Pada
perkembangannya, cokelat dikritik karena dapat menyebabakan berbagai hal penyakit
terkait jerawat, karies, obesitas, tekanan darah tinggi, penyakit jantung
koroner, dan diabetes. Namun, pada masa lalu karena efek kesehatan, cokelat
dianggap sebagai minuman Dewa. Sebuah asosiasi memberikan nama ilmiah dari pohon kakao, yaitu Theobroma cacao, yang berasal dari kata
Yunani yang berarti theo (Tuhan) dan broma (minuman).
Beberapa
bukti epidemiologis tentang efek menguntungkan dari coklat datang dari penduduk
Kuna Indian, pulau Panama. Populasi ini memiliki prevalensi rendah terhadap
aterosklerosis, diabetes tipe 2, dan hipertensi. Rahasia di balik ini adalah
asupan harian minuman kakao yang dibuat sendiri oleh penduduk asli Kuna Indian.
Namun, hal ini telah hilang setelah adanya migrasi ke daerah perkotaan di
daratan Panama.
Bukti
epidemiologi lebih lanjut datang dari sebuah studi longitudinal melihat gaya
hidup dan risiko kardiovaskular pada laki – laki tua. Studi ini menemukan konsumsi
kakao ditemukan berbanding terbalik dengan tekanan darah. Selanjutnya, dalam
analisis multivariat tekanan darah dengan asupan kakao tertinggi lebih rendah
3,8 mmHg dibandingkan dengan konsumsi kakao yang rendah.
Studi
lain dalam skala besar di Belanda dengan subjek laki-laki berusia 65-84 tahun. Subjek
ditanya tentang asupan makanan mereka ketika mereka terdaftar dalam penelitian
ini pada interval lima tahun. Selama 15 tahun ke depan, pria yang mengkonsumsi
coklat secara teratur memiliki signifikan lebih rendah tekanan darah
dibandingkan mereka yang tidak konsumsi cokelat. Konsumsi cokelat gelap selama
15 hari telah dilaporkan dapat mengurangi tekanan darah sistolik pada subjek.
Jenis
– jenis cokelat pun sangatlah banyak, SNI (7934-2014) mengklasifikasikannya
menjadi 7, yaitu Cokelat hitam (dark
chocolate), cokelat hitam manis (sweet
chocolate), cokelat hitam kovertur (dark
chocolate couverture), cokelat susu (milk
chocolate), cokelat susu kovertur (milk
chocolate couverture), cokelat putih (white
chocolate), dan cokelat putih kovertur (white
chocolate couverture). Klasifikasinya dibedakan berdasarkan komposisi
padatan kakao, lemak kakao, padatan susu, dan bahan tambahan lainnya.
Kandungan
gizi dan komponen bioaktif produk cokelatpun
bervariasi antara yang satu dengan lainnya.
Penelitian Pimentel et al. (2010)
menunjukkan perbandingan nilai gizi
beberapa jenis cokelat, sehingga konsumen
dapat memilih produk cokelat sesuai kebutuhan. Jika konsumen menginginkan
produk cokelat dengan nilai antioksidan
yang tinggi, maka cokelat hitam bisa menjadi pilihan, dibandingkan cokelat susu dan
cokelat putih. Dengan adanya studi-studi ini
menunjukkan bahwa cokelat tidak hanya memberikan efek buruk, namun sebenarnya coklat
dapat bermanfaat bagi kita. Semoga kita menjadi bijak dalam mengonsumsi
cokelat
Judul Jurnal : Chocolate/cocoa and human health: a review
Nama Penulis : R.
Latif
Penerbit :
The Journal of Medicine
Tahun Terbit :
2013
Jumlah
Halaman : 6 halaman
Sumber
Jurnal : The Journal of
Medicine Vol.71, No.2
Nama
peresume : Muhammad Isa D.
0 komentar:
Posting Komentar