“Harapan tanpa iman adalah kekecewaan yang menunggu waktu.
Kebahagiaan tanpa barakah bagai bayang-bayang tanpa cahaya.”
***
Buku ini menjelaskan tentang bahagianya
merayakan cinta dalam pelabuhan hidup berumah tangga. Secara gamblang dan
mendetail panduan kehidupan berumah tangga dipaparkan dalam buku ini. Dari awal
perayaan hidup berumah tangga yang berisikan persiapan hidup berumah tangga
dengan parameter persiapannya, mendesain walimah yang barakah, pelaminan yang mendebarkan, hingga saat suami istri
saling menjadi pakaian diantara keduanya. Pun pada akhirnya suami istri harus
saling mendekap lebih erat manakala badai menghadang dalam kehidupan.
Poin penting yang diangkat dalam buku ini
adalah secara garis besar hidup ini berisi hal yang kita suka dan hal yang
tidak kita suka. Dan yang pasti kedua-duanya ada. Kadang seiring, ada kala
bergantian, dan berselang-seling. Dalam pernikahan pun demikian. Ada saat, ada
waktu, ada kala, ada kondisi, ada hal, ada keadaan, semuanya bisa dalam konteks
disukai atau dibenci, menyenangkan atau memprihatinkan, melahirkan tawa ataupun
isak, apapun itu, senantiasa berharap ada barakah.
Apa itu barakah?
Barakah adalah
bertambahnya kebaikan dalam setiap kejadian yang kita alami waktu demi waktu.
Barakah adalah
keajaiban yang terjadi pada orang yang beriman.
Barakah, dalam kata
Ibnul Qayyim adalah semakin dekatnya kita pada Rabb, semakin akrabnya kita
dengan Allah.
Dalam
pernikahan, barakah menjawab, barakah menjelaskan, menenangkan, dan
menyemangati. Dan disaat apapun barakah itu membawa kebahagiaan. Barakah
membari suasana lain dan mencurahkan keceriaan musim semi, apapun masalah dalam
rumah tangga. Barakah membawa senyum meski air mata menitik. Barakah itu
menyergap rindu ditengah kejengkelan. Barakah itu menyediakan rengkuhan dan
belaian lembut disaat dada kita sesak oleh masalah.
Barakah itu mengubah
kalimat, “Ini salahmu...!” menjadi “Maafkan aku, Cinta...”
Ia mengganti diksi,
dari “Kok bisa-bisanya sih kamu...?” menjadi “Aku mengerti, Sayang, sabar
ya...”
Barakah juga
melafazkan, “Kamu kemana saja sih...?”
agar terdengar, “Aku disini menantimu dalam rindu yang menyesak...”
Dan ia membahasakan,
“Aku tuh sebenarnya ingin, kamu...!” agar berbunyi, “Cinta, makasih ya, kau
membuatku...”
Subhanallah, bahasa
barakah. Logatnya logat cinta.
Sungguh
begitu banyak jalan yang menawarkan kebahagiaan, maka utamakanlah memilih
perioritas barakah.
Barakallahu laka,
agar terciptakan bahagia dalam merayakan cinta. Mengasah kepekaan cinta dalam
pernikahan, menghadirkan cita rasa surga, dan melukiskan warna-warna barakah.
Karena disaat apapun, barakah selalu membawa kebahagiaan...
Judul buku: Barakallahu Laka,
Bahagianya Merayakan Cinta
Penulis: Salim A. Fillah
Penerbit: Pro-U Media
Diresume oleh: Amrina Anggrarini
0 komentar:
Posting Komentar