Buku
yang sangat mencerahkan! How to Write a Lot adalah buku non akademik yang
santai tapi jleb jleb. Buku tipis ini sebenarnya lebih menjadi sebuah
buku motivasi untuk para mahasiswa maupun dosen agar menulis lebih banyak
publikasi akademik dengan Bahasa yang santai dan mengalir. Tidak terlalu formal
tapi sangat mudah dipahami seperti penulis yang berbicara langsung kepada kita.
Dr.
Silvia (laki-laki) sangat pandai memainkan kata demi kata dalam Bahasa Inggris
yang sederhana tapi emosinya masuk. Ini buku semacam tutorial tapi main emosi.
Serius. Contohnya nih, pada bagian pembukaan, seperti buku pada umumnya, ada
halaman “mukadimah” yang merangkum isi buku dan apa tujuan ditulisanya buku
ini. Di sini Silvia dengan gaya bahasanya mendeskripsikan apa masalah-masalah
yang biasa dihadapi oleh penulis yang membuat saya jadi baper “Ih iya banget
siiih…. Pak Silvia ngerti banget siiih”. Ternyata setelah menengok biografi
penulis di bagian belakang, Silvia memang adalah peneliti di bidang psikologi
dan focus ke analisa emosi. Dan ia adalah penulis yang produktif. Jadi klop
lah.
Jadi,
buku ini bilang riset itu (anehnya) menyenangkan, tapi menulis tentang riset
tidak. Frustating, complicated, dan un-fun. Apalagi jika kita
tahu kalau reviewer tak dikenal hanya akan membuang manuskrip kita
seperti debu di karpet. Ouch! Sakiiiiit……. Jadi memang benar, menulis itu berat
tapi bisa banyak menulis juga bukan merupakan bakat. Ianya harus dipelajari dan
dilatih meskipun academic writing entah bagaimana bisa jadi drama (kalau
kata Silvia “sordid drama”). Jika kamu punya banyak sekali data riset,
tapi rasanya tak ada waktu untuk menulis, atau rasanya menulis itu sangat
susah, buku ini memang buku yang tepat. Silvia katakan, buku ini tidak akan
membuat menulis menjadi lebih menyenangkan, tapi setidaknya buku ini membuat
menulis menjadi lebih mudah dan tidak terlalu berat (tentu jika kita
‘mengamalkan’ setiap wejangan demi wejangannya).
Pada
bab 2, Silvia menyebutkan 4 alasan yang kedengarannya wajar (specious
barrirer) tapi menjadi penghalang besar untuk menjadi penulis yang
produktif.
1.
“Aku tidak ada waktu untuk
menulis!”, “Aku bisa menulis lebih banyak kalau aku punya lebih banyak waktu”.
Stop katakan itu. Solusinya adalah BUAT JADWAL KHUSUS. Buat jadwal khusus dalam
sepekan untuk fokus menulis. Silvia mencontohkan dirinya sendiri. Ia memiliki
jadwal menulis yang tidak bisa diganggu gugat dari hari Senin sampai Jum’at jam
8:00-10:00 pagi. Hanya menulis! Jangan pernah ada yang bisa menginterupsi
jadwal menulismu, baik itu sekedar mandi, sarapan, minum kopi, cek email, atau
janjian diskusi dengan teman. Pokoknya tentukan jadwal, dan patuhi. Hanya
menulis! Silvia sangat frontal dan ketat dengan jadwal menulisnya. Dia tidak
segan-segan menyarankan untuk terpaksa berbohong jika ada ajakan apapun dari
teman (atau bahkan dosen) tapi tidak enak untuk menolak atau malas berdebat.
Karena orang lain kadang tidak akan paham pentingnya menyelamatkan “writing
schedule” ini.
2.
“Aku perlu analisa dulu”,
“Aku perlu baca paper dulu” atau alasan lain yang seolah-olah wajar
untuk menunda menulis. Solusinya, katakan TIDAK untuk alasan-alasan itu. Kalau
memang butuh membaca referensi, lakukan itu di luar jadwal menulis, atau jika
terpaksa, bolehlah sesekali membacanya di jadwal menulis sambil tetap menulis.
3.
“Untuk bisa menulis banyak,
aku butuh computer, kursi yang nyaman, printer laser yang Ok, dll”. Alasan saja
itu lah. Pakai saja fasilitas yang kamu sudah kamu punya apa adanya. Untuk
dapat menulis kamu hanya butuh kertas dan pensil. (hal.22)
4.
“Aku menulis kalau sedang
ingin menulis”, “Aku menulis kalau dapat inspirasi”. Silvia menunjukkan
beberapa hasil penelitian bahwa menulis hanya pada saat mendapat inspirasi
tidak akan membuatmu lebih produktif. Paksa dirimu untuk menulis di jadwal
menulis. Ada atau tidaknya inspirasi harus tetap menulis. Selalu ada bahan
untuk ditulis.
Kesimpulannya,
untuk menjadi produktif, lupakan semua alasan itu dan patuhi jadwal menulismu.
Jadwal menulis adalah harga mati. Jika kita sudah bisa mentaati jadwal menulis,
sekarang kita bahas bagaimana menulis yang efektif.
1.
Tentukan target. Buatlah
daftar target yang harus kamu selesaikan di jadwal menulismu. Hal ini
memudahkan kita untuk memonitoring apa yang akah kita tulis. Buat yang
se-spesifik mungkin seperti :
a. Menulis paling sedikit 200 kata
b. Print draft yang pertama kubuat kemarin, baca, dan revisi
c. Buat outline untuk manuskrip baru
2.
Tentukan prioritas. Di
antara daftar targetmu, pilihlah mana yang menjadi prioritas utama. Jika kamu
ada manuskrip yang harus direvisi dan resubmit, biasanya revisi ada batas
waktunya, jadi jadikan ia menjadi prioritas utama. Utamakan pekerjaan-pekerjaan
yang ada batas waktunya.
3.
Monitoring progress.
Buat table di excel atau SPSS tentang apa saja yang sudah kamu capai di jadwal
menulismu. Jadwal menulis hari ini mencapai target atau tidak. Buat checklistnya.
Dengan monitoring ini, kamu tahu sejauh mana produktifitas kamu, dan sejauh
mana kamu bisa memenuhi target yang kamu buat sendiri.
Kalau
rasanya berjuang sendiri itu susah, buat group untuk saling mengingatkan. Kumpulkan beberapa teman, sampaikan kapan saja
jadwal menulis kita, buat targetan-targetan dan prioritas, dan monitor
bersama-sama sambil boleh lah ngopi-ngopi bareng. Tapi jika waktunya mepet, setiap
pertemuan tidak perlu berlama-lama cukup datang dan laporan monitoring progress
menulis kita saja. Kalau ada bandel, ya sudah kick aja dari group.
Karena ‘penyakit’ dia bisa saja menular. Karena itu hati-hati dalam memilih
teman untuk dimasukkan ke dalam group ini.
Selanjutnya
Silvia menyampaikan beberapa tips untuk meningkatkan kemampuan menulis.
1.
Analisa masalah. Masalah
utama bagi penulis yang buruk awalnya adalah ingin tampil sok pintar sehingga
sering memilih kosa kata yang tampaknya sangat akademisi dan rumit. Padahal
bisa jadi kata tersebut malah ambigu. Solusinya, ubah mental kita dulu, tujuan
kita menulis adalah agar mudah dipahami oleh pembaca. Masalah kedua adalah academic
writer tidak tahu bagaimana cara menulis. Solusinya, baca buku-buku tentang
menulis. Di bagian akhir buku ini Silvia
memberikan daftar buku yang ia rekomendasikan untuk panduan menulis yang baik.
Masalah yang ketiga adalah kebanyakan academisi tidak menghabiskan banyak waktu
untuk menulis. Solusinya, patuhi jadwal menulis.
2.
Pilih kata-kata yang bagus.
Tak jarang para academisi memilih kosa kata yang nampaknya lebih akademik tapi
sebenarnya ambigu. Kemudian hindari kebanyakan akronim yang susah diingat, juga
sebisa mungkin pilih kalimat yang OK misalnya dengan menghindari kata-kata very,
quite, basically, actually, virtually, extremely, remarkably, completely, at
all, dan seterusnya.
3.
Buat kalimat yang kuat.
Manfaatkan berbagai tanda baca. Di sini Silvia memberi beberapa contoh kalimat
dengan standar APA (American Psychological Association).
4.
Hindari kalimat pasif, to
be ______ ive of, dan not. Contoh :
a. To be indicative of = to indicate
b. To be reflective of = to reflect
c. To be supportive of = to support
d. To be implicative of = to imply
e. Ganti “not” dengan “miss___” karena banyak pembaca yang sering
tanpa sengaja melewatkan “not” sehingga menyebabkan kesalahpahaman yang fatal
5.
Tulis dulu, revisi
kemudian. Jangan menulis sambil revisi. Lebih efektif kalau tulis dulu semua
baru nanti alokasikan waktu khusus untuk revisi.
Pada
2 bab berikutnya, Silvia mengkhususkan membahas tips untuk menulis artikel
jurnal dan buku. Ketika menulis jurnal, diantara yang perlu diperhatikan adalah
bagaimana membuat outline sebelum mulai menulis, menentukan judul dan menulis
abstrak, pembukaan, metode, hasil, diskusi, diskusi umum (general discussion),
dan referensi. Ada juga berbagai tips untuk submit manuskrip, memahami reviewers,
re-submit manuskrip, dan apa yang harus dilakukan jika paper kita ditolak. Yang
tak kalah susah sebenarnya adalah menulis review artikel. Kalau bahasa anak IM,
resume lah. Yup, tidak banyak orang bisa meresume atau menuliskan kembali apa
yang sudah dia baca. Di sini silvia sedikit memberi tips untuk menulis resume
salah satunya mulai dengan menulis berbagai teori yang diajukan dari suatu
paper.
Untuk
menulis buku, ada beberapa langkah yang bisa dilakukan.
1.
Pilih co-author
2.
Buat ouline dari buku yang
akan ditulis
3.
Mulai tulis secara kasar.
Bisa dimulai dari yang paling tidak penting
Berikutnya
ada tips bagaimana memilih penerbit dan membuat kesepakatan dengan hal-hal
detail lainnya.
Akhirnya,
pada akhir bagian, Silvia kembali memotivasi pembaca untuk menikmati jadwal
menulisnya, less wanting more doing, dan mengingatkan kita kalau menulis
itu bukan lintasan pacuan kuda. Jangan hanya publish paper hanya untuk menambah
daftar paper. Jangan hanya menghitung berapa paper yang sudah kamu terbitkan
tapi perhatikan juga motif dan tujuan hidupmu yang lain. Menulis cukup focus
saja di jadwal menulis, kecuali benar-benar ada deadline. Nikmati akhir
pekanmu, nikmati libur musim panasmu. Jadi, intinya nikmati hidupmu dan
seimbanglah dalam menjalaninya.
Judul
buku : How to Write a Lot: A Practical Guide to Productive Academic Writing
Penulis
: Paul J. Silvia, PhD
Penerbit
: APA Life Tools
Jumlah
halaman : 149 halaman (termasuk index dan biografi ringkas penulis)
- SNK -