Pergi ke tempat yang ramai bersama
keluarga dan teman-teman sambil bertamasya atau bermain, menonton konser musik serta
ikut bernyanyi dan melompat-lompat bersama si penyanyi, atau bersenda gurau
dengan teman di sebuah pesta merupakan cara yang umumnya digunakan banyak orang
untuk bersenang-senang. Namun hal tersebut tidak berlaku untuk 25% orang di
dunia ini, kaum introver. Mereka melakukan hal yang membahagiakan sendiri.
Mungkin dengan membaca buku, merenung di bawah pohon, atau berjalan sendiri
sambil berfikir sudah sangat menyenangkan bagi mereka.
Stereotip bahwa bahagia itu harus
melibatkan orang lain ada karena memang manusia lebih dominan memiliki karakter
ekstrover yang memiliki ketertarikan pada dunia luar (masyarakat), sedangkan
introver lebih tertarik pada dunia di dalam pikirannya sendri. Oleh karenanya
mereka cenderung tertutup, pendiam, dan menarik diri di keramaian. Para
introver umumnya tidak sering tertawa dan berinteraksi dengan orang lain, malah
mungkin terlihat pemurung, lalu kemudian banyak orang menganggap mereka tidak
bahagia, aneh dan misterius, padahal belum tentu. Sekali lagi, mereka
menyenangkan diri dengan cara yang berbeda dan sebab itulah mereka (seringkali)
dianggap aneh.
Dalam buku ini dijelaskan bahwa
manusia yang memiliki karakter introver sangat sensitif terhadap dopamin
(senyawa transmisi saraf yang memiliki peran menyampaikan pesan dari sat saraf
kesaraf yang lain) sehingga apabila mereka terlalu banyak mendapat rangsarang
external akan menjadikan mereka kelelahan berfikir atau ‘overload’. Introver
memikirkan berbagai hal dengan sangat dalam, hal kecilpun mungkin akan dipikirkan
dengan serius dan mendalam. Maka tidak heran bahwa banyak filsuf, penulis, dan
ilmuan memiliki karakter ini. Mereka penyendiri, bermain dengan pikiran mereka
sendiri, membaca buku, banyak merenung dan memiliki imajinasi tinggi.
Sosok introver digambarkan secara
ringan oleh penulis melalui kehidupan siswa SMA bernama Nawawi. Betapa dia
kesulitan memulai interaksi ataupun menaggapi pembicaraan dengan orang lain,
tidak ingin jadi pusat perhatian, menutup diri dari orang lain, terkadang di
rumahpun ia disuruh ibunya keluar rumah untuk bermain bersama teman. Konflik
tersebut dialami oleh hampir seluruh introver. Selama kita bersekolah, kuliah
atau berinteraksi dengan masyarakat luas kita mungkin bertemu dengan introver
beberapa kali dan kita sepakat bahwa betapa alam pikiran seorang introver itu
sungguh luas dan dalam.
Judul : Introver
Pengarang : M.F. HazimTahun : 2017
Penerbit : Alvabet
Halaman : 263
Khairisa_IM1
0 komentar:
Posting Komentar