Minggu, 30 September 2018

Akatsuki

Membaca novel genre romansa islami selalu membuat saya kagum kepada penulisnya yg mampu mengemas kisah roman dengan apik ,dapat memuat cuplikan² ayat Al-Qur’an tanpa terkesan menggurui, tidak vulgar dan tidak keluar dari koridor islam namun tetap terasa getar romansanya.

Begitupun saat sy membaca novel bergenre romansa islami yg berjudul "Akatsuki" ini...

Penulis mampu menggambarkan kisah roman berlatar negeri sakura dengan mengisahkan kehidupan seorang Mayumi...gadis yg piatu sejak lahir karena ibunya menghembuskan nafas terakhir bersamaan dengan kehadiran dia di dunia ini.

Bayi Mayumi tidak lama tinggal bersama ayahnya karena keluarga Nakano mengangkatnya sebagai anak, sejak itulah Mayumi resmi menjadi bagian keluarga Nakano.

Meski hanya anak angkat Mayumi tidak kekurangan kasih sayang,terutama dari ibu angkatnya dan juga kakak angkatnya... Shun sehingga Mayumi merasa berada bersama keluarga kandungnya.

Namun kehidupan mulai berubah saat Mayumi menduduki bangku SMU kls 3. Berawal dari rasa penasaran dgn kehidupan temannya  Kagawa Satoshi yangg berbeda degan kebanyakan teman² sekolahnya, rasa penasaran yang membuat Mayumi mencari tahu akan keseharian Satoshi hingga membawanya bertemu dengan Kak Ayame yang bisa menjelaskan mengapa selama ini Satoshi tampil beda dgn teman² lelaki lainnya. Rasa penasaran yang pada akhirnya menimbulkan getar rasa di hati Mayumi terhadap Satoshi.
Getar rasa yang hanya bisa Mayumi simpan dalam hati yang terdalam.

Tidak hanya itu ...kejutan demi kejutan juga mulai menghampiri kehidupan Mayumi yg selama ini terhitung tenang tentram. Mulai dari kemunculan sosok Henry,teman Kak  Shun dari Inggris yang datang berkunjung ke Jepang, yang membawa kabar yang cukup membuat Mayumi tergugu haru hingga kenyataan pahit yang harus ditelan Mayumi saat diusir dari keluarga Nakano dan tidak boleh lagi menyandang nama keluarga Nakano selamanya dikarenakan pernyataan cinta dari Kak Shun kepada dirinya.

Sesuai judulnya "Akatsuki" yang berarti "Fajar"..., memang novel ini menggambarkan bagaimana kehidupan Mayumi yg tadinya gelap gulita seperti malam akan tercerahkan oleh datangnya cahaya fajar yang semburat kemerahan menandakan harapan akan kehidupan baru yang lebih baik.

Penggambaran kehidupan di jepang beserta tradisi²  yang menyertai serta sisipan puisi-puisi diantara kisah Mayumi serta petikan syair dari lagu² selaras dengan petikan ayat-ayat Al-Qur’an membuat novel ini amat layak masuk list para penyuka buku.

Judul buku : Akatsuki
Penulis : Muliyatun N
Halaman : 300 hal
Penerbit : Kaifa Publishing

Tangerang, 21 September 2018
- Nusifera - 

Rabu, 19 September 2018

Le Petit Prince


Buku Le Petit Prince diterbitkan pertama kali di Prancis Tahun 1943, ditulis oleh seorang mantan Pilot yang berada dalam pengasingan pada masa perang. Puluhan tahun berlalu, buku ini diterjemahkan dalam 230 bahasa dan menjadi salah satu buku berbahasa prancis yang paling banyak diterjemahkan.

 Judul buku ini dalam Bahasa Indonesia berarti Pangeran Kecil. Kalau dilihat sepintas orang-orang akan bersepakat bahwa buku ini adalah buku untuk anak-anak, bukan saja karena sampul bukunya bergambar gambar kartun khas anak-anak tapi juga isi bukunya yang banyak diselipkan gambar warna warni. Selain itu cerita dalam buku ini juga ringan, penuh imajinasi dan menyenangkan. Menariknya, meski di desain layaknya buku anak-anak, sebenarnya ini adalah buku untuk orang dewasa yang apabila dicermati lebih jauh banyak perenungan dan makna-makna yang tersirat dalam cerita fantasi di buku ini.

Pada bab-bab awal buku ini ada kalimat berikut “Anak-anak harus berbesar hati pada orang dewasa”. Bagaimana bisa? Kenyataan yang sering terjadi adalah orang dewasa yang harus bersabar menangani kelakuan anak kecil yang aktif bergerak dan juga bertanya ini itu yang kadang membuat orang dewasa kewalahan. Dari segi anak kecil, mereka harus bersabar karena orang dewasa terlalu sibuk untuk memperhatikan hal remeh yang dilakukan anak kecil, walaupun menurut anak kecil itu adalah karya terbaiknya. Orang dewasa juga sering rumit dalam menjelaskan, mereka menyukai angka-angka, membuat anak kecil kerepotan mencari tau sendiri jawaban dari pertanyaan mereka, dan yang paling sedih saat orang dewasa mematahkan semangat anak-anak.

Sewaktu kecil, penulis yang diceritakan sebagai Aku, pernah membuat gambar ular yang telah menelan seekor gajah. Setiap orang dewasa dia tanyai tentang gambar yang dibuatnya, mereka mengatakan bahwa itu adalah sebuah topi. Aku membuat gambar yang sama, namun dengan versi berbeda, gajah dalam perut ularnya sengaja tidak diwarnai agar terlihat. Lalu orang dewasa mengomentari lebih baik mengesampingkan gambar ular itu mau terbuka atau tertutup, lebih baik fokus pada pelajaran ilmu bumi, sejarah, Bahasa, dan matematika. Begitu cara orang dewasa menggagalkan karir cemerlang anak umur 6 tahun sebagai seorang pelukis. Hingga akhirnya penulis memilih profesi lain sebagai pilot.

Pertemuan dengan Pangeran cilik terjadi pada saat penulis terdampar di Gurun Sahara akibat salah satu komponen pesawatnya rusak. Pangeran cilik sering bepergian antar planet, waktu itu dia sedang di bumi dan bertemu dengan Aku. Pangeran cilik menceritakan orang-orang yang dia temui di planet lain.

Ini salah satu orang yang ditemui Pangeran Cilik. Dia adalah seorang pengusaha, selama 54 tahun hidupnya dihabiskan untuk meghitung asset yang dimilikinya, bintang-bintang. Dia telah menghitung 500 juta bintang. Pangeran Cilik bertanya bagaimana caranya memiliki bintang-bintang, si pengusaha menjelaskan bahwa apapun yang bukan milik siapa-siapa dapat dijadikan milikmu, berlian, pulau, ide yang bisa dipatenkan, termasuk bintang-bintang. Pangeran bertanya lagi “apa guna bintang-bintang itu bagi mu?”. Pengusaha menjelaskan bahwa dengan memiliki bintang dia dapat jadi kaya. Bintang dapat disetorkan di bank, dituliskan dalam secarik kertas lalu disimpan dalam laci.

Dari cerita tersebut apakah kalian dapat merenungkan sesuatu?

Meski hanya terdiri dari 120 halaman, itupun termasuk gambar-gambar, banyak sekali pelajaran berharga yang dikemas dalam cerita sangat sederhana dalam buku ini. membaca cerita anak kecil yang dapat memberikan makna bagi orang dewasa adalah hal yang membuat buku ini spesial. Cerita lengkapnya silakan membaca bukunya.

Judul                :  Le Petit Prince
Pengarang        :  Antonie de Saint-Exupery
Tahun              : 2018
Penerbit           : PT Gramedia Pustaka Utama
Jmlah Hlm       : 120

-           Khairisa -

Taiko


Taiko (Part 1)
Buku 1-4

Selain novel sejarah tentang seorang samurai fenomenal, Musashi, Eiji Yoshikawa juga punya novel fenomenal lain berjudul TAIKO yang berlatar belakang Jepang abad ke-16. Pada saat itu, keshogunan Ashikaga runtuh dan perebutan kekuasaan terjadi di beberapa tempat. Pada masa itu, ada 3 sosok besar muncul dan menjadi fenomenal dalam sejarah Jepang. Mereka adalah Nobunaga, Hideyoshi, dan Ieyasu.

Sepertinya kurang tepat kalau disebut novel karena tokoh-tokoh utama dan latar belakang sejarahnya adalah fakta. Saya lebih suka menyebut buku ini sebagai novel karena kurang paham untuk tokoh-tokoh tambahannya (bisa jadi fiktif) dan cara penyampaiannya memang seperti novel. Jadi, novel  ini dibagi menjadi 10 buku. Resume Part 1 ini adalah resume dari buku 1-4.

Pada dasarnya, novel ini menceritakan tentang sosok Hideyoshi yang pengalaman hidupnya sungguh inspiratif. Cerita dimulai (Buku 1) pada tahun Temmon kelima (1536) ketika Hideyoshi masih kecil. Saat itu namanya adalah Kinoshita Hiyoshi. Namun tak ada yang memanggilnya Hiyoshi kecuali beberapa orang saja termasuk ibunya. Badannya yang kecil dan wajahnya yang seperti monyet, membuatnya selalu dipanggil “monyet”. Ayah Hiyoshi, Kinoshita Yaemon, adalah mantan samurai. Cita-citanya ketika masih menjadi samurai adalah mengabdi kepada junjungannya hingga ia mendapat jabatan yang layak. Namun nasib kurang baik menimpanya. Belum juga mulai naik pangkatnya, ia cedera dan cacat karena suatu perang. Akhirnya, Yaemon harus dipensiunkan dan tidak bekerja. Sehingga untuk bertahan hidup, istrinya, Ofuka, harus bekerja banting tulang sebagai petani. Sejak suaminya cedera, Ofuka sangat benci dengan dunia peperangan dan melarang keras Hiyoshi, anak laki-laki satu-satunya, menjadi samurai, dan melarang Otsumi, kakak perempan Hiyoshi, menikah dengan seorang samurai nantinya.

Namun, dalam hati, sebenarnya Yaemon masih berharap suatu saat Hiyoshi akan menjadi orang besar mengikuti jalan Samurai. Tapi kondisinya yang semakin hari melemah memaksanya menerima keadaan bahwa status keluarganya harus puas menjadi keluarga petani. Di sisi yang lain, Hiyoshi pun memiliki cita-cita yang sama dengan ayahnya, menjadi orang besar di jalan Samurai. Namun ia pun harus menyembunyikan cita-citanya dari sang ibu yang menjadi sangat membenci jalan Samurai. Namun, sang ibu sangat yakin suatu saat Hideyoshi akan menjadi orang besar meskipun saat itu semua orang mencemooh Hiyoshi yang meskipun tidak terlalu bodoh, tapi terlalu banyak bicara (terkesan pemberontak) dan tidak punya keahlian apapun.

Hingga suatu hari Yaemon meninggal dan Ofuka menikah lagi dengan seorang petani, Chikuami. Awalnya Chikuami adalah pekerja keras dan sayang kepada keluarga, termasuk kepada Hiyoshi. Namun di matanya ia melihat Hiyoshi terlalu pemalas untuk anak seumurannya yang hampir mencapai usia akil balig (umur 17 tahun). Jadilah ia bersikap keras, bahkan terlalu keras, kepada Hiyoshi sehingga membuat Hiyoshi sangat membenci ayah tirinya itu.

Mungkin karena terlalu lelah kondisi keluarganya yang tak kunjung membaik, lama-lama Chikuami berubah menjadi “pemalas” dan pemabuk. Ia membiarkan istrinya bekerja sendiri dan memaksa Hiyoshi berkerja lebih keras. Sebenarnya Hiyoshi tidak terlalu pemalas, ia selalu bekerja tapi tidak pernah bertahan lama dalam pekerjaannya. Para majikan tempat dia pekerja selalu “memulangkan” Hiyoshi karena ia terlalu banyak bicara sedikit bekerja.

Puncaknya, Chikuami, marah besar pada Hiyoshi yang selalu “dipulangkan” dari pekerjaan dan begitu juga sebaliknya, Hiyoshi tidak tahan menerima perlakuan ayah tirinya yang sudah mulai main tangan. Akhirnya Hiyoshi pamit kepada ibunya bahwa ia akan pergi merantau dan tak akan pernah kembali sebelum ia menjadi orang besar. Sebelum Hiyoshi pergi, Otsumi memberikan semua tabungan Ofuka yang sengaja disisihkan untuknya untuk pernikahan Otsumi kelak. Dengan terpaksa Hiyoshi menerima uang itu karena kedua wanita itu memaksanya.

Menyadari bahwa ia tidak punya keahlian apapun, ia tak lagi melamar pekerjaan kecuali di rumah samurai dengan harapan kelak majikan itu bisa membuatnya menjadi orang besar. Tapi saat itu ia pun tak tahu bagaimana cara ia menjadi “orang besar”. Saat itu yang ia lakukan adalah pergi ke ibukota, Kyoto, menggunakan semua uangnya untuk beli jarum-jarum dan menjualnya di kota-kota lain. Jadi lah ia bertahun-tahun menjadi tukang jarum keliling dari satu wilayah ke wilayah lain sambil mencari majikan yang tepat untuknya. Beberapa kali ia menemukan samurai dan bekerja di sana sebagai pelayan, tapi tak pernah bertahan lama, dan ia kembali menjadi penjual jarum. Begitu terus hingga akhirnya ia “menemukan” Nobunaga. Saat itu Nobunaga sedang “berakting” menjadi Bangsawan Pandir.

Di Buku-2 mulai dimulailah kisah Nobunaga dan bagaimana Hiyoshi akhirnya yakin bahwa Nobunaga lah orang yang tepat, orang yang kelak membantunya mewujudkan cita-cita menjadi orang besar. Mungkin memang benar adanya istilah bahwa orang besar akan mengenali orang besar lainnya. Awalnya Nobunaga menerima Hiyoshi dan mengangkatnya menjadi pelayan pembawa sandal. Hiyoshi sangat senang dan melalukan tugasnya melebihi “ekspektasi” dari seorang “pembawa sandal biasa”. Di sini diceritakan sepak terjang Hiyoshi yang akhirnya terus mendapat promosi dari pembawa sandal, menjadi kepala dapur kemudian terus dipindah ke bagian-bagian lain. Meskipun gaji Hiyoshi terus naik, tapi posisi Hiyoshi yang selalu dipindah-pindah dilihat sebagai hal yang tak baik bagi sebagian besar orang. Bahkan ada yang menganggapnya ia hanya “dibuang-buang”. Tapi bagi Hiyoshi, ia bisa membaca maksud tersembunyi Nobunaga bahwa ia ingin Hiyoshi membuat “perubahan-perubahan besar” di semua sisi wilayah kekuasaannya. Dan memang itu lah maksud Nobunaga, dan saat itu hanya Nobunaga dan Hiyoshi sendiri yang paham. Singkat cerita, Hiyoshi akhirnya menjadi orang kepercayaan Nobunaga dan akhirnya menjadi jendral besar bahkan bukan hanya menjadi penguasa benteng, tapi penguasa wilayah. Promosi jabatan dari seorang pembawa sandal menjadi penguasa benteng yang terhitung cepat, tidak membuat sifat cerita dan rendah hati Hideyoshi, nama baru yang diberikan Nobunaga, berubah.

(bersambung)

Judul Buku      : Taiko (versi Bahasa Indonesia)
Penerbit           : Gramedia
Penulis             : Eiji Yoshikawa

-          Shofiyati Nur Karimah -

Pulang


Novel yang dicetak pertama kali di bulan September 2015 ini tidak menarik perhatian saya  sama sekali, sampai sekuel ceritanya terbit tahun ini. Sepotong kalimat  penasaran muncul di dalam hati:  kalau ada cerita tentang ‘pergi’ kenapa cerita ‘pulang’ diterbitkan lebih dulu. Bukankah sebelum seseorang melakukan perjalanan pulang ia harus melakukan pergi lebih dulu? Maka dua hari kemudian novel ‘Pulang’ dan ‘Pergi’ menjadi teman pembunuh sepi saat itu.

Paragraph pertama, bab pertama,  pembukaan cerita yang langsung mencuri hati. This is about love at first paragraph.

Aku tidak takut.

Jika setiap manusia memiliki lima emosi,yaitu bahagia, sedih, takut, jijik dan kemarahan, aku hanya memiliki empat emosi. Aku tidak punya rasa takut. Kalian kira itu omong kosong? Gurauan? Tidak. Lihatlah wajahku, lihat bola mataku. Kalian tidak akan menemukan walau semili rasa takut.

Begitulah Tere Liye mengawali cerita tentang Bujang. Laki-laki yang lahir dan besar di kepulauan Sumatra. Mamak Midah, ibu yang melahirkan Bujang, adalah wanita solihah yang mulia. Wanita yang telah mengikat putra semata wayangnya dengan sebuah janji sepanjang hayat.

Mamak berbisik lembut, ‘Mamak akan mengizinkan kau pergi, Bujang. Meski itu sama saja dengan merobek separuh hati mamak. Pergilah anakku, temukan masa depanmu. Sungguh besok lusa kau akan pulang. Jika tidak ke pangkuan Mamak, kau akan pulang pada hakikat sejati yang ada dalam dirimu. Pulang…’

Kau boleh lupakan Mamak, kau boleh melupakan seluruh kampung ini. Melupakan seluruh didikan yang Mamak berikan. Melupakan agama yang Mamak ajarkan diam-diam jika bapak tidak ada di rumah. Berjanjilah Bujang, kau tidak akan makan daging babi atau daging anjing. Kau akan menjaga perutmu dari makanan  haram dan kotor. Kau juga tidak akan menyentuh tuak dan segala minuman haram.. berjanjilah..

Aku mengangguk.

Dan sepertinya saya langsung paham, apa makna ‘Pulang’ yang dimaksud oleh penulis.

Malam itu, di tengah hujan deras, di tengah rimba lebat lereng Bukit Barisan, hanya aku yang masih sehat. Hanya aku yang masih bisa berdiri tegak. Aku mencengkeram tombak pemberian Bapak. Aku berdiri dengan kaki kokoh, menatap ke depan dan bersitatap dengan monster mengerikan itu. Jika aku harus mati, aku akan melakukan perlawanan terbaik.

Malam itu usiaku memang baru lima belas, tapi fisikku tinggi besar seperti seorang pemuda. Usiaku memang masih anak-anak, tapi di darahku mengalir pekat keturunan seorang jagal paling masyhur di seluruh Pulau Sumatra. Sebut nama kakekku satu kali, maka satu kota akan bergegas mengunci jendela dan pintu, meringkuk di dalam kamar.

Malam itu, dadaku telah dibelah. Rasa takut telah dikeluarkan dari sana. Hari itu aku menyadari warisan leluhurku yang menakjubkan, aku tidak mengenal lagi definisi rasa takut.

Bujang, lahir dari benih seorang tukang jagal, namun mendapatkan pengasuhan seorang wanita berakhlaq mulia. Lahir dan dibesarkan di belantara rimba Sumatra. Perpaduan semuanya melahirkan seorang anak yang tegap, kuat, lincah sekaligus cerdas dan berhati lurus. Menjadikan ia seorang yang sangat layak untuk menjadi pemimpin hebat dan kuat.

Setelah dua puluh tahun berlalu, takdir itupun sampai pada Bujang. Ia menjadi pemimpin yang disegani sekaligus ditakuti. Hanya saja, ia menjadi pemimpin untuk sebuah organisasi preman, organisasi shadow economy.

Maka keseruan makin terasa ketika baca novel ini, sambil kita membayangkan film Matix karena banyak adegan berantem dan tembak-tembakannya. Atau sambil membayangkan film Karate Kid, karena banyak bercerita tentang proses Bujang belajar seni bela diri dan filosofi pertempuran. Entah kenapa dua judul film itu yang muncul di kepala saya, ketauan kan saya hidup sejak tahun kapan..

Tapi yang jelas, membaca novel ini, kita jadi ikutan belajar tentang shadow economy. Sesuatu yang tak akan dipelajari di sekolah. Namun sangat jelas terjadi di masyarakat. Agaknya bang Tere punya cara unik untuk berbagi ilmunya.

Akhir kata, suka banget sama novel ini, karena cocok banget buat direkomendasiin ke anak laki saya yang belum terlalu seneng baca novel. Sangat macho tapi tetap mampu mengasah sisi emosi kemanusiaan.

Mamak, Bujang pulang hari ini. Tidak hanya pulang bersimpuh di pusaramu, tapi juga pulang kepada panggilan Tuhan. Sungguh, sejauh apa pun kehidupan menyesatkan, segelap apa pun hitamnya jalan yang kutempuh, Tuhan selalu memanggil kami untuk pulang. Anakmu telah pulang

Judul buku  : Pulang
Penerbit      : Replubika
Penulis        : Tere Liye
Jmlah hal    : 400

-           - Trisa -

Agar Rumah Diterangi Sunnah


“Katakanlah, Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, Ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS Ali Imran : 31)

Buku karya Ust. Husin Nabil ini mengutarakan sunah-sunah Rosulullah dalam kehidupan sehari hari, seperti makan-minum, cara Rosul menghargai nikmat, Rosul dalam bertamu, Rosul saat tidur dan bangun tidur, Bagaimana kesedihan Rosul dan bagaimana kebahagiaan Rosul, serta sunnah-sunnah Rosul yang lain dalam kehidupan sehari-harinya, semua tersaji dalam buku setebal 252 halaman ini. Tertulis dengan lugas sehingga mudah untuk dipahami, kemudian tulisan dengan beberapa gambar dan model tatanan bacaanya rapi serta menarik, cocok pula dibaca untuk anak-anak. Belum lengkap sempurna tapi sudah cukup untuk bisa diteladhani apa-apa yang dilakukan Rosul, sehingga kita bisa menjalankan sunah dalam keseharian.

Diawali buku disampaikan tentang Mengucap Basmalah, Rosul sangat mementingkan dan menyenangi ucapan basmalah. Basmalah merupakan salah satu zikir yang ada di segala sesuatu. Bismillah ada du permulaan setiap doa, di permulaan setiap zikir, dan di permulaan setiap perbuatan (hal 5). Kalimat “Bismillahirrahmanirrahim” merupakan kunci dari Allah untuk membuka segala pintu kebaikan, Memanfaatkan segala yang ada di alam beserta segala kebaikan di sekitar kita dan menolak segala madharat dari alam di sekitar kita. Jika kite memerlukan Paspor, KTP atau tiket untuk berpergian maka, kalimat basmalah menjadi tiket awal untuk kita melakukan segala sesuatu.

Kalimat zikir yang sederhana dengan memiliki segudang makna, akan terasa manfaat bagi setiap muslim yang menggamalkannya, karena dnegan membacanya maka kita selalu mengingat Allah, berharap hanya pada Allah, kita menggagungkan Allah, kepada Nya kita bergantung dan kepada Nya kita akan kembali. Dalam setiap aktifitas kita Insya Allah akan lebih berkah, kemudian sederhananya setelah membaca basmalah kita akan merasa lebih tenang dan rasa aman.

Selanjutnya adalah adab makan dna minum yang dilakukan Rosul, hal utama yang diperhatikan adalah makan dan minum yang Halal, kemudian tidak berlebih-lebihan. “Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.” (Al Araaf : 31). Rosul makan dengan menggunakan tangan kanan, dengan terlebih dahulu mencuci tangan. Saat makan berbarengan (dalam nampan yang besar) makan disunnahkan untuk memakan pada bagian yang didepannya,, tidak boleh ambil dibagian milik ornag lain, agar orang lain tidak merasa jijik. Makan dengan duduk dan menyebut nama Allah, kemudian tidka memakan makanan yang sangat panas, makanan tidak boleh dibuang (mubadzir) kemudian setelah makan, bersyukur pada Allah, cuci tangan dan kumur-kumur, untuk menghilangkan sisa makanan di mulut, selanjutnya tidak boleh tidur-tiduran setelah makan.

Rosul selalu memberikan teladhan yang sederhana, makanan yang dimakan berupa kurma, adonan roti gandum, daging kambing yang saat diolah dan dihidangkan secara sederhana saja. Namunjika dilihat pada saat ini banyak dari kita yang mempersulit diri sendiri, Banyak restoran yang menonjolkan kerumitan dari sebuah makanan (seperti dilakukan penataan dengan hiasan yang berlebihan, dimasak dengan caria  ini itu yang perlu waktu lama, ini dilakukan agar menarik konsumen) dan akhirnya akan menaikkan harga jual. Sehingga dalam sekali menyajikan makanna saja kadang butuh waktu dan tambahan biaya yang mahal, dan bisa menghilangkan esensi makan yang sebenarnya.

Rosul lebih suka (mendahulukan) minum air putih, minum menggunakan tangan kanan, sebelum dan setelah minum berdoa, dan dilakukan dengan duduk. Setelah minum susu Rosul berkumur menggunakan air, karena memang susu banyak mengandung lemak dan gula, sehingga ketika kita minum akan tertinggal sebagian menempel pada bagian mulut kita, diperlukan kumur dengan air utuk membersihkannya. Sunnah Rosul saat member minum orang lain adalah mendahulukan orang lain kemudian baru kita (si pemberi) minum yang terakhir. Rosul melarang kita meniup air yang panas, meminum air langsung dari kendi (teko air), sehingga saat kita minum perlu dituangkan ke dalam gelas terlebih dahulu. Begitulah adab Rosul saat makan dan minum.

Keistimewaan terbesar dalam hidup Nabi Muhammad SAW adalah Allah menjadikan beliau di dunia bernama Muhammad (yang selalu memuji) dan di akhirat bernama Ahmad ( yeng terpuji) (hal 30). Setiap nikmat hendaknya selalu kita balas, dengan membaca Alhamdulillah, karena nikmat adalah karunia dari Allah, sebnayak apapun kita mengucapkan syukur Alhamdulillah, itu tidak akan bisa setara dengan nikmat yang kita terima. Allah memmerintahkan kita untuk sellau bersyukur, Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan: "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya adzab-Ku sangat pedih". (QS. Ibrahim : 7) “…Bekerjalah hai keluarga Daud untuk bersyukur (kepada Allah). Dan sedikit sekali dari hamba-hamba Ku yang berterima kasih.” (QS. Saba : 13)

Dalam buku ini banyak hal/perilaku/adab lain yang dicontohkan Rosul dan sebaiknya kita menjalankannya, buku ini direkomendasikan untuk dibaca sehingga kita tahu dan paham adab seperti apa yang Rosul lakukan dan kita jalankan dalam kehidupan sehari-hari.

Judul Buku          : Agar Rumah Diterangi Sunnah
Penulis                 : Ust. Husin Nabil
Jml Hal                : 252
Penerbit                : Naura Religi
Th Terbit              : Juli 2016
ISBN                    : 978-602-385-142-3

Probolinggo, 2018
-         Eko Yasin -

Gelandangan di Negeri Sendiri


Kita Yang Terbolak-Balik

Sejumlah permasalahan yang terjadi di negeri bernama Indonesia seakan tak pernah berhenti. Di negeri yang kaya ini rupanya terjadi pola pikir yang salah kaprah. Dalam hal  pembangunan yang seharusnya melibatkan rakyat,  nyatanya peran rakyat dipangkas dan dilewati dengan dalih efektivitas. Hal ini membuat rakyat berperan sebagai objek, bukan subjek pembangunan. Dalam kasus pembangunan kawasan industri atau hiburan yang terkendala melewati kawasan rakyat, cara-cara instan pun dilakukan oknum pemerintah.

Pembakaran pasar demi memuluskan sebuah proyek adalah hal lumrah yang sering kita dengar. Berbagai macam penyakit pengenyampingan rakyat itu membikin kita bertanya, apakah negara ini milik pemerintah atau bukan. "Rakyat adalah milik negara, bukan Negara milik Rakyat. Itu pun dengan catatan bahwa Negara bukanlah milik Negara itu sendiri..." (Halaman 37).

Berbagai kasus sosial-kultural yang terjadi seperti anak sekolah yang tak lulus ujian lalu bergayutan di pucuk rerantingan, seorang isteri yang santai membunuh sang suami atau anak lelaki yang mudah memenggal leher familinya sendiri. Apakah para pelaku kejahatan dan sadisme yang teramat istimewa itu akan kita suruh bercermin ataukah mereka adalah justru cermin terpampang di depan wajah kita? (Halaman 40).

Inilah yang dikatakan oleh Cak Nun sebagai tatanan dunia yang dibolak-balik. Contohnya pada judul Cerdas,  Terampil, dan Jujur, tetapi Melarat. Pemilik bengkel kesal pada karyawannya yang terlalu jujur dan tidak  tahu cara menyerap pasien karena kejujurannya. Mobil orang baik-baik, dia bilang apa adanya. Tidak mau bilang kurang ini dan itu. Setiap saran diarahkan untuk melakukan penghematan. Kan ini 'merugikan' pemilik bengkel.

Lalu di Kontraktor Pembangunan, budayawan dan intelektual ini menyindir lewat dialog kakak terhadap adiknya yang calon walikota, tentang salah pandang yang terjadi pada pejabat. "Para pejabat pendahulumu yang salah sangka terhadap rakyat dan terhadap dirinya sendiri. Mereka menyangka bahwa mereka adalah atasan rakyat, sementara rakyat mereka kira bawahan, dan menganggap rakyat itu kecil" (halaman 62).

 Ditutupnya, karena itu jangan suruh rakyat berpartisipasi dalam pembangunan. Sebab merekalah pemilik pembangunan.

Dengan menggunakan bahasa satire,  Cak Nun menyentil dengan halus kesalahan berpikir masyarakat kita. Seperti pada  "Guru, kok Manjat Kelapa!" kita dihadapkan pada realitas berpikir masyarakat yang masih ditinggikan gengsi. Guru Mataki, yang suka manjat-manjat kelapa dan jualan ke pasar,  dianggap kurang menjaga citranya sebagai seorang guru.

 Maka, Cak Nun menyindir, "Guru macam itu! Guru itu terhormat. Guru itu panutan masyarakat. Ia wajib menjaga perilakunya sehari-hari, tak boleh nongkrong di warung, tak boleh berpakaian seperti penggembala kerbau, apalagi memanjat kelapa dan bawa rengek ke pasar!" (Halaman 211). Inilah bangsa kita.

 Terlalu mengagungkan gengsi. Mementingkan status, gelar, dan pangkat. Padahal apa yang dilakukan guru Mataki adalah pekerjaan halal, mulia,  dan  terhormat. Bahkan jadi panutan.

Rupanya, budaya feodalisme  bertahan apik pada masyarakat bangsa kita. Menyentuh semua lapisan masyarakat dari tingkat atas hingga kelas bawah. Begitulah wajah bangsa Indonesia, yang berarti wajah kita juga. Serba terbolak-balik. Seperti judul bukunya, Gelandangan Di Kampung Sendiri.

 Harusnya kita menjadi tuan di kampung sendiri, tapi nyatanya, begitulah. Dan, dengan jujur pula itu harus kita akui.
Kegundahannya ini disampaikan dengan apik oleh budayawan dan intelektual lewat buku ini.

Berbagai peristiwa yang ringan dan berat disampaikan. Bagi saya, pemaparan Cak Nun lugas dan mengena. Tidak hanya tema besar yang disajikan, tema sederhana pun disampaikan dengan berani dan apa adanya.

 Meskipun banyak kritik dan sindiran, buku ini menambah cinta kita pada bangsa, dalam upaya membawa ke arah yang lebih baik.

 Judul Buku                 : Gelandangan di Kampung Sendiri
Penulis                         : Emha Ainun Najib
Penerbit                       : Bentang Pustaka
Cetakan                       : Pertama, April 2018
Tebal Halaman            : viii+296 halaman
ISBN                           : 978-602-291-472-3

- Supadilah -

Senin, 10 September 2018

Man's Search For Meaning


"Apapun bisa dirampas dari Manusia kecuali satu : Kebebasan terakhir seorang manusia, Kebebasan untuk menentukan sikap dalam setiap keadaan. Kebebasan untuk memilih jalan nya sendiri"
Pernahkah kalian berfikir bahwa penderitaan tidak benar - benar melahirkan derita ?

Seorang psikiater muda, gagah dan kuat dihadapkan dengan "Kenyataan" yang cukup pahit bila dikenang bahkan teman seperjuangan nya dalam kamp berkata : "Biarlah tangan ini dipotong jika saya tidak melumurinya dengan darah saat saya tiba dirumah.” Teman saya bukanlah orang jahat, dia adalah teman terbaik saya di kamp dan setelahnya. Ketika kebebasan itu benar-benar datang kepada "tawanan kamp"  sehingga mereka merasakan penurunan moral mental secara mendadak dikarenakan terlepas beban penderitaan mereka selama ini.

Penderitaan selama tiga tahun di kamp kosentrasi membuat beberapa tawanan merasakan "kehampaan" setelah mereka kembali kerumah mereka dan mendapati tidak ada satu orang pun sanak saudara yang masih hidup untuk menyambut mereka . Sebuah perjuangan dalam mencari makna kehidupan untuk bertahan di Kamp kosentrasi, ketika para tawanan sampai di Sebuah Kamp Kematian Nazi yaitu Kamp Auschwitz . Para tawanan merinding ketika mereka membaca "Kamp Auschwitz" kamp ini terdiri dari : Kamar Gas, Kamar Pembakaran mayat dan Pembantaian Massal. Setelah mereka turun dari kereta, mereka disambut oleh beberapa "Capo" (Capo adalah tawanan yang bertindak sebagai kepercayaan Nazi dan dengan demikian mendapat sejumlah keistimewaan).

Ketika pagi datang, kami selalu di bangunkan oleh suara peluit capo untuk bergegas bekerja. Saat suhu udara 2 derajat fahrenheit, kami bekerja menggali tanah yang beku untuk memasang pipa saluran air. Ia berkata kepada saya "hai, kamu babi, saya sudah mengamati kamu sejak tadi ! Saya belum mengajari kamu cara bekerja ,tunggu saja sampai kamu harus menggali dengan gigimu - kamu pasti akan mati seperti seekor binatang! Saya akan menghabisi kamu kamu dalam dua hari! Kamu pasti tidak pernah bekerja seumur hidupmu! Apa kerjammu dulu, Babi ? Pengusaha ?" Saya menjawab langsung dengan posisi berdiri tegak dan langsung menatap matanya. "Saya adalah seorang dokter - seorang spesialis" dan Capo tersebut berkata "Apa? Seorang dokter ? Saya berani bertaruh, kamu mendapat banyak uang dari orang - orang."

Kebetulan, saya sama sekali tidak bekerja untuk uang dan saya bekerja di sebuah klinik khusus untuk orang miskin. Setelah penjelasan yang saya berikan tidak ada harganya menurut capo tersebut, ia menghampiri saya dan memukul saya hingga jatuh. Bekerja di suhu 2 derajat membuat kami mengalami edema, kaki kami bengkak dan kami tidak mengikat tali sepatunya agar kaki kami muat, saat bekerja kaki kami dipenuhi salju dan terasa sangat gatal.

Perjuangan saya dan teman teman belum berakhir, kami diberikan makan dengan sup encer + sepotong roti. Ada suatu kejadian ketika kami ingin makan, para capo bertanya tentang siapa pencuri kentang tadi malam ?  Jika tidak ada yang menjawab maka tidak ada jatah makan, namun saya dan teman-teman memilih untuk diam dan menguatkan diri untuk tidak menyebutkan pelakunya. Saat malam hari kami berkumpul disebuah barak menjelang tidur, kami mengadakan beberapa aksi lucu untuk menghibur diri Sendiri. " Jika hidup benar - benar memiliki makna. Maka harus ada makna didalam penderitaan, karena penderitaan merupakan bagian tak terpisahkan dari kehidupan manusia. Meskipun penderitaan itu merupakan nasib dan dalam bentuk kematian , tanpa penderitaan dan kematian. Hidup manusia tidak sempurna."  

Saya dan teman - teman merindukan keluarga, istri, anak dan orangtua kami. Saya pernah merawat Seorang wanita yang mata nya penuh rasa hampa dan ia berkata "saya bersyukur atas penderitaan ini karena dahulu saya sangat manja dan sekarang saya hanya memiliki satu teman yaitu Pohon sambil menunjuk pohon tersebut." Kita perlu menghadapi seluruh penderitaan kita, dan berusaha meminimalkan perasaan lemah dan takut tetapi kita tidak perlu malu untuk menangis. Karena air mata merupakan saksi dari keberanian manusia yang paling besar yakni keberanian untuk menderita. Saya sebagai seorang psikiater belajar banyak tentang permasalah-permasalahan yang ada di kamp tersebut, selama tiga tahun dan ditempatkan di tiga kamp yang berbeda membuat saya banyak belajar tentang makna kehidupan.

Setelah hari pembebasan dari kamp Turk helm pada 1945 ketika ia nyaris kehilangan nyawa karena penyakit tifus, Saya baru menyadari bahwa dirinya itu benar - benar sebatang kara. Saat ia kembali ke Wina pada Agustus 1945 kembali kerumah tanpa ada penyambutan, Saya meneruskan karier sebagai psikiater, pilihan yang tidak biasa ketika begitu banyak orang lain terutama psikoanalisis dan psikiater yahudi beremigrasi ke negara-negara lain namun saya memilih tetap tinggal di Wina,

Frankl merasakan adanya hubungan erat dengan Wina terutama dengan pasien-pasiennya yang membutuhkan bantuanya selama pasca perang. Teori yang dimiliki Frankl ialah Teori Logoterapi, psikoterapi yang memusatkan upaya pada pencarian makna hidup, pada saat yang sama Logoterapi mengurai semua bentuk lingkaran setan dan mekanisme umpan balik yang memainkan peranan penting dalam kemunculan neurosis. Dengan kata lain, perilaku mementingkan diri sendiri yang menjadi ciri khas penderita neurosis dihilangkan dan bukan terus dikembangkan dan diperkuat. Viktor E Frankl bukan seorang Psikoanalis tapi ia seorang psikiater yang memiliki Teori Logoterapi untuk membantu pasien - pasiennya. Tulisan Frankl yang pertama kali diterbitkan di Jerman pada 1946 sebagai A Psychologist Experience the Concentration Camp dan kemudian menggunakan judul “Say Yes to Life in Spite of Everything.” Dan versi terjemahan Inggrisnya,yang pertama kali diterbitkan pada 1959 diberi judul “Man's Search For Meaning.”


Judul            : Man's Search For Meaning
Penulis        : Viktor E. Frankl
Halaman     : 233
Diterbitkan oleh : Noura Publishing

           Juli, 2018
-           Yessy Esti Wijayanti -

Hari Anjing-Anjing Menghilang



Hari anjing-anjing menghilang merupakan salah satu judul cerpen dalam buku kumpulan cerpen pilihan kampus fiksi emas 2017 karya Umar Affiq. Cerpen ini mengisahkan kejadian di Jakarta pada Mei 1998. “Jakarta kelam” masyarakat luas menyebutnya begitu. Saat itu, saya masih duduk di bangku SLTP kelas 7.

Pertengahan Mei sembilan-delapan. Jakarta berlari melintasi mimpi buruk yang belum juga usai. Pintu-pintu tertutup, jalanan menjadi semacam koridor tanpa ujung yang terus menerus menjerat orang-orang lemah dan lengah. Manusia adalah karya tuhan yang paling sewenang-wenang, bahkan kepada sesamanya sendiri. Tak ada jalan keluar. Tak ada messiah yang mampu menggugurkan kemelut, tidak juga Marie (halaman 192).

Dunia semakin gila, dan tak ada yang bisa dilakukan manusia. Manusia bisa apa jika jumlah mereka yang berjuang kalah banyak dari mereka yang menyerang? Manusia bisa apa jika pkirannya dimasuki setan-setan beringas, binatang paling buas dengan polah yang kasar? Manusia bisa apa jika kemanusiaan diletakkan begitu saja, sedangkan kebencian yang mengendap di bawa permukaan kemudian dilepaskan di mana-mana seperti virus jahanam? Aku tidak tahu manusia bisa apa, selain larut dalam ketakutan dan kesedihan (halaman 255).

Bermula dari kejengahan rakyat pada masa orde baru. Di mana kekuasaan seakan menjadi candu yang mengasyikkan. Dan rakyat merindukan hadirnya pemimpin baru. Harga yang meroket membuat rakyat meringis. Demonstrasi terjadi di mana-mana. Orang-orang bermata sipit dan berkulit putih pucat menjadi tumbal.  Penjarahan mewarnai jakarta semakin kelam. Bahkan manusia kehilangan rasa kemanusiaannya. Pemerkosaan pada wanita terjadi di mana-mana.

Kalau kamu datang lebih awal, kamu akan tahu bahwa pelaku penjarahan bisa digerakkan dengan sebuah provokasi yang pintar. Provokasi yang memanfaatkan setitik rasa kecemburuan sosial akibat kesenjangan penghidupan (halaman 134). Seorang wanita dipaksa turun dari bus yang dinaikinya, oleh sekelompok massa. Bus itu dibakar. Semua penumpang dimintai uang. Tidak ada uang banyak di dompet wanita itu (halaman 143).
Efek trumatis terjadi. Tidak hanya pada korban, tapi juga pelaku kerusuhan. Seperti seseorang yang berkepribadian ganda. Dia seakan memasuki dimensi lain. Dimensi yang memisahkan dirinya dengan kenyataan.
Anak bungsunya diam. Mereka berdua menunggu penjelasan.

Ibunya benar, semalam lelaki tua atau ayahnya itu tidak bermimpi karena ia memang tidak tidur. Semalam pada tiga dini hari, ketika anak bungsunya sedang sibuk menerjemahkan buku, ia melihat ayahnya ke luar rumah, berjalan bolak-balik di teras rumahnya, menjatuhkan diri, bangkit lagi, menjatuhkan diri lagi, berjalan bolak-balik, menjatuhkan diri  (halaman159).

Seperti itu. Berulang-ulang. Anaknya mendekati dan mencoba menenangkan ayahnya yang meracau pelan. Lelaki tua itu mengatakan tiga hal; maaf saya sudah membakar, maaf saya sudah memperkosa, maaf saya sudah mengambil barang yang bukan milik saya (halaman 160). Selain menyerang perempuan bermata sipit dan berkulit putih pucat, pengacau itu juga menyerang laki-laki. Sebagaimana yang dialami oleh Nyo. Dia kehilangan ayahnya di hari yang sama dia kehilangan anjing-anjingnya. Tidak hanya itu. Yang dialami lebih parah.

Si Kopet mendekat. Hal yang tak terbayangkan oleh Nyo, mereka menelanjangi dirinya, melepaskan celanya Nyo yang setengah basah dan pesing, membiarkan burung Nyo yang kecil semakin kecil berkerut karena takut, terpampang. Si Kopet mengeluarkan pisau. Ia menyemprotkan sesuatu ke burung emprit Nyo lalu dengan cepat memenggal paruh burung emprit itu. Satu-dua darah menetes. Burung pipit itu menunjukkan kepala sesungguhnya. Dan prosesi selesai (halaman 269).

Buku ini seakan melukiskan kondisi Jakarta yang teramat sangat mengerikan. Banyak sekali kata-kata kasar dan umpatan di dalamnya. Seperti ; sial. Bangsat. Tengik! Bajingan! (halaman 37), maka buku ini lebih cocok dibaca oleh mereka yang dapat mengambil esensi sebuah buku, bukan sekadar membaca tanpa review.

Beberapa cerpen memiliki kesalahan ejaan, seperti pada halaman 34, kata kaos apakah yang dimaksud adalah chaos? (kaos ini cepat sekali menyebar, seperti api, seperti cemburu, menjangkiti siapa saja layakya virus ganas.)
Buku ini layak dibaca bagi mereka yang duduk minimal di bangku kelas menengah atas.


Penulis        : Umar Affiq dkk
Judul           : Hari Anjing-Anjing Menghilang
Penerbit      : Diva Press
Cetakan      : Pertama, 2017
Halaman     : 312 halaman
ISBN           : 978-602-391-406-7

-          Susi Ummu Fatih -

Kamis, 06 September 2018

Belajar pada Pengusaha Muda, Kaya dan Berjaya


“Pelajari siapa pun yang hebat, dan kau akan menemukan bahwa dulu mereka magang pada seorang guru besar, atau beberapa guru besar. Karena itu, jika kau ingin mencapai tingkat hebat, terkenal, dan kesuksesan luar biasa, kau harus magang pada seorang guru besar.” Robbert Allen

Tersebut adalah kata motivasi untuk kita semua yang meniti jalan kesuksesan sesuai dengan persepsi masing-masing. Buku setebal 136 halaman ini berkisah tentang sosok yang sedang naik daun beberapa tahun ini yaitu Sandiaga Salahudin Uno. Jika kini kita melihat beliau sebagai pejabat, maka buku ini ditulis jauh sebelum beliau terjun kedunia politik tepatnya pada Mei 2013, saat beliau masih aktif menjadi Pebisnis dan ketua UMKM Indonesia.

Tahun 2007 majalah Asia Globe menobatkan Sandiaga sebagai orang terkaya no 122 di Indonesia dengan aset kekayaan US$ 80 juta. Sedangkan tahun 2009 versi majalah Forbes pak Sandi menduduki peringkat ke 29 dengan total asset perusahaan US$ 400 juta setara dengan 3.7 Triliun Rupiah dengan nilai tukar rupiah Rp. 9300 / USD. Kemudian di tahun ini kita mendengar kekayaan beliau sudah mencapai 5.5 Triliun rupiah. Melalui usaha beliau dengan mendirikan perusahaan PT. Recapital Advisor pada tahun 1997 bersama Rosan Perkasa  Roeslani yang merupakan teman SMA. kemudian di tahun 1998 mendirikan perusahaan Saratoga Investama Sedaya bersama Edwin Soeryadjaja. Pak Sandi dulu juga melirik dunia penerbangan, melalui PT. Saratoga Investama beliau membeli saham perusahaan transportasi udara Mandala Airlines, untuk pesawat ini apa masih ya ? kemarin saya searching enggak nemu.

Terlihat istimewa memang harta kekayaan pak Sandi, kita tentu ingin menjadi seperti beliau, dengan hasil usahanya saat ini, Takkan ada yang bisa didapat tanpa usaha, memtik buah di pohon rindang sekali pun kita butuh usaha dengan berjalan, memetik dengan tangan, baru bisa kita makan. Dalam buku ini dikisahkan  awal mula pak Sandi meniti karir untuk menjadi seperti sekarang. Hasil takkan menghianati Usaha, bisa diterapkan untuk pak Sandi dalam meniti karir nya, ternyata dalam berwirausaha tak ada yang mudah untuk menggawali, ada jerih payah yang harus dilewati, harus kuat diawal membentuk pondasi dan kemudian menjalankan roda bisnis perusahaan sampai mencapai kesuksesan.

Pak Sandi memiliki dasar pendidikan yang prestisius lulus Bachelor of Business Administration dari Wichita State University dan Master of Business ditamatkan di The George Washington University. Pada tahun 1995 Beliau pernah menjadi karyawan sebagai Executive Vice President NTI Resources Ltd. Perusahaan migas yang ada di Kanada dengan gaji USD8000 per bulan (kalo sekarang berati sekitar 116 M). Tapi Allah Maha membolak balikkan manusia, kedudukan, jabatan, harta, tahta dan lain sebagainya. Dengan gaji sebesar itu Nampak cukup untuk segalanya, namun di tahun 1997 perekonomian dunia mengalami krisis moneter. Gaji yang saat itu diinvestasikan akhirnya ikut raib karena krisis moneter dunia. pak Sandi pulang ke Indonesia tanpa membawa apa-apa. Inilah awal mula pak Sandi memulai usaha, sebuah jalan yang sebelumnya tidak terpikirkan, langkah yang bukan pilihannya .

Pak Sandiaga Uno memiliki rumus untuk mencapai kesuksesannya dalam usaha yang ditekuni selama ini, rumus pertama (1) adalah Kerja Keras “Setiap Entrepreneur sukses pasti pernah mengalami kegagalan. Tapi jangan menyerah, Rayakan kegagalan itu.” Rumus kedua (2) yaitu Saat Menemui Kegagalan, Pantang Menyerah. “It’s Ok When sometime you were failed. Tapi jangan menyerah.” Rumus ketiga (3) adalah Bekerja dengan Cerdas. “Bekerja cerdas adalah bekerja yang dilakukan dengan usaha dan pertimbangan matang-matang.” Rumus keEmpat (4) Bekerja secara Tuntas. “Banyak para wirausahawan yang bersemangat hanya diawal saja, perlu sebuah komitmen kuat dalam berwirausaha. Komitmennya selalu setia serta bersedia dan siap dengan segala kemungkinan yang akan dihadapi.” Sedangkan rumus terakhir keLima (5) Bekerja dengan Ikhlas. “Ikhlas berbeda dengan pasrah dan menyerah. Bekerja dengan ikhlas yaitu diawali dengan niat yang baik, dilakukan dengan ikhtiar yang maksimal kemudian menyerahkan hasil usaha kita kepada Allah.”

Pak Sandi sangat mendukung terbentuknya dan berkembangnya UMKM menjadi langkah perekonomian masyarakat untukmembentuk para wirausahawan,  kemudian pak Sandi juga membangun Inotek (inovasi dan teknologi Indonesia) merupakan yayasan yang bergerak dibidang teknologi yang aplikatif dan tepat guna. Pak Sandi mengutarakan Waktunya Indonesia Setara. Setara untuk membangun Indonesia, melalui sumber daya alam dikelola sendiri, dimanfaatkan sendiri dan menjadi mandiri tanpa tergantung dengan tetangga (Negara). Rekomendasi untuk dibaca di sela waktu luang.

Judul Buku          : Belajar pada Pengusaha Muda, Kaya dan Berjaya
Penerbit                : Kamea Pustaka
Jml Hal                : 136
Tahun terbit         : Mei 2013

Probolinggo, Agustus 2018
-          Eko Yasin -