Judul : Sang Penandai
Oleh : Tere Liye
Jumlah Hal : 214
Buku ini berkisah tentang seorang pemuda bernama Jim. Ia adalah satu dari sekian banyak orang yang percaya akan cinta sejati. Lewat gesekan syahdu biolanya. ia pun berjumpa dengan kekasihnya, Nayla- seorang gadis cantik jelita dari negeri seberang, di sebuah pesta pernikahan yang ramai.
"Kau pandai sekali memainkannya, bisakah mengajariku? Ucap nayla kali pertama yang membuat jantungnya berdegup kencang penuh harap. Perasaan cinta pun bermekaran, Jalinan kasih terajut, wajah merona, senyum-senyum merekah, begitu indah bagi sepasang sejoli ini.
Ceritanya bermula ketika Jim sedang menunggui nayla disebuah taman dengan jam pasir besar tepat ditengah2nya. Banyak yg telah terjadi. Sebelumnya, mereka telah terpisah berbulan2. Nayla dijemput oleh keluarganya. karena dia akan dijodohkan. Lewat surat Nayla meminta Jim untuk menjemputnya, menagih janji jim untuk meminangnya, ia menolak perjodohan itu. Namun Jim hanyalah pemuda kampung tak bisa tulis baca yang tidak memiliki keberanian sebesar itu, sebagaimana kesatria seharusnya. Kali ini Jim sedang gusar menunggu nayla di taman, banyak yg akan mereka bahas.
Lonceng ditaman berdentang tujuh kali, tepat pada pukul tujuh tanggal tujuh bulan tujuh. Konon itu adalah peringatan setahun sekali atas kematian sepasang kekasih, yang memutuskan untuk meneguk racun, setelah mendapati pasangannya yang tak lagi bernapas.
Nayla tak kunjung muncul. Dari seseorang Jim akhirnya memperoleh info. Ia bergegas menuju kediaman kerabat nayla. Rupanya nayla -kekasihnya. Baru saja meninggal tepat saat lonceng peringatan itu berdentang. nayla memutuskan untuk mengakhiri hidup nya. ia tak bisa hidup tanpa jim di sisinya, dan ia tahu bahwa jim juga tak siap mengambil risiko untuk melarikan diri bersamanya. Keputusan Itu adalah keputusan paling membahagiakan yang bisa ia pilih.
Bagaimana dg Jim? Jim meratap, menyesali diri atas ketidakmampuannya, menyesali atas betapa pengecut dirinya. Ia pun berfikir untuk turut mati. Namun ternyata iapun tak jua berani. Disaat itu, disaat kegundahan Jim. Sang Penandai pun datang. Mengingatkan bahwa " pecinta sejati tidak akan menyerah sebelum kematian itu sendiri datang menjemputnya"
Awalnya, Jim tak acuh. Namun akhirnya ia setuju untuk ikut berlayar ke tanah harapan bersama armada laut 40 kapal, sesuai saran penandai.
Pelayaran yang tidak mudah; ditengah perjalanan mereka dihadang bajak laut, pertempuran berdarah tak terelakkan. Kapal yg hancur diporak porandakan badai, angin puting beliung, kelaparan, ditawan, dan nyaris mati,. Semuanya membuat Jim berubah. Ia yang dulunya penakut kini telah menjadi pria pemberani nan lihai menggunakan pedang, tanpa kenal rasa takut. ia bukanlah lagi pria dungu yang tak tahu apa2. Ia belajar banyak dari Pete sahabatnya- ia bahkan sudah bisa baca tulis.
Satu hal yg tak berubah. Ia selalu tampak murung, ia dijuluki sebagai kelasi yang menangis. Semua, Karena jim masih belum bisa mengikhlaskan, ia tak bisa melupakan Nayla-masa lalunya, tak bisa melupakan penyesalan terhadap dirinya. Tak bisa melupakan wajah nayla dihari kematiannya.
Singkat cerita Jim akhirnya sampai ke tanah harapan, setelah melawati berbagai rintangan, melewatkan kesempatan untuk memulai hidup baru- dg cinta yang baru. Dirinya menolak semuanya, ia masih tak bisa memaafkan dirinya sendiri. Jim masih tak mengerti apa yang sang penandai maksud. Sampai suatu ketika. Saat ia merasa sekarat, ia memanggil sang penandai. Sang penandai datang lalu membawanya menembus ruang dan waktu beratus tahun silam menyaksikan asal usul tentang peringatan sekali setahun itu, peringatan akan kematian sepasang kekasih pada pukul tujuh tanggal tujuh bulan tujuh.
Ia melihat lelaki tua nan keriput memandangi istrinya yang tak lagi bergerak. Memegangi botol racun yang sudah ia persiapkan jauh2 hari, sejak tabib mengatakan bahwa ' tak ada lagi harapan lagi bagi istrinya'
Saat itu sang penandai pun datang. Mengatakan perkataan serupa, bahwa pecinta sejati tidak akan menyerah sebelum kematian itu sendiri datang menjemputnya" tapi lelaki itu tak mengindahkan, ia bertekat untuk memenuhi janji sehidup semati dengan istrinya. Ia pun menegak botol racun, lalu berbaring disebelah istrinya, memandangi untuk terakhir kali. Namun sesuatu yang tak disangka terjadi. Istrinya kembali bergerak, ia tersadar dan menoleh tak percaya melihat suaminya dengan mulut berbusa. Lelaki tua itu berusaha menggapai wajah istrinya, semua kisah indahnya bersama istrinya seolah sirna, ia menyesali diri atas keputusannya. Kalau saja ia mau sedikit bersabar. Namun nasi telah menjadi bubur. Kisah indahnya berakhir tragis dan menyedihkan.
Setelah menyaksikan semuanya, penyesalan itu tak ada lagi .Jim sudah dapat memaafkan dirinya, ia sudah berdamai dengan masa lalu. Ia sudah siap kapan saja maut akan menjemput. Lalu menyebut nama Nayla untuk terakhir kali dengan senyuman
Kisah ini mengajarkan kita untuk belajar memaafkan masa lalu, tak ada guna menyesali apa yg sudah lewat. Karena ujung2nya hanya akan menyusahkan diri sendiri, membuat diri kita berkubang pada kesedihan tak berujung- yang kita ciptakan sendiri.
"Tidak ada kebahagiaan di dunia ini jika kau masih memiliki rasa sesal dalam hidup."
-Aila-
Terima Kasih Telah Mengunjungi Blog Indonesi Membaca.