Tuhan, berikanlah aku ketenangan untuk menerima hal-hal
yang tak dapat kuubah, keberanian untuk mengubah hal-hal yang dapat kuubah, dan
kebijaksanaan untuk mengetahui perbedaannya.
Doa itulah yang sering
diulang-ulang tokoh utama bernama Elizabeth Murray yang lebih suka dipanggil
Liz. Novel ini menceritakan kisah hidup penulis sebelum akhirnya menginspirasi
banyak orang di berbagai negara dan mendirikan sekolah khusus tunawisma pertama
di Amerika. Liz kecil dikenalkan kepada ayahnya saat berusia 3 tahun, saat itu
ayahnya baru saja keluar dari penjara karena profesinya sebagai pengedar
narkoba, Ma (ibunya) yang juga membantu ayahnya dalam memproduksi narkoba
dibebaskan karena saat itu sedang mengandung Liz sekaligus mengasuh
Lisa-kakaknya Liz-dan memiliki sedikit gangguan mental karena kehidupannya di
masa kecil yang keras. Keluarga Liz memenuhi kebutuhannya sehari-hari dengan
mengandalkan cek dinas sosial yang dibagikan kepada keluarga miskin di Amerika.
Orang tua Liz adalah
pecandu narkoba yang rela membiarkan anak-anaknya kurang makan bahkan tidak
makan berhari-hari untuk kokain. Ayah
Liz sebenarnya seorang yang cerdas dan sangat mencintai buku-buku, Seringkali
ayahnya meminjam buku di berbagai perpustakaan dan tidak pernah
mengembalikannya sehingga anak-anaknya terbiasa untuk membaca buku-buku bagus
di rumahnya. Sejak kecil, Liz dan kakaknya sudah terbiasa menyaksikan kedua
orang tuanya sakau dan menggunakan narkoba di rumahnya, dan meskipun Liz
membenci perbuatan orang tuanya yang tidak bertanggung jawab, ia selalu bersikap
baik pada keduanya bahkan menemaninya ditengah malam untuk membeli narkoba.
Liz sebenarnya bukan
orang yang bodoh, namun kehidupannya di sekolah yang sering menjadi bahan
ejekan teman-temannya serta direndahkan guru-gurunya menjadikan Liz seorang
yang sangat membenci sekolah dan selalu membolos. Kehidupan Liz semakin kacau
semenjak Ma keluar masuk rumah sakit jiwa dan didiagnosis terkena AIDS, ayahnya
yang seakan tak memperdulikannya, ia yang meninggalkan sekolah dan lebih
memilih untuk bekerja apa saja untuk sekedar memenuhi kebutuhan perutnya. Meskipun
begitu, buku-buku ayahnya dirumah membantunya untuk lulus SD dan SMP dengan
nilai pas-pasan setelah sebelumnya ia sempat dibawa dinas sosial ke penampungan
karena seringnya membolos sekolah. Setelah menjalani hari-hari di penampungan
akhirnya Liz tinggal ditempat baru yang merupakan apartemen pacar baru Ma,
Brick. Sementara Liz tinggal dirumah Brick, ayahnya dibawa ke penampungan
karena dinas sosial tak lagi mau membiayai hidupnya. Ma meninggalkan suaminya
dan memulai hidup baru tanpa narkoba. Liz sejak awal sudah membenci Brick
meskipun ia yang membiayai kebutuhan mereka semua. Terlebih Brick sangat kasar
pada Ma meskipun ia tahu bahwa Ma semakin lemah karena penyakit yang
menggerogotinya.
Di sekolah barunya, Liz
tetap saja membolos dan membenci guru-gurunya meskipun saat itu Liz sudah memiliki
banyak teman yang sangat menyayanginya. Liz akhirnya benar-benar meninggalkan
sekolah dan kabur dari rumah. Liz menggantungkan masa depannya pada Carlos,
anak jalanan yang sedang menunggu warisan dari ayahnya dicairkan. Tanpa tempat
tinggal yang jelas, mereka berpindah dari satu rumah teman ke rumah temannya
yang lain, mengutil makanan di swalayan, meminta-minta, dan mengandalkan
teman-temannya. Liz masih menyayangi kedua orangtuanya namun ia sudah
benar-benar membenci sekolah dan tak mau berurusan lagi dengan dinas sosial
serta tempat penampungan. Beberapa tahun Liz menjadi tunawisma berpindah dari
satu tempat ke tempat lainnya. Hingga pada suatu hari ia mendapat kabar bahwa
Ma meninggal, perasaannya hancur karena ia sadar dirinya justru tidak berada
disamping Ma di saat-saat dibutuhkan, betapa dulu Ma sangat berharap Liz bisa
bersekolah tinggi dan memiliki pilhan untuk bisa hidup dengan layak.
Liz dilema berat
sebelum menjadi benar-benar sadar bahwa ia harus mengubah hidupnya sendiri
ketika mengetahui Carlos yang dicintainya juga menjadi pecandu narkoba, uang
warisannya dihambur-hamburkan untuk membeli narkoba dan mungkin juga
mengedarkannya. Liz hilang arah, ia berbicara pada dirinya sendiri tentang
berbagai kemungkinan untuk mengubah keadaannya. Kali ini ia bertekad untuk
benar-benar menentukan masa depannya, ia tidak bisa mengubah masa lalunya namun
masa depannya masih bisa diciptakan pikirnya. Pasti ada hal yang bisa
dilakukan.
Bagaimana perjuangan Liz supaya bisa bertahan untuk sekolah tanpa membolos lagi?Bagaimana Liz membiayai hidup dan sekolahnya kali ini? Apakah keluarganya bisa bersatu lagi?Apa yang membuatnya percaya diri dan bisa kuliah di universitas top dunia, Harvard University?
Buku ini cukup
melelahkan untuk dibaca, karena lebih dari 450 halaman bercerita tentang
kondisinya yang memprihatinkan, kesulitannya dalam menjalani hidup, orang tua
yang sangat tidak bertanggung jawab dan tidak mampu memenuhi kebutuhan hidup
anak-anaknya, dan keterbatasan-keterbatasan lainnya. Keadaan inilah yang
membentuk karakter Liz untuk memiliki pemikiran yang dewasa dibandingkan usia
sebenarnya, mengajarkannya untuk bijak dan memahami setiap keadaannya. Doa yang
sering diucapkannya menjadikan ia kuat. Buku ini menyadarkan saya bahwa impian
yang besar harus dibarengi dengan usaha dan keyakinan yang jauh lebih besar,
tidak bisa setengah setengah. Akan Ada hal-hal yang tidak bisa diubah dalam
hidup, tapi kita selalu punya hal yang bisa dilakukan yang akan mengantarkan
pada pilihan-pilihan lainnya. Tidak mencoba akan berakhir pada kata ‘tidak’
namun ketika kita mencoba akan memberikan lebih dari satu pilihan. Doa yang Liz
tulis mengingatkan saya dengan beberapa ayat ini “Allah tidak akan membebani seseorang
melainkan sesuai dengan kesanggupannya… “ (QS. Al Baqarah: 286) dan “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib
suatu kaum kecuali kaum
itu sendiri yang mengubah apa apa yang pada diri mereka “ (QS. Ar Ra'd: 11).
Tetap semangat, kesempatan masih terbuka lebar.
Judul buku : Breaking Night
Nama Penulis : Liz Murray
Penerbit : Mizan (terjemahan Indonesia)
Tahun Terbit : 2013
Jumlah Halaman : 510
halaman
Nama Peresume : Mustika
Rizky Amalia