JudulBuku :Self Driving Menjadi Driver atau
Passenger?
Penulis : Rhenald Kasali
Penerbit : Rumah Perubahan & Mizan
Jumlah
Hal : ix + 270
TahunTerbit : Maret 2015 (Cetakan ke-7)
Peresume : Novi Trilisiana, IM1
Buku yang satu ini cukup provokatif, membawa ide pembaharuan yang siapa saja patut mewujudkannya. Setiap kata seakan mengamit tangan pembaca untuk beraksi, membuktikan siapakah sesungguhnya kita: driver ataukah passenger? Dilengkapi boks berisi tulisan singkat macam opini, berita, tips, maupun kisah nyata yang sayang jika dilewatkan.
Buku ini memiliki 13 bab.
Secara garis besar, tiga bab awal menyadarkan kita tentang posisi serta pilihan
manusia terhadap kehidupannya. Bab selanjutnya membandingkan dua jenis
penumpang maupun dua jenis pengemudi. Adapenumpang yang burukmaupun yang baik
serta pengemudi yang buruk maupun yang baik. Keempat jenis manusia tersebut
menempati kuadrannya masing-masing. Posisi kuadran paling parah adalah
pengemudi yang buruk sedangkan kuadran paling ideal adalah pengemudi yang baik.
Di antara keduanya terdapat kuadran penumpang yang buruk dan penumpang yang
baik.
Pada intinya,penulis
mengharapkan pembacabisa men-drive diri
sendiri (drive your self), men-drive orang lain (drive your people), men-drive
bangsa (drive your nation).Supaya
jelas, sedikit saya kutipkan definisi driver yang dimaksud dalam buku ini.
Driver adalah sebuah sikap hidup yang membedakan
dirinya dengan ‘passenger’. Anda
tinggal memilih, ingin duduk manis, menjadi penumpang di belakang, atau
mengambil risiko sebagai driver di
depan? …h.6
Seorang driver tidak cukup hanya bermodalkan
tekad dan semangat, ia butuh referensi dari pengetahuan akademis….h.8
Kebalikan dari driveradalah passenger.Menjadi passenger banyak
dikaitkan dengan mau menjadi the loser
atau the winner.Mental passenger yang
buruk identik sebagai loser ataupun
pecundang. Oleh karena itu, penulis memaparkan bahaya laten akibat mental passenger yang buruk. Sampai di bab ini,
pilihan yang disarankan untuk pembaca adalah menjadi good driver atau good
passenger.
Pada bab selanjutnya,
pembaca digiring untuk memilih pilihan terbaik, yaitu menjadi good driver. Supaya menjadi good driver, setidaknya kita harus
membiasakan diri dengan beberapa hal ini:
·
Self
Discipline
·
Ambillah Risiko
·
Play
to Win
·
The
Power of Simplicity
·
Creative
Thinking
·
Critical
Thinking
Keenam hal tersebut dikupas
secara detail ke dalam enam bab tersendiri. Setiap bab selalu ada kisah-kisah
inspiratif yang menggiring pembaca optimis untuk membenahi diri. Dilengkapi
pula dengan latihan-latihan sederhana yang mendukung keenam hal itu. Misalnya,
agar seseorang memiliki Critical Thinking Standard (terbuka, jujur, berani,
sabar, memiliki rasa cinta terhadap sesama, tidak mudah tersinggung, sadar ada
kelemahan dalam diri, terbuka terhadap kritik, dan independen) maka
sering-seringlah ‘bergumam atau ngoceh’ saat melihat iklan TV ataupun nonton
film, membaca sebuah perdebatan, dan mengkritisi buku.
Hanya saja, saya menemukan
kontradiksi dalam pemikiran penulis. Di satu sisi, penulis menganggap bahwa orang-orang
yang beraliran keras dan merasa dunia ini penuh ketidakadilan atau yang
bermental loser akan cenderung menyebarkan informasi yang bersifat menghasut
(h.222). Di sisi lain, penulis banyak menampilkan istilah-istilah agamis
sebagai yang tidak ‘ramah’ karena tercermin dari sebagian oknum. Kemudian ia
tidak memberikan klarifikasi lengkap sehingga ketidak-ramahan tersebut
men-generalisasi. Jadi, juga ada nada menghasut yang penulis sampaikan.
Jika penulis netral dan pro
pada kebaikan universal, ia tidak hanya mengangkat sisi negatif sebagian oknum
tetapi ia juga mengangkat sisi positif dari yang lainnya. Nah, di sini penulis
tidak cukup bijaksana. Selebihnya, isi buku sangat layak untuk dibaca.
0 komentar:
Posting Komentar