Kita tahu dengan pasti kalimat ini "Dari rakyat, oleh rakyat, dan
untuk rakyat". Pelopor kalimat terkenal ini adalah Bapak Demokrasi
Sepanjang Masa, yaitu Abraham Lincoln atau lebih dikenal sebagai
Presiden AS ke-16. Disebut sebagai presiden paling sukses dalam sejarah
Amerika karena dapat menyatukan Amerika Utara dan Amerika Selatan dalam
perang saudara ini begitu dicintai oleh rakyatnya.
Dalam buku ini dijelaskan dengan gamblang perjalanan Lincoln kecil yang
hidup dengan kemiskinan sampai meninggalnya beliau yang tetap dalam
kesederhanaan. Aktifitas keseharian, karier politik, perjuangan, misteri
kematian sampai seperti apa sosok Lincoln di mata dunia pun di jelaskan
dalam per bab yang menurut saya ringan untuk dipahami karena
penulisannya begitu rinci dan sederhana. Adanya penggambaran orang
ketiga mengenai sosok Lincoln disini mampu membuat kita mengenali
sosoknya lebih dalam.
Buku ini diawali dari lahirnya Lincoln ke dunia pada tanggal 12 Februari
1809, dari orang tua bernama Thomas Lincoln yang berprofesi sebagai
seorang tukang kayu dan Ibu, Nancy Hanks Lincoln. Lincoln mempunyai
kakak perempuan bernama Sarah Lincoln Grigsby. Lincoln sudah terbiasa
hidup dalam kemiskinan dan serba kekurangan, tubuhnya kurus kering,
tinggi dan dibalut dengan baju yang selalu kekecilan menjadi sebuah
gambaran kondisinya yang menyedihkan. Kondisi itu makin diperburuk
dengan kematian ibu tercintanya saat Lincoln berumur 9 tahun, setahun
setelah kematian ibunya, ayahnya menikahi seorang perempuan bernama
Sarah Bush Johnston. Walau Sarah hanya ibu tiri, tapi Sarah memperlukan
Lincoln sepenuh hati dan menganggapnya seperti anaknya sendiri. Karena
kemiskinannya, Lincoln hanya mengenyam pendidikan beberapa bulan saja,
dan beliau dapat membaca serta menulis dari singkatnya pendidikan
tersebut. Berbekal sedikit, Lincoln terus membaca dan membaca secara
otodidak dari buku-buku yang dia dapatkan. Dari sinilah Lincoln menjelma
menjadi sosok pemuda yang berpengetahuan luas dan berhasil menjadi ahli
hukum, pengacara pada usianya yang masih muda yaitu 28 tahun.
Lalu kisah ini berlanjut ke masa-masa remaja beliau dalam mencari
pasangan hidup, Lincoln lebih dikenal pendiam terhadap wanita, dan
banyak menghabiskan waktu dengan teman lekakinya. Namun, Masyarakat AS
tahu dengan pasti, bahwa Lincoln dibuat jatuh hati oleh seorang gadis,
anak pemilik hotel bernama Ann Rutledge, namun, kisah cinta ini berakhir
dengan menyedihkan karena meninggalnya Ann di usia muda. Lincoln pun
berlanjut dengan menyukai Mary Owens, namun Lincoln begitu tak percaya
diri karena dia hanya seorang miskin dan tak rela Mary mengorbankan
kehidupan mewahnya hanya untuk bersama Lincoln. Setelah 2x kegagalan
dalam kisah cintanya, Lincoln menikah dengan Mary Todd, gadis cerdas dan
suka ikut campur dalam urusan dunia politik. Kehidupan Mary dan Lincoln
pun tak semulus kelihatannya, mereka berdua sering bertengkar dan
memutuskan berpisah karena sikap Lincoln yang begitu tidak peduli dengan
penampilannya, sehingga sering membuat Mary malu. Namun, mereka memang
ditakdirkan bersama, kerinduan membuat mereka bersatu menjadi sepasang
suami-isteri yang bahagia dan dikaruniai 4 orang anak laki-laki yang
begitu dipuja oleh Lincoln. Prinsip beliau adalah, mencintai apa yang
mereka cintai dan membenci apa yang mereka benci, begitulah Lincoln
membesarkan anak-anaknya.
Abraham Lincoln di mata sahabat-sahabat tedekatnya adalah sebagai sosok
yang sederhana, jujur, pemurung, cerdas, bergerak lamban namun pemikiran
dan ingatannya yang kuat. Ada seorang sahabat yang mengatakan bahwa tak
ada satupun yang benar-benar mengenal Lincoln karena sosoknya yang
dapat berubah-ubah sesuai suasana hatinya yang begitu cepat. Dalam
menyampaikan maksudnya, Lincoln lebih sering bercerita daripada langsung
kepada intinya, beliau ingin membuat orang-orang mengerti dengan
caranya.
Bab berikutnya dijelaskan seputar kematian Lincoln, yang meninggal
tertembak ketika menyaksikan sebuah pementasan teater di Teater Ford,
Washington pada 14 April 1965. Orang yang menembaknya adalah seorang
aktor yang mengalami gangguan jiwa bernama John wilkes Booth. Sebelum
hari kematiannya, Lincoln sudah mendapat firasat buruk lewat mimpi,
bahwa beliau dalam mimpinya sedang berjalan sendirian di Gedung Putih,
dan begitu terkejut saat mendengar banyak suara tangisan di ruangan
utama, orang-orang tersebut sedang menangisi jenazah di peti mati, dan
ketika Lincoln bertanya kepada salah satunya, dia menjawab "Presiden
meninggal, presiden dibunuh seseorang". Lincoln menjelaskan mimpi itu
keesokan harinya kepada sahabatnya yang juga seorang pengawal pribadi,
Ward Hill Lamon. Beberapa hari kemudian, mimpi itu menjadi nyata. Dalam
bab ini, dijelaskan juga sosok pembunuh Lincoln yang ternyata membenci
Lincoln karena membela pihak utara dan Lincoln yang menggebu-gebu untuk
menghapus perbudakan pada rakyat. Ada satu bab khusus yang sangat
menarik dalam buku ini, yaitu kemiripan Lincoln dengan Presiden JFK,
seputar kematian mereka berdua yang begitu mirip, membuat saya
benar-benar kaget dan tak habis pikir.
Dalam masa jabatan sebagai Presiden, ada satu pidato beliau yang begitu
fenomenal yaitu Pidato Gettysburg, pidato itu singkat hanya berdurasi 2
menit, berisi tentang kesetaraan manusia, dan diawali dengan kalimat
"empat angka dan tujuh tahun yang lalu" mengacu pada Declaration Of
Independence. Lincoln benar-benar ingin menjunjung tinggi demokrasi
dengan mempercayakan semuanya pada rakyat. Indonesia pun juga menerapkan
sistem ini. Akhir kata, saya ingin berpendapat bahwa karena sistem
demokrasi ini yang berarti kebebasan dalam menggunakan hak-hak, banyak
yang mensalah artikan sistem ini. karena merasa dibela hak-haknya,
banyak yang berbuat sewenang-wenang dan akhirnya menjadi egois. Padahal,
setiap kebebasan individu selalu dibatasi oleh kebebasan orang lain
pula, dan itu dibutuhkan sikap yang saling menghargai sehingga tak ada
lagi bentrokan antara kebebesan yang satu dengan yang lain.
Judul : ABRAHAM LINCOLN : Bapak Demokrasi Sepanjang Masa
Penulis : A. Faidi, S. Hum
Penerbit : IRCiSoD
Halaman : 327
0 komentar:
Posting Komentar