Judul : Proses Pelapukan “Tantangan Indonesai
Merdeka”
Penulis : Suryopratomo dkk
Penerbit :
Penerbit Buku Kompas
Tahun : 2006
Tebal : 186 halaman
Buku ini saya
dapatkan di Perpustakan Universitas Jember. Saat itu saya bingung mau meresume
buku apa, setelah mencari-cari sya menemukan buku ini begitu menarik perhatian.
Buku tentang tanah air Indonesia ini diterbitkan pada Januari 2006 itu berarti
usianya hampir 10 tahun.
Dalam buku ini
di paparkan dengan gamblang kondisi Indonesia hingga tahun 2005 yang mengalami
kemerosotan dari berbagai bidang. Dari mulai bidang politik, pemilihan
langsung pada tahun 2004 yang di
harapkan mampu mengubah kepemimpinan lebih baik malah semakin semrawut dan konflik dimana-dimana.
Satu langkah maju, dua langkah mundur begitu kata Budiman Tanurejdo menggambarkan kondisi
politik setelah tumbangnya orde baru. Berbagai bentuk pelanggaran hak asasi
manusia dalam sejarah 60 tahun Indonesia saat itu. Jajak pendapat Kompas, 8
Agustus 2005 memaparkan bahwa sebagian besar responden tidak puas dengan
penyelesaian kasus pelanggaran HAM masa lalu. Lain halnya yg terjadi pada Endin
yang pada 2001 mengungkapkan telah terjadi suap menyuap di kalangan hakim Mahkamah
Agung. Malah ketiga hakim itu melaporkan Endin ke kejaksaan atas tudingan nama
baik. Berdasarkan survei The Political and Economic Risk Consultancy Ltd (PERC)
Januari- Februari 2005, Indonesia berapa di peringkat pertama sebagai negara
terkorup. Selain itu Indeks Pembangunan Manusia Indonesia berada di peringkat ke
111 dan 175 negara. Hal itu terjadi disebabkan praktek korupsi yang telah
membuat kebocoran dalam anggaran negara. Lanjut ke masalah yang lain, jika kita
menengok ke masa lalu kekerasan menyertai setiap langkah di bangsa ini.
Indonesia adalah negara kekerasan begitu yang tertulis dalam buku Roots of
Violence in Indonesia. Di perkirakan jumlah orang yang di binasakan tanpa
proses pengadilan terkait peristiwa 1965 mencapai angka 500.000 orang. Jumlah
yang luar biasa dalam sejarah pembunuhan massal terbesar di muka bumi setelah
perang dunia ke 2. Tidak ada aktor utama yang di nyatakan bersalah dan di
jatuhi hukuman berat.
PELAPUKAN !
dalam perjalanannya, industri yg kita banggakan sebagian besar ternyata hanya
tonggak keropos dan semakin kehilangan arah. Dalam bidang manufaktur Indonesia
semakin terancam oleh negara lain yang mampu menwarkan biaya produksi rendah
seperti Cina dan Vietnam. Faktor penyebab hilangnya daya saing Indnesia yaitu ketergantungan
yg sangat besar pada sejumlah kecil produk. Begitu halnya dalam sektor
pertanian, pada awal abad ke 19 Indonesia adaah eksportir gula terbesar kedua
di dunia namun skg berbalik menjdi importir no 2 di dunia. Hal yg sama terjadi
untuk produk pangan lainnya. Dalam bidang infrastruktur semakin tertinggal dari
negara” di Asia. Harga minyak bumi yang tinggi menambah daftar masalah serius
yg harus di hadapi Indonesia.
Seakan masalah
yang tak berkesudahan, dalam bidang pendidikan juga terus timbul masalah baru.
Setiap pergantian menteri pendidikan, kurikulum juga berubah. Padahal setiap
perubahan bedampak pada praksis pendidikan. Akibatnya banyak kebijakan yg di
lakukan seolah-olah sebagai kebijakan instan dan kurang di dasari pertimbangan
pedagogis-edukatif. Catatan “pelapukan” ini terfokus pada pendidikan dasar dan
menengah karena tingkat inilah bangunan fondasi jenjang berikutnya. Tanpa itu,
15 tahun ke depan ketika Indonesia merayakan usia 75 tahun jangan-jangan bangsa
dan negara ini semakin tertinggal jauh dari Vietnam, Afrika apalagi Singapura
dan Malaysia L.
Ada pula dalam
hal layanan pendidikan yang menimbulkan ketidaklayakan bukan hanya keterbatasan
akses bagi semua warga negara terutama kaum miskin. Lebih dari itu, bisa di
lihat belum memadainya sarana dan fasilitas belajar. Bangunan sekolah yang
lapuk dan ambruk sudah menjadi pemandangan sehari-hari (hingga saat ini masih
banyak sekolah-skolah tertinggal terutama di pedaleman). Jika setelah 60 tahun
kemerdekaan (tahun 2006) anak-anak d bangsa ini malah tak semuanya bisa
mengenyam pendidikan yg layak, berrti bukan hanya sekedar terjadi pelapukan
bahkan terjadi pemunduran zaman dan peradaban. Jika Jepang, Taiwan, dan Kore
Selatan disebut sebut sebagai “macan Asia”, maka Indonesia di ibaratkan “ Anak
Macan” yang sedang tumbuh pesat dan setiap saat bisa menyalip posisi sang
induk. Lain halnya pula dalam segi kesehatan, puskesmas di bangun dimana-mana
untuk di manfaatkan oleh masyarakat. Meski berobat di puskesmas di katakan gratis
atau sekedar bayar biaya administrasi. Namun citra gratis sering membuat
masyrakat merasa pengobatan yang mereka dapatkan tidak sungguh-sungguh. Belum
lagi persedian obat yang masih kurang lengkap. Begitu pula yang terjadi pada
bidang olahraga yang semakin terpuruk. Kesejahteraan yang di bangun selama 32
tahun Orde Baru ternyata tidak lebih dari istana pasir yang berhamburan di tiup
krisis. Indonesia tidak hanya jatuh ke dalam jurang kemiskinan, tetapi alami
perubahan sosial dan politik yang belum jga selesai hingga sakarang.
Satu-satunya cara untk mengatasinya adalah mengembangkan kreativitas,
memberdayakan apa yang ada di masyarakat dan memberi kesempatan semua potensi
untuk berkontribusi. Tanpa upaya berarti, Indonesia akan tetap berkutat dengan permasalahn
zaman batu dan atom sekaligus. Ratapannya tampaknya masih akan mengiringi nasib
bangsa ini. Padahal dengan potensi yang di miliki, Indonesia seharusnya menjadi
negara besar. Indonesia tidak boleh kalah dengan dengan Singapura maupun Korea
Selatan yg nyaris tidak memiliki sumber daya alam yang melimpah. Namun semakin
di sadari jauh lebh penting sumber daya manusia. Kekuatan intelegensijauh lebih
menentukan daripada kekuatan materi. Inilah momentum untuk bangkit bersama.
Kita bisa. Luar biasa warisan ideologi dan pandangan hdup kenegaraan yang di
tinggalkanoelh para bapak pendri bangsa. Luar biasa kekayaan dan kenyataan
komunitas bangsa Indonesia yang bermasyarakat Bhinneka Tunggal Ika.
0 komentar:
Posting Komentar