Kumpulan puisi dan cerita yang
bertemakan Palestina di buku ini benar-benar mengaduk-aduk emosi saya. Antara
sedih, takjub, merinding, dan sebagainya. Pasalnya ketika pengusiran,
penyiksaan, pemerkosaan, pembunuhan, sebagai santapan sehari-hari dimata dunia,
mulut PBB tetap terkunci. Meski Palestina mereka katakan sudah merdeka. Tapi
apalah Palestina tanpa Al-Aqsha, Palestina tidaklah lengkap tanpa Al-Aqsha.
Ada sentuhan berbeda dari antologi
Palestina ini. Yakni terdapat puisi dengan bahasa Arab yang sudah diterjemahkan
ke dalam bahasa Indonesia. Yang ditulis oleh Sumayye Mahmud dengan judul "الضمير
الغائب" yang artinya “Suara nurani yang hilang.”
Setiap cerita di buku ini memiliki kekhasannya masing-masing.
Di mulai dari cerita tentang pemuda zionis dengan jiwa
tragis, di mana pemuda itu meragukan tragedi Holocaust. Yang seakan-akan
sejarah itu hanya dibuat-buat dengan unsur politik.
Cerita gadis berkerudung guava, yang
bercerita tentang seorang gadis kecil yatim piatu pemberani bernama Noura. Saking beraninya
sampai ia berkata
“Kami kuat, kami ingin mati menjadi
syuhada! Silahkan bom kami,” teriaknya kepada wartawan yang berasal dari
Indonesia itu, sampai puncaknya ketika Noura sedang memakai jilbab putih dan
sedang berpuasa bersama saudaranya. Tiba-tiba sirene tanda bahaya meraung,
suara teriakan menggema hebat. Sang wartawan mencari-cari Noura dan saudaranya
dengan melayang, karena matanya melamur. Suara teriakan, tangisan mengisi udara
yang berubah menjadi panas membara. Wartawan itu terseok sampai ia melihat anak
kecil yang sedang sekarat menggapai udara. Wartawan itu berhambur memegang
tangan gadis kecil itu, kerudung putihnya bersimbah darah. Kerudung itu merah
guava bercampur serpihan otak yang bocor terkena serpihan mesiu. Wartawan itu
ambruk dan memeluk tubuh gadis kecil itu. Gadis kecil itu tersenyum dan menarik
nafas terakhir. Hari ini ia sahur di dunia, sangat mungkin gadis kecil itu
berbuka di syurga. Ya Allah , saya membayangkan bagaimana peliknya keadaan di
sana, sampai berpuasa dalam keadaan perang seperti itu.
Sampai cerita 700 batang cahaya yang
ditulis oleh mba Afifah Afra, yang menceritakan tentang bintang di langit yang
penasaran akan spectrum tujuh ratus batang cahaya yang memancar sampai ke langit
seperti kembang api raksasa yang berasal dari bola biru yaitu bumi. Hingga ia
menjatuhkan dirinya ke bumi dan berakhir dengan menjadi barang dagangan batu
bintang yang dijual oleh seorang ibu penjual batu antic.
Ada cuplikan kisah di dalam cerita
ini yang membuat saya terharu yaitu ketika zigo barang dagangan yang dijual ibu
itu tampak pucat melihat majikannya bersedekah untuk Palestina.
“Kau kenapa?” Tanya batu bintang.
“Tak tahu diri! Majikan kita, meski
kekurangan ia selalu bersedekah untuk orang lain daripada mengurusi kepentingan
dirinya! Mestinya orang itu tak minta sumbangan kepada majikan kita.” Jawab
zigo. Lalu semburat tujuh ratus batang cahaya itu membuncah, kali ini cukup
tinggi. Aku terpana.
“Kau tahu darimanakah asal semburat
cahaya itu?” Tanyaku pada zigo.
“Itu berasal dari sedekah, aku sudah
berkali-kali menyaksikan ibu itu diselimuti cahaya. Itu yang membuatku sangat
betah bersamanya. Dan, itu sering membuatku merasa bersalah. Karena
jangan-jangan ketidaklakuan barang
dagangan ibu itu disebabkan karena doa-doa kami yang tak ingin berpisah
dengannya, karena kami mencintainya.” Subhanallah bahkan barang-barang di
sekitarnya enggan berpisah dari orang yang sering bersedekah penuh cahaya itu.
Saya jadi malu pada diri saya sendiri. Sepertinya saya masih sedikit sekali
bersedekah sampai bisa diselimuti cahaya seperti itu.
Dalam buku ini pun ada puisi yang
ditulis oleh mba Healvy Tiana Rosa ini sedikit cuplikannya
“Kami tegaskan sekali lagi! Karena
kami rakyat Indonesia. Karena kami bangsa muslim terbesar di dunia. Karena kami
manusia. Dan pada tahun 1962 Soekarno pemimpin besar kami, salah satu idola
para pemuda Palestina hingga kini berkata ‘Selama kemerdekaan bangsa Palestina
belum diserahkan kepada orang-orang Palestina, maka selama itulah bangsa
Indonesia berdiri menentang penjajahan Israel.”
Buku ini recommended banget untuk semua kalangan. Agar melihat dan
membuka mta bahwa saat ini Negara-negara Timur Tengah sedang diliputi fitnah
yang dahsyat. Patutlah kita untuk membantu mereka. Buku ini berhasil membuat
saya membaca sampai akhir, begitupun dengan puisi-puisi yang keren banget,
bahasanya pun mudah untuk dipahami. Salut sama FLP, hasil pembelian buku ini
juga disumbangkan untuk Palestina.
Judul :
700 Batang cahaya
Penulis :
Healvy Tiana Rosa, dkk.
Penerbit : FLP
Publishing
Tebal :
216 Halaman
Tahun :
2015
Peresume : Nur
Arfah
Bulan :
Mei
0 komentar:
Posting Komentar