Minggu, 05 April 2015

30 Paspor Di Kelas Sang Profesor



Judul               : 30 Paspor Di Kelas Sang Profesor
Penulis             : J.S Khairen
Jmlh Hal          : 293
Penerbit           : Noura Books
Diresume oleh : Yusuf Enril Fathurrohman





            Kawand2 pastilah pernah membaca  buku ini. Buku ringan yang supeeeer keren dengan latar belakang yang simple tapi luar biasa. Ya buku yang menceritakan bagaiamana mahasiswa FE UI di kelas “Pemasaran Internasional” yang diasuh oleh Prof. Rhenald Kasali berbagi pengalaman mereka menghabiskan waktu di Luar Negeri.dalam rangka tugas kuliah mereka. Lebih unik lagi mereka diwajibkan pergi ke Luar Negeri tidak berkelompok tetapi secara individu agar merasakan yang namanya TERSESAT. Loh!?

MELEPAS KODI DAN MENGAJARKAN RAJAWALI TERBANG
            Pada abad ke-7 seorang pelaut tangguh mengangkat layar menyebrangi lautan yang bertujuan untuk menemukan tanah sbur di timur nun jauh dari daratan tempat tinggalnya. Proposal perjalananya di tawarkan kemana-mana. Setelah ditolak raja Portugis dan Inggris, pria ini berhasil mendapatkan kepercayaan ratu Spanyol yang pada kemudian hari dia menjelajahi samudra hingga mendarat pada suatu tempat.
            “India!” Ia berseru pada semua awak kapalnya. “Kita telah mendarat di India”.
            Kita pastilah tau siapa dia. Yups,,,Dia adalah Christopher Colombus. Alih-alih mendarat di India seperti yang diharapkan ratu Isabel yang membiayai misi perjalanannya (untuk memperkuat posisi Spanyol dalam perdagangan rempah-rempah yang dibutuhkan eropa dan terputus akibat perang Saliib), Columbus justru mendarat di sebuah benua yang kelak dinamai Amerika.
            Ini tentu diluar harapannya. Ia sendiri tak pernah sampai ke tanah India dan malah sampai di benua lain. Saat ia kembali menghadap ratu, banyak penjelajah dunia lainnya yang mencemooh, dan kebanyakan mereka mengambil rute sebaliknya hingga tanjung harapan (lebih dekat dengan India).
            Meski demikian Columbus tidak dihukum, bahkan Ratu Isabel memberikan penghargaan. Hingga hari ini pun kita mengenal namanya sebagai enemu benua Amerika. Ketika di cemooh itulah Columbus berfilsafat “Kalau saya tak pernah mau tersesat, saya tak akan pernah menemukan jalan baru”.
            Cerita Columbus itulah yang menginspirasi Prof. Rhenald Kasali untuk menantang anak didiknya pada mata kuliah Pemasaran Internasional untuk melakukan hal yang tidak hanya sebatas teori atau memindahkan pengetahuan dari buku ke otak para mahasiswa. Beliau menegaskan bahwa saat ini jutaan manusia Indonesia sangat takut “menjelajahi” dunia baru yang sama sekali belum dikenalinya. Kebanyakan justru menghindari kegagalan, kesasar atau segala sesuatu yang bakal menyulitkan hidup. Banyak yang ingin anak-anaknya menjadi juara, lulus cepat dan mendapat pekerjaan yang baik, serta dimudahkan jalannya. Setiap kali mereka mengalami kesulitan, persoalan mereka diambil alih (orang tuanya). Padahal semua masalah itu diberika Allah untuk merubah karakter manusia agar menjadi “petarung” dalam menghadapi masalah.
            Bayangkan apabila Colombus tidak berani menjelajahi dunia baru dan kesasar, mungkin saja Benua Amerika baru saja ditemukan beberapa abad kemudian dan sejarah yang kita jalani hari ini akan berbeda sama sekali. Penjelajahan baru itulah yang menuntut manusia untuk berpikir, bukan menghafal atau bahkan menjustifikasi.
            Ibarat eksplorasi Colombus, anak-anak muda yang pertama kali pergi ke luar negeri seorang diri akan berhadapan dengan banyak ketidakpastian, kegundahan, ketidakberdayaan, dan segala keterbatasan. Mereka akan belajar sambil berefleksi, bertanya dan bicara hanya pada dirinya sendiri, tidak ada orang yang dikenal. Melalui latihan “self driving” yang dijahit ke dalam mata kuliah inilah, manusia belajar membentuk diri dengan “self talk”, meraih “self confidence”, self discipline, self creativity, dan melangkah ringan dengan pikiran yang lebih simple.
Prof. Rhenald Kasali memprovokasi mahasiswanya dengan fakta bahwa TKW di luar negeri yang pendidikannya tak terlalu tinggi ternyata lebih mampu menangani tantangan dan ketidakpastian di luar negeri ketimbang para calon sarjana yang hanya duduk manis di bangku kuliah. Beliau mengatakan “Era jagoan bicara telah berakhir, kini jagoan hanya akan dihormati kalau mereka punya karya, punya langkah. Dan TKW adalah manusia terhormat karena mereka punya langkah dan membawa berkah. Bagaiamana dengan calon sarjana?”.
Latar Belakang inilah yang membuat Prof. Rhenald Kasali memberikan tugas pada mata kuliah Pemasaran Internasional supaya setiap mahasiswanya untuk segera mengurus paspor dan dalam waktu dekat untuk pergi ke Luar Negeri dimana tiap mahasiswa hanya boleh memilih satu negara dan tidak boleh sama persis, kemudia dilarang berkunjung ke negara yang masih didominasi oleh rumpun yang sama dengan Indonesia seperti Malaysia, Singapura, dan Brunei Darussalam. Lebih lanjut semua biaya tidak ditanggung oleh universitas atau ditanggung oleh mahasiswa sendiri.
Bukan tanpa hambatan, Prof. Rhenald Kasali menghadapi tantangan bertubi-tubi baik dari mahasiswa, dosen pengajar lainnya hingga protes orang tua mahasiswa. Salah satu pertanyaan yang sering muncul adalah “Uang untuk membeli tiketnya bagaimana pak?”. Beliau mengatakan “Saya tidak tahu. Dalam hidup ini, setau saya hanya orang bodoh yang selalu memupai pertanyaan hidup, apalagi memulai misi kehidupan dan tujuannya dari uang”.
Pada akhirnya dengan proses yang mereka (mahasiswa) alami akhirnya mereka dipaksa untuk memutar otak, apakah dari penggalangan dana ataupun meminta sponsor. Hingga pada akhirnya masalah biaya tidak menjadi masalah lagi. Pada proses ini mereka melatih “entrepreneurial leadership-nya”. Persis seperti kata Alexander Graham Bell, “Ketika satu pintu tertutup maka pintu-pintu lain akan terbuka. Masalahnya kita selalu mengetuk pintu yang tertutup sehingga gagal menemukan pintu-pintu lain yang terbuka untuk hidup kita.

Lebih lanjut pada buku ini akan dikisahkan bagaiamana penggalaman para mahasiswa yang meNYASARkan diri ke seluruh penjuru negeri di berbagai belahan dunia dalam menyelesaikan problematika mereka selama perjalanan mereka. Nice to Read loh gaes ^_^

0 komentar: