Jumat, 25 Agustus 2017

Cokelat dan Kesehatan



Pada perkembangannya, cokelat dikritik karena dapat menyebabakan berbagai hal penyakit terkait jerawat, karies, obesitas, tekanan darah tinggi, penyakit jantung koroner, dan diabetes. Namun, pada masa lalu karena efek kesehatan, cokelat dianggap sebagai minuman Dewa. Sebuah asosiasi memberikan nama ilmiah dari pohon kakao, yaitu Theobroma cacao, yang berasal dari kata Yunani yang berarti theo (Tuhan) dan broma (minuman). 

Beberapa bukti epidemiologis tentang efek menguntungkan dari coklat datang dari penduduk Kuna Indian, pulau Panama. Populasi ini memiliki prevalensi rendah terhadap aterosklerosis, diabetes tipe 2, dan hipertensi. Rahasia di balik ini adalah asupan harian minuman kakao yang dibuat sendiri oleh penduduk asli Kuna Indian. Namun, hal ini telah hilang setelah adanya migrasi ke daerah perkotaan di daratan Panama.

Bukti epidemiologi lebih lanjut datang dari sebuah studi longitudinal melihat gaya hidup dan risiko kardiovaskular pada laki – laki tua. Studi ini menemukan konsumsi kakao ditemukan berbanding terbalik dengan tekanan darah. Selanjutnya, dalam analisis multivariat tekanan darah dengan asupan kakao tertinggi lebih rendah 3,8 mmHg dibandingkan dengan konsumsi kakao yang rendah. 

Studi lain dalam skala besar di Belanda dengan subjek laki-laki berusia 65-84 tahun. Subjek ditanya tentang asupan makanan mereka ketika mereka terdaftar dalam penelitian ini pada interval lima tahun. Selama 15 tahun ke depan, pria yang mengkonsumsi coklat secara teratur memiliki signifikan lebih rendah tekanan darah dibandingkan mereka yang tidak konsumsi cokelat. Konsumsi cokelat gelap selama 15 hari telah dilaporkan dapat mengurangi tekanan darah sistolik pada subjek.

Jenis – jenis cokelat pun sangatlah banyak, SNI (7934-2014) mengklasifikasikannya menjadi 7, yaitu Cokelat hitam (dark chocolate), cokelat hitam manis (sweet chocolate), cokelat hitam kovertur (dark chocolate couverture), cokelat susu (milk chocolate), cokelat susu kovertur (milk chocolate couverture), cokelat putih (white chocolate), dan cokelat putih kovertur (white chocolate couverture). Klasifikasinya dibedakan berdasarkan komposisi padatan kakao, lemak kakao, padatan susu, dan bahan tambahan lainnya. 

Kandungan gizi dan komponen bioaktif produk cokelatpun bervariasi antara yang satu dengan lainnya. Penelitian Pimentel et al. (2010) menunjukkan perbandingan nilai gizi beberapa jenis cokelat, sehingga konsumen dapat memilih produk cokelat sesuai kebutuhan. Jika konsumen menginginkan produk cokelat dengan nilai antioksidan yang tinggi, maka cokelat hitam bisa menjadi pilihan, dibandingkan cokelat susu dan cokelat putih. Dengan adanya studi-studi ini menunjukkan bahwa cokelat tidak hanya memberikan efek buruk, namun sebenarnya coklat dapat bermanfaat bagi kita. Semoga kita menjadi bijak dalam mengonsumsi cokelat


Judul Jurnal                    : Chocolate/cocoa and human health: a review
Nama Penulis                 : R. Latif
Penerbit                          : The Journal of Medicine
Tahun Terbit                  : 2013
Jumlah Halaman            : 6 halaman
Sumber Jurnal                : The Journal of Medicine Vol.71, No.2
Nama peresume             : Muhammad Isa D.




0 komentar: