang diceritakan terpaksa membuat bom atom. Dan selain perjuangan ilmuwan, kita juga bisa ikut merasakan perjuangan Kelompok Pemberontak Norwegia yang berjuang untuk meledakkan pabrik Air berat milik Jerman. Mereka menyusup, mengintai dengan senjata pemberian Inggris dan juga senjata terkahir; Pil kematian. Karena jika mereka sampai tertangkap, lebih baik makan pil itu daripada harus disiksa di kamp konsentrasi.

Selain itu, ada beberapa poin yang membuat saya berpikir tentang;

1. Amerika. Diceritakan, negara ini melakukan segala cara demi menghentikan upaya Jerman membuat bom Atom, dari yang paling intelek (mengumpulkan semua ilmuwan Amerika untuk membuat Bom) sampai yang paling kotor;  rencana menculik pemimpin proyek Bom Atom Jerman.

2. Inggris. Saya mendapat kesan kalau negara ini lumayan anteng dan mendingan ketimbang Amerika dalam hal persaingan membuat bom. Sayangnya mereka ceroboh karena KGB (badan intelijen Uni Soviet) berhasil mendapatkan informasi rahasia negara mereka dengan sangat lancar.

“Kami berdua merasa sangat ngeri akan bahayanya tidak melakukan apapun. Bagaimana jika musuh berhasil membuat bom atom sebelum kami?” (Winston Churcill, hal. 70)

3. Uni Soviet. Yang lebih fokus mencuri informasi cara membuat bom daripada berpikir sendiri. Wilayah mereka yang terus diserang Jerman, membuat Uni Soviet begitu terdesak dan tak punya waktu selain pakai cara pintas, mengirim intelijen ke Inggris dan Amerika untuk mencari tahu informasi lebih banyak tentang cara pembuatan bom. Bagi Soviet, mereka memang bersekutu dengan Amerika, tapi itu karena mereka punya musuh yang sama. Bukan karena mereka berteman. Amerika memang membantu Soviet dalam menghadapi Jerman, dalam segi senjata. Bukan hal lain. Tapi Soviet tahu, kalau Amerika tidak menolong atas dasar ketulusan. Amerika hanya ingin melihat Jerman kalah. Tapi tanpa harus repot-repot menyerang, sebut saja main bersih. (ya, begitulah Amerika.)

Terhadap kasus ini, Soviet punya prinsip,

“Saat kamu tahu bahwa kamu sedang dimanfaatkan, kamu memiliki hak untuk menjadi cerdas.” ujar Alexander Feklisov (Anggota Intelijen Soviet, hal. 48) 

4. Jepang. Tidak diceritakan banyak, tetapi cukup jelas keinginan Jepang untuk membangun Kekaisaran di Asia. Dan kemarahan mereka saat Amerika menghentikan ekspor minyak untuk menekan Jepang menghentikan laju pasukan mereka lebih jauh. Hal itu justru membuat Jepang menghajar Amerika lewat kiriman Bom di Pearl Harbor (pangkalan militer Amerika)

5. Jerman, yang sibuk mempropagandakan motto “Jerman Yang Lebih Hebat” demi membangun kekaisaran di Eropa. Yang harus diakui gentlenya, Jerman sama sekali tidak melakukan apa-apa terhadap saingannya dalam membuat bom. Mereka hanya membuat bom dalam diam,  justru negara lain yang heboh dan terus mengganggu aktivitas penelitian Jerman. (terlepas dari rakusnya Hitler saat itu)

6. Norwegia. Mau tidak mau patuh pada Jerman, tapi mereka tentu saja punya pejuang yang memberontak pada NAZI.

30 April 1945, Adolf Hitler bunuh diri karena kekalahan-kekalahan Jerman selama perang Dunia II.  Rupanya Jerman gagal membuat bom. Mereka menyerah. Pembuatan bom mereka berhenti begitu saja  sebab pemicu awal mereka (Air berat) sudah ludes dimusnahkan negara oposisi. Di satu sisi, Uni Soviet belum juga berhasil membuat bom. Tapi Amerika yang sudah setengah jalan, memilih tetap melanjutkan pembuatan bom dengan alasan masih berperang dengan Jepang.

Dan pada akhirnya, kita sama-sama tahu. Negara mana yang membuat bom atom pertama kali, dan kepada siapa bom itu mereka jatuhkan. Amerika. Dan, saya tertegun saat membaca salah satu paragraf yang menyatakan perasaan ngeri para Ilmuwan saat bom itu ditunjukkan ke wajah dunia.

Serupa novel thriller, ada beberapa bagian di buku ini yang membuat saya punya banyak ekspresi saat membaca; tersenyum, sedih dan miris. Semua itu tak lepas dari penulis yang pandai sekali mengemas dan mengumpulkan potongan-potongan data dan kesaksian semua orang yang terlibat pada masa itu menjadi tulisan yang keren, punya alur/plot dan mudah dipahami. Kita sudah tahu soal sejarah Perang Dunia II, tapi keunggulannya, buku ini mengungkap hal lain selama perang. Akan ada banyak hal yang kita ketahui saat membaca buku ini. Dan tentu saja tak perlu menghafal karena ini mirip saat duduk bareng teman dan ngobrol soal novel yang baru kelr dibaca. Mengalir begitu saja.

Ada beberapa typo di buku ini, dan karena ini bukan Novel betulan yang tokohnya terbatas, agak sulit bagi saya mengingat orang-orang yang diceritakan di dalam buku. Dalam suatu bab bisa saja membahas si A dari Amerika, lalu beranjak ke B dari Soviet, lalu ke C, D, E, F, G sampai saya harus bolak-balik lembar buku karena kelupaan, “Lah ini siapa ya tadi?”. soalnya banyak banget orang-orangnya.

Meskipun begitu, tenang saja. Mereka yang disebut sangat banyak ini tetap memiliki benang merah yang terhubung—yakni bom atom. Selain itu, saya jadi tahu siapa saja dalang pembuat bom atom dari tiap negara, saya juga banyak menemukan kata-kata inspiratif dan belajar istilah-istilah keren dalam dunia spionase, fisika, penelitian dll di buku ini. Penulis juga memasukkan dokumentasi foto-foto wajah asli setiap tokoh sehingga saya langsung terbayang. Membaca lanjut buku ini semakin membuat saya berpikir banyak hal. Salah satunya; betapa dahsyatnya perang itu, betapa dahsyatnya sebuah ambisi. Penulis mengakhiri buku ini sampai pada meletusnya perang dunia II, perasaan-perasaan tertekan para ilmuwan yang terus dipaksa pemerintah untuk membuat bom, dan juga renungan yang alangkah baiknya jika teman-teman dapat membaca buku ini sendiri. Dan menemukannya sendiri.

Terakhir, terlepas dari keegoisan  mereka, saya salut pada keteguhan hati orang-orang di buku ini. Termasuk kepada Hitler. Dalam sebuah pertemuan dengan para Jenderalnya, Hitler pernah berkata,
“Saat memulai perang, yang penting bukanlah yang benar, tetapi kemenangan. Tutup hati kalian dari belas kasihan! Bersikaplah brutal! Orang yang lebih kuat adalah yang benar!” (hal. 31)
Hitler tahu kalau sebenarnya orang yang paling kuat itu yang benar, makanya dia memilih bersikap seperti setan gila agar bisa menang. Hitler tidak pernah peduli jika dianggap sebagai pihak yang bersalah dalam peperangan ini. Dia percaya diri dengan kejahatannya. Itu membuat saya merenung, kalau orang zalim saja bisa percaya diri dengan perbuatan jahatnya, kenapa kita kadang minder dengan perbuatan baik?

Judul Buku       : BOMB
Penulis             : Steve Sheinkin
Tebal Halaman : 346 Halaman
Penerbit           : Noura Books
Peresume         : Ika 

STEELHEART


Apa perasaanmu jika dunia mendadak dipenuhi dengan orang-orang berkekuatan super? Penuh dengan Epic-Epic? Pasti magis banget ya. Kota akan aman dari orang-orang jahat karena setiap kota penuh dengan Epic yang akan menumpas kejahatan. Masalahnya, di novel ini Epic itu ingin menguasai dunia, jahat, dan tak segan membunuh siapapun yang berani menghalangi...

Kisah bermula ketika secara mendadak bumi disinari cahaya Calamity (bintang merah cerah) dan membuat manusia-manusia yang terkena efeknya memiliki kekuatan super. Orang-orang menyebut mereka Epic. Setiap Epic punya level mulai dari super kuat, semi super, dan standar. Meksipun begitu, bumi punya hukum baru, yakni level semua Epic selalu berada di atas manusia yang mereka jadikan budak.

David salah satu budak itu. Ia adalah pemuda berusia 18 tahun saat kabur dari pabrik untuk memburu Steelheart, Seorang Epic yang menjadi penguasa Newcago (tempat David tinggal) yang 10 tahun lalu membunuh ayahnya, lelaki penolong yang tak pernah berhenti percaya kalau suatu hari nanti Epic yang baik akan datang untuk memimpin dunia. David benci dengan prinsip itu. Karena baginya, ras manusia jauh lebih baik memimpin dunia ketimbang pahlawan baik sekalipun. Lagipula, tidak ada pahlawan baik. Mereka semua kurang ajar. Steelheart termasuk di dalamnya.

Meskipun Steelheart di gambarkan sebagai sosok yang jahat oleh David. Tapi Penulis cukup adil dengan menceritakan sisi lain Epic itu. Dibandingkan dengan negeri lain yang sudah gersang dan menyedihkan, Newcago jauh lebih baik. Negeri terfraksi itu dikuasai oleh Steelheart (Epic yang sangat kuat dan bisa mengubah segala hal menjadi logam) yang masih mau menyediakan fasilitas-fasilitas bagi orang-orang di wilayah kekuasaannya, seperti; Pembangkit listrik, rumah dan sekolah. Tapi itu bukanlah kebaikan yang tulus. Karena setiap manusia hanya boleh tinggal di bawah tanah, para anak memang sekolah, tapi mereka diekploitasi untuk bekerja siang malam di pabrik senjata bagi tentara-tentara Steelheart. Dan yang paling para manusia rindukan, adalah matahari, bulan dan bintang di langit. Newcago adalah negeri yang tak memiliki pagi. Steelheart menjadikan Newcago gelap sepanjang hari. Tak ada apa-apa di langit selain gelap.

David ingin membalaskan dendamnya dengan cara bergabung dengan Reckoners (Kelompok manusia pemberontak). Disana ia bertemu dengan pendiri Reckoners, Prof. Jon, anggotanya; Tia, Cody, Abraham dan Megan yang selalu bersikap ketus padanya. Tidak mudah untuk bergabung. Tapi dia memiliki suatu hal yang membuat para Reckoners menerimanya; dia satu-satunya saksi mata yang mengetahui kelemahan Steelheart. Jadi, dimulailah kehidupan David sebagai Reckoners.

Dari awal sampai pertengahan halaman, saya sedikit bosan karena yang dibahas para tokoh terus-terusan adalah rencana membunuh dan percakapan mereka soal bagaimana cara memancing Steelheart keluar dari istananya. Tapi itu termaafkan dengan plot-twist di setiap akhir BAB yang membuat saya tetap ingin lanjut membaca. Selain itu, di pertengahan itu pula saya sadar kalau sebenarnya buku ini bukan cuma fantasi-aksi, tapi juga tentang suatu rezim. Dialog para tokoh yang tajam, sarat dengan revolusi, perhitungan, bahkan rencana kudeta.

Ketegangan cerita ini mulai berlanjut saat David mulai menyadari kalau Reckoners bukanlah kumpulan manusia brilian yang selama ini dia bayangkan, dan David mulai menyadari kalau kemungkinan impiannya membunuh Steelheart akan membuat Newcago hancur. Steelheart adalah epic penguasa yang diktator, tak segan membunuh. Tapi dia penguasa yang lebih memilih untuk tidak menghancurkan seluruh ras manusia seperti epic penguasa di negeri lain, ia juga mau repot memberi fasilitas, dan pasokan makanan yang banyak.

“Apa kau pernah berpikir Newcago akan menjadi lebih buruk tanpa Steelheart daripada berada dibawah kekuasaannya?”

“...Kau tidak akan menemukan sebuah jawaban. Tidak ada pilihan yang bagus. Pasrah menerima sebuah tirani atau khaos dan penderitaan. Pada akhirnya, aku memilih yang kedua, meskipun melakukannya membuat jiwaku terluka. Jika kita tidak melawan, umat manusia akan hancur. Kita perlahan menjadi domba para Epic, budak dan pelayan—stagnan.” (hal. 326)

Membaca buku ini seperti nonton film, ada banyak adegan action dan visual yang keren jika difilmkan (dan ternyata sudah difilmkan). Kebayang bagaimana Calamity itu, kota bawah tanah serba logam, rumput-rumput logam, tempat tanpa apa-apa di langit, Cuma gelap seperti dilapisi karton hitam saban tahun. Belum lagi Epic-Epic yang dimunculkan. Ada Epic “Penganugerah” bernama Conflux yang bisa mengeluarkan listrik dari tubuhnya dan juga bisa mengalirkannya ke orang lain atau mesin yang sudah mati, Coflux bahkan sumber dari pembangkit listrik di Newcago. Ada Nightwielder yang tembus pandang dan sumber dari tidak adanya cahaya di Newcago. Ada Epic manipulatif (Dan lain-lain yang tak mesti ditulis semuanya disini) Sayangnya, semua Epic ini pembantu setia Steelheart.

Buku ini juga detail dan deskriptif sekali. Saya bisa bayangkan suasana-suasana yang diceritakan di buku ini. Sayangnya kadang ada istilah-istilah baru (maklum, settingnya zaman modern) jadi nggak mudeng. Terlalu canggih. Ada beberapa typo di buku ini. Tapi tidak apa-apa. 

Dari semua tokoh, saya paling suka Megan—yang sejak awal keberatan membunuh Steelheart dan lebih suka membunuh Epic-Epic yang memang layak dibunuh—dalam tim. Dia perempuan yang punya prinsip tapi ia juga sosok yang sangat “kami dengar dan kami taat” meskipun ia harus melalui hari yang sangat berat pada akhirnya. Tapi saya juga suka Prof. yang ideologis. Entah kenapa semua tokoh benar-benar punya ideologinya sendiri yang dipadupadankan dalam suatu kelompok bernama Reckoners. Agak takjub juga kenapa mereka bisa bertahan dalam satu tim. Saya suka mereka semua.

Jadi, apakah mereka akan membunuh Steelheart? Dan, apakah yang menjadi kelemahan Steelheart? Yang jelas buku ini bukan sinteron dengan alur dan ending yang terbaca. Malah, buku ini tidak ada ending. Buku ini bisa dikatakan buku yang ngajarin saya juga tentang kepemimpinan (haha), apa itu balas dendam, apa itu revolusi dan masih banyak lagi. Kita tidak akan tahu akhir dari cerita ini sampai kita selesai membacanya. Jadi, untuk lebih tahu kisah ini silakan baca sendiri ya!

Judul Buku       : Steelheart
Penulis             : Brandon Sanderson
Penerjemah      : Putro Nugroho
Tebal Halaman : 565 Halaman
Penerbit           : Mizan Fantasi

Peresume         : Ika

Aku Tersetuh Cinta



Ku terima perpisahan dengan mengikhlaskan, ku jaga cinta dengan mendokan

Membuka lembar pertama buku ini, kamu akan disuguhkan dengan pendapat Ibnul Qayyim mengenai cinta. Bukan hanya itu, goresan syair Ustd. Anis Matta perihal cintapun akan membuatmu terkagum. Dan pemaknaan cinta ini ditutup oleh Syaikh Ibnu Hazm Al Andalusy yang menguraikan kata cinta dengan sangat indahnya. Tidak ketinggalan, pada buku ini kamu juga akan menemukan nasihat Buya Hamka untuk seseorang yang hatinya sedang tersentuh cinta.

Membaca buku ini seperti membuka karya Ustd. Arif Rahman Lubis pada karya sebelumnya. Dihiasi oleh berbagai macam contoh kisah inspiratif orang-orang terdahulu, sahabat Rasaulullah, maupun kisah-kisah yang sering kita temukan di berbagai sosial media.

Kujaga cinta dengan merelakanmu, kukembalikan rasa cinta ini kepada-Nya, biar Dia yang menjaganya untuk seseorang yang kelak menjadi jodohku

Yang terindah dari perpisahan adalah mengikhlaskan. Sadarilah, ketika kamu sakit karena kehilangan, ada Allah yang membuka pintu-Nya untuk kamu dekati. Maka segera mendekat kepada-Nya. Biar Allah yang membantumu mengikhlaskannya.

Sendiri itu pilihan. Pilihan terbaik untukmu sekarang. Kenapa takut dengan kesendirian? Allah Maha Perkasa atas segalanya akan mempertemukanmu dengan jodohmu lewat skenario-Nya yang begitu istimewa. Di waktu terbaik. Bukan menurutmu tapi menurut-Nya.

Pada bab kedua kamu akan menemukan untaian doa seorang shalih pada saat hatinya sedang dilanda cinta. Berikut saya kutip beberapa bait dari doa tersebut.

Ya Allah, jika aku jatuh cinta
Cintakanlah aku pada seseorang
Yang melabuhkan cintanya pada-Mu
Agar bertambah kekuatanku untuk mencintai-Mu

Ya Allah, jika aku jatuh hati
Izinkanlah aku menyentuh hati seseorang
Yang hatinya tertaut pada-Mu
Agar aku tidak terjatuh pada jurang cinta semu

Betapa indah, jika masa sendiri justru digunakan untuk menjaga hati dan memantaskan diri. Maka yang perlu dilakukan adalah meluruskan niat. Bersihkan sebab, agar selalu hanya karena Allah. Sufyan Ats-Tsauri berkata, “Tidak pernah aku memperbaiki sesuatu yang lebih berat bagiku daripada niatku, karena niat selalu berubah-ubah.”

Ikhlaskan hati dalam memantaskan diri. Ikhlas... ingatlah bahwa manusia senantiasa merugi kecuali memiliki ilmu, dan manusia yang berilmu senantiasa merugi, kecuali beramal dengan ilmunya. Dan manusia yang beramal senantiasa merugi kecuali dia yang ikhlas dalam amalannya.

Agar jodoh idaman mendekat, maka dekatkanlah diri dengan amalan-amalan sunnah hingga Allah mencintaimu. Karena, jika kita dicintai oleh Allah, maka Allah akan memberitahukan rasa cinta-Nya kepada seluruh penduduk langit, dan memasukkan rasa cinta untuk kita ke hati orang-orang beriman. Selain itu, kita harus memantaskan diri untuk cinta. Memantaskan spiritual, memantaskan ilmu, memantaskan mental, memantaskan materi, dan memantaskan fisik.

Lalu, apa saja yang harus dilakukan agar Allah mencintai kita? Ustd. Arif Rahman Lubis menuliskan tiga hal untuk hal ini. Yaitu, bertaubat dan memperbanyak istighfar, senantiasa beribadah dan mengamalkan indahnya islam, serta menebar manfaat sebanyak-banyaknya. Tiga hal tersebut hendaknya bukan hanya diangankan, melainkan benar-benar dilakukan dalam keseharian sehingga menjadi kebiasaan.

Di awal kamu yang akan membentuk kebiasaan positif, selanjutnya kebiasaan positif yang akan membentukmu

Terakhir, bersabarlah dan jangan berputus asa. Karena setelah malam yang pekat, ada pagi yang cerah. Setelah hujan yang deras di langit gelap, ada pelangi yang indah. Yakinlah, setelah kesulitan melingkupimu , ada sebuah kebahagiaan untukmu. Percayalah, setelah air mata yang mengalir, aka nada senyuman yang akan terukir.

Arif Rahman Lubis masih menargetkan remaja yang sedang beranjak dewasa sebagai pembaca dari karya-karyanya. Seperti buku sebelumnya, dalam buku ini banyak sekali ditemui nasihat serta kiat-kiat praktis yang disampaikan. Melihat cover bukunya pasti kamu akan tertarik, apalagi membuka lembar demi lembar halamannya, kamu tidak akan merasa bosan membacanya karna penampilan dan susunannya yang penuh warna.

Judul buku: Aku Tersentuh Cinta
Penulis: Arif Rahman Lubis
Penerbit: Teladan Publishing
Tahun terbit: Juli 2017

Jumlah hal: 297 halaman

Pikiran Orang Indonesia - Membaca Dualisme Sejarah Bangsa


Sejarah ditulis untuk kepentingan penguasa. Mungkin sejarah buatan itu pula yang selama ini kita konsumsi dan dianggap benar. Bahwa sejarah tergantung pemesannya. Buku ini mengajak pembaca menerka kebenaran sejarah bangsa terutama di tahun 1965-orde baru-runtuhnya orde baru. peristiwa besar sebagai bagian sejarah bangsa ini tidak lepas dari campur tangan manusia. Penulis menggunakan sudut pandang tokoh saya sebagai tokoh utama dalam novel.

Diceritakan seorang pemuda bernama Ris. Sedari kecil punya keinginan untuk belajar filsafat dan keagamaan. Kakek Pramudya punya andil membentuk pola pikirnya tentang bangsa ini. 'Jangan sekali kali melupakan sejarah. Jangan hianati rakyat'. Pengaruh dari teman telah menjerumuskan nya untuk bergabung dalam Gerakan Pemuda Orde Baru. Sebuah gerakan yang bertugas mengamankan negara apapun caranya. keamanan dan stabilitas negara adalah tujuan tertinggi. Untuk mencapai boleh menghalalkan segala cara, termasuk dengan teror dan kekerasan. GPOB ini kelak menimbulkan banjir darah dari korban-korban rakyat sendiri.

Dia bersama dengan pemuda lainnya ditempatkan di sebuah asrama dalam rangka pendidikan. Menerima doktrin melalui buku Buku Putih G30S/PKI, Pemberontakan PKI dan Penumpasannya, dan buku Siapa Menabur Angin Akan Menuai Badai. Peristiwa yang sangat diketengahkan dalam diskusi dan doktrin adalah tentang gerakan 30 September 1965 dan PKI. Pusat perhatian pada orang-orang PKI. 

Maka dengan sendirinya mereka jadi pembenci. Mengarahkan hidup supaya jadi pembenci. Menciptakan gambaran musuh disetiap pemuda bahwa ada satu musuh yang menitiskan kebejatan dan kebiadaban. Musuh itu tak punya masa lalu dan tak terbedakan miskin atau kaya. Dalam asrama itu, tidak jarang mereka dilatih oleh tentara berseragam. Kadang datang pula seorang tentara dengan lambang-lambang kepangkatan yang menunjukkan dia adalah perwira tinggi.
GPOB adalah gerakan yang melanggengkan kekuasaan pemerintah di masa itu. Kesewenang-wenangan pemerintah melakukan tindakan represif terhadap pihak yang berusaha mengkritik kebijakan pemerintah. Kelompok masyarakat yang dianggap menggoncang stabilitas nasional disebutlah dengan istilah Gerakan Pengacau Keamanan (GPK). Sehingga setiap pihak merasa perlu mencegah dan menumpas gerakan itu guna menciptakan keamanan.
GPOB itulah yang sering berhadapan langsung dengan kelompok GPK. Kekerasan menjadi salah satu langkah kerjanya. Pembakaran satu kantor partai oposisi pemerintah dilakukan pula oleh GPOB. Dan Ris, adalah salah satu pelakunya. "Jika yang lebih dipentingkan adalah perkara ketertiban dan keamanan nasional, maka segala hal selain itu menjadi tidak penting". Itulah doktrin gubahan dari pernyataan filosof Albert Camus.
Maka, korban harta, benda hingga nyawa tiada masalah dikorbankan demi negara. Itulah landasan berpikir militer di jaman orde baru. Buruh-buruh yang melontarkan protes terhadap pemerintah dihadapi dengan dorongan, pukulan, dan pentungan oleh GPOB yang mendapat dukungan dari tentara di belakangnya. Oknum yang melawan akan dilabeli PKI. Sehingga patut untuk dimusuhi bahkan dianiaya.

Tidak jarang, seseorang yang vokal melakukan perlawanan kepada pemerintah dihabisi dengan seenaknya. Seorang buruh wanita ditemukan tewas di sebuah gubuk. Wanita itu yang dituding otak pemogokan para
buruh. Dia aktif dilapangan ketika dia dan teman-temannya mengadakan unjuk rasa di lapangan. Dari hasil otopsi menunjukkan bahwa wanita itu tewas akibat tusukan benda keras. Selaput daranya robek serta tulang kelamin bagian depannya hancur. Diduga keras ia mengalami penyiksaan berat hingga ajalnya (halaman 63).

Wartawan yang gencar memberitakan keburukan pemerintah pun menjadi sasaran. Tiba-tiba saja wartawan iti dinyatakan hilang. Tidal berapa lama setelah itu, tersiarlah kabar kematian sang wartawan. Kebenaran tidak dapat disembunyikan selamanya. Hanya menunggu waktu, batasan kegelapan sang tokoh dalam menjalani kehidupan kelamnya berada terkuak. Melalui temannya semasa kecil dulu yang merupakan seorang wartawan, kegamangan terhadap apa yang dijalaninya semakin menguat. Terngiang sang tokoh pada ucapan kakek Pramudya, 'Bersiaplah menghadapi peristiwa yang serba penuh misteri. Nanun jangan takut merubah prinsip hidup jika kita menemukan kekeliruan-kekeliruan (halaman 105).

Rencana Ris yang hendaknya berhenti dari GPOB tercium oleh anggota lain. Ris pun disekap dan disiksa tiada ampun. Akibat siksaan yang berat itu, Ris jatuh sakit. Namun bayangan kesalahan atas yang sudah dilakukannya lebih membuat jiwanya terguncang. Dengan alasan kesehatan, Ris pun dipulangkan. Namun tetap diawasi oleh anggota gerakan.
Di rumah, Ria terus dibayangi kesalahan. Teror bisikan tanpa wujud terus mengganggu tidurnya. Seringkali Ris meninju-ninju, melempar barang apa saja ke arah munculnya suara. Terganggu oleh mimpi yang meneriakkan kata yang sama: "PKI teroris... PKI teroris.."

Secara umum, buku ini menyajikan fakta sejarah yang mungkin berbeda. Kritikan terhadap pemerintahan orde baru dan tokoh sentralnya bisa saja mempunyai andil atas gerakan G30S. Juga penyimpangan Supersemar yang mengakibatkan adanya sejarah bangsa hingga kondisi sejarang.
Buku ini adalah non-fiksi, tapi ceritanya bisa mengandung kebenarannya. Sebelum membaca buku ini hendaknya kita sudah punya prinsip atas sejarah bangsa supaya kita bisa memutuskan mempercayai cerita sejarah novel ini, atau menganggap novel ini adalah sekedar sudut pandang yang berbeda dari seorang tokoh.

Judul buku : Pikiran Orang Indonesia
Penerbit : Fikra Publishing
Tahun : 2014
Jumlah hal : 215 hal
Peresume : Supadilah