Buku 1-4
Selain
novel sejarah tentang seorang samurai fenomenal, Musashi, Eiji Yoshikawa juga
punya novel fenomenal lain berjudul TAIKO yang berlatar belakang Jepang abad
ke-16. Pada saat itu, keshogunan Ashikaga runtuh dan perebutan kekuasaan
terjadi di beberapa tempat. Pada masa itu, ada 3 sosok besar muncul dan menjadi
fenomenal dalam sejarah Jepang. Mereka adalah Nobunaga, Hideyoshi, dan Ieyasu.
Sepertinya
kurang tepat kalau disebut novel karena tokoh-tokoh utama dan latar belakang
sejarahnya adalah fakta. Saya lebih suka menyebut buku ini sebagai novel karena
kurang paham untuk tokoh-tokoh tambahannya (bisa jadi fiktif) dan cara
penyampaiannya memang seperti novel. Jadi, novel ini dibagi menjadi 10 buku. Resume Part 1 ini
adalah resume dari buku 1-4.
Pada
dasarnya, novel ini menceritakan tentang sosok Hideyoshi yang pengalaman
hidupnya sungguh inspiratif. Cerita dimulai (Buku 1) pada tahun Temmon kelima
(1536) ketika Hideyoshi masih kecil. Saat itu namanya adalah Kinoshita Hiyoshi.
Namun tak ada yang memanggilnya Hiyoshi kecuali beberapa orang saja termasuk
ibunya. Badannya yang kecil dan wajahnya yang seperti monyet, membuatnya selalu
dipanggil “monyet”. Ayah Hiyoshi, Kinoshita Yaemon, adalah mantan samurai.
Cita-citanya ketika masih menjadi samurai adalah mengabdi kepada junjungannya
hingga ia mendapat jabatan yang layak. Namun nasib kurang baik menimpanya.
Belum juga mulai naik pangkatnya, ia cedera dan cacat karena suatu perang. Akhirnya,
Yaemon harus dipensiunkan dan tidak bekerja. Sehingga untuk bertahan hidup,
istrinya, Ofuka, harus bekerja banting tulang sebagai petani. Sejak suaminya
cedera, Ofuka sangat benci dengan dunia peperangan dan melarang keras Hiyoshi,
anak laki-laki satu-satunya, menjadi samurai, dan melarang Otsumi, kakak
perempan Hiyoshi, menikah dengan seorang samurai nantinya.
Namun,
dalam hati, sebenarnya Yaemon masih berharap suatu saat Hiyoshi akan menjadi
orang besar mengikuti jalan Samurai. Tapi kondisinya yang semakin hari melemah
memaksanya menerima keadaan bahwa status keluarganya harus puas menjadi
keluarga petani. Di sisi yang lain, Hiyoshi pun memiliki cita-cita yang sama
dengan ayahnya, menjadi orang besar di jalan Samurai. Namun ia pun harus menyembunyikan
cita-citanya dari sang ibu yang menjadi sangat membenci jalan Samurai. Namun,
sang ibu sangat yakin suatu saat Hideyoshi akan menjadi orang besar meskipun
saat itu semua orang mencemooh Hiyoshi yang meskipun tidak terlalu bodoh, tapi
terlalu banyak bicara (terkesan pemberontak) dan tidak punya keahlian apapun.
Hingga
suatu hari Yaemon meninggal dan Ofuka menikah lagi dengan seorang petani,
Chikuami. Awalnya Chikuami adalah pekerja keras dan sayang kepada keluarga,
termasuk kepada Hiyoshi. Namun di matanya ia melihat Hiyoshi terlalu pemalas
untuk anak seumurannya yang hampir mencapai usia akil balig (umur 17 tahun).
Jadilah ia bersikap keras, bahkan terlalu keras, kepada Hiyoshi sehingga
membuat Hiyoshi sangat membenci ayah tirinya itu.
Mungkin
karena terlalu lelah kondisi keluarganya yang tak kunjung membaik, lama-lama
Chikuami berubah menjadi “pemalas” dan pemabuk. Ia membiarkan istrinya bekerja
sendiri dan memaksa Hiyoshi berkerja lebih keras. Sebenarnya Hiyoshi tidak
terlalu pemalas, ia selalu bekerja tapi tidak pernah bertahan lama dalam
pekerjaannya. Para majikan tempat dia pekerja selalu “memulangkan” Hiyoshi
karena ia terlalu banyak bicara sedikit bekerja.
Puncaknya,
Chikuami, marah besar pada Hiyoshi yang selalu “dipulangkan” dari pekerjaan dan
begitu juga sebaliknya, Hiyoshi tidak tahan menerima perlakuan ayah tirinya
yang sudah mulai main tangan. Akhirnya Hiyoshi pamit kepada ibunya bahwa ia
akan pergi merantau dan tak akan pernah kembali sebelum ia menjadi orang besar.
Sebelum Hiyoshi pergi, Otsumi memberikan semua tabungan Ofuka yang sengaja
disisihkan untuknya untuk pernikahan Otsumi kelak. Dengan terpaksa Hiyoshi
menerima uang itu karena kedua wanita itu memaksanya.
Menyadari
bahwa ia tidak punya keahlian apapun, ia tak lagi melamar pekerjaan kecuali di
rumah samurai dengan harapan kelak majikan itu bisa membuatnya menjadi orang
besar. Tapi saat itu ia pun tak tahu bagaimana cara ia menjadi “orang besar”.
Saat itu yang ia lakukan adalah pergi ke ibukota, Kyoto, menggunakan semua
uangnya untuk beli jarum-jarum dan menjualnya di kota-kota lain. Jadi lah ia
bertahun-tahun menjadi tukang jarum keliling dari satu wilayah ke wilayah lain
sambil mencari majikan yang tepat untuknya. Beberapa kali ia menemukan samurai
dan bekerja di sana sebagai pelayan, tapi tak pernah bertahan lama, dan ia
kembali menjadi penjual jarum. Begitu terus hingga akhirnya ia “menemukan”
Nobunaga. Saat itu Nobunaga sedang “berakting” menjadi Bangsawan Pandir.
Di Buku-2
mulai dimulailah kisah Nobunaga dan bagaimana Hiyoshi akhirnya yakin bahwa
Nobunaga lah orang yang tepat, orang yang kelak membantunya mewujudkan
cita-cita menjadi orang besar. Mungkin memang benar adanya istilah bahwa orang
besar akan mengenali orang besar lainnya. Awalnya Nobunaga menerima Hiyoshi dan
mengangkatnya menjadi pelayan pembawa sandal. Hiyoshi sangat senang dan
melalukan tugasnya melebihi “ekspektasi” dari seorang “pembawa sandal biasa”.
Di sini diceritakan sepak terjang Hiyoshi yang akhirnya terus mendapat promosi
dari pembawa sandal, menjadi kepala dapur kemudian terus dipindah ke
bagian-bagian lain. Meskipun gaji Hiyoshi terus naik, tapi posisi Hiyoshi yang
selalu dipindah-pindah dilihat sebagai hal yang tak baik bagi sebagian besar
orang. Bahkan ada yang menganggapnya ia hanya “dibuang-buang”. Tapi bagi
Hiyoshi, ia bisa membaca maksud tersembunyi Nobunaga bahwa ia ingin Hiyoshi
membuat “perubahan-perubahan besar” di semua sisi wilayah kekuasaannya. Dan
memang itu lah maksud Nobunaga, dan saat itu hanya Nobunaga dan Hiyoshi sendiri
yang paham. Singkat cerita, Hiyoshi akhirnya menjadi orang kepercayaan Nobunaga
dan akhirnya menjadi jendral besar bahkan bukan hanya menjadi penguasa benteng,
tapi penguasa wilayah. Promosi jabatan dari seorang pembawa sandal menjadi
penguasa benteng yang terhitung cepat, tidak membuat sifat cerita dan rendah
hati Hideyoshi, nama baru yang diberikan Nobunaga, berubah.
(bersambung)
Judul
Buku : Taiko (versi Bahasa Indonesia)
Penerbit : Gramedia
Penulis : Eiji Yoshikawa
- - Shofiyati
Nur Karimah -
1 komentar:
Untuk download novel taiko buku 1 versi pdf, sila kunjungi link berikut :
https://myebooknovel.blogspot.com/2020/06/taiko-eiji-yoshikawa.html
Novel taiko lainnya bisa didownload di url berikut :
https://myebooknovel.blogspot.com
Posting Komentar