Dengan semakin banyaknya working mother yang saya temui baik di kantor maupun dalam
lingkungan pertemanan, saya merasa buku ini menarik untuk dibaca. Brigid yang
merupakan seorang ibu dari 2 anak dan berprofesi sebagai jurnalis The Washington Post, surat kabar tertua
dan terbesar di United States, menggambarkan bagaimana budaya kerja di Amerika
(sangat berbeda dengan Eropa yang mengutamakan performance based) dimana sebagian besar perusahaan masih
mementingkan pertemuan muka.
Bahwa bekerja sampai larut malam adalah ideal dan
mengambil cuti membuat orang mendelikkan mata. Sempat disebutkan bahwa
terdapat perusahaan yang hanya memberi cuti setelah melahirkan selama satu
minggu. (what?) Dalam kasus lainnya
terdapat perusahaan yang memberi kesempatan bagi sang suami untuk ikut
mengambil cuti dalam waktu cukup lama, namun saat kesempatan itu diambil, hal
tersebut kemudian dapat menghambat karirnya. (Ngasih kelonggaran tapi nggak
ikhlas?)
Bahkan saat menelusuri Sillicon Valley (tempat
berkembangnya perusahaan start up seperti Google yang banyak dipenuhi anak muda
dan punya jam dan cara kerja luar biasa fleksibel), ia menemukan bahwa, “The young, testosterone-fueled geek culture
has revved up the ideal worker standard to a superhuman level”. Budaya para
pemuda antusias-teknologi di sana telah meningkatkan standar bekerja ideal
mencapai tingkat superhuman. Pada
kenyataannya jam kerja fleksibel ditambah tuntutan yang tinggi membuat mereka
cenderung bekerja sepanjang waktu. Budaya itulah yang menciptakan riuh tepuk
tangan saat Marisa Meyyer dilatik menjadi CEO dan presiden Yahoo menyatakan ia
tidak akan mengambil cuti paska melahirkan.
Seperti halnya
working mother lainnya, Brigid berusaha yang terbaik untuk memenuhi
tuntutan pekerjaan tanpa mengesampingkan perannya sebagai seorang ibu. Ia memanggang
kue untuk acara anaknya sampai dengan jam 2 dini hari, menyelesaikan tulisan
untuk surat kabar jam 4 pagi, ataupun melakukan wawancara dengan narasumber di
dokter gigi anak, di kamar mandi saat ada acara sekolah, maupun di rumput,
dengan segera menekan tombol ‘mute’ supaya keriuhan di lapangan bola tempat
anaknya berlatih tidak terdengar oleh narasumber yang diwawancara. (padahal
kebayang kan kalo Washington Post narasumbernya sekelas apa haha).
Alih-alih berisi cara-cara
menyeimbangkan waktu antara keluarga, bekerja, dan menyisakan waktu untuk diri
sendiri, buku ini terasa seperti karya ilmiah hasil penelitian Brigid terhadap
ketiga hal tersebut dan tentang manajemen waktu. Untuk orang yang memiliki
permasalahan dengan life-balance dan membeli buku ini dengan harapan menemukan
jawaban atas permasalahan tersebut mungkin akan kecewa saat mendapati sebagian
besar buku ini membahas hal-hal seperti jebakan ideal worker dan kenapa ia dapat terbentuk, mengapa pemerintah Amerika
tidak membuat kebijakan untuk fasilitas daycare bagi para ibu yang bekerja,
bagaimana pengaruh overwhelmed
terhadap otak kita, ataupun banyaknya penelitian yang diangkat dalam buku
terkait hal-hal tersebut. Berhubung saya memilih buku ini karena ingin memahami
lebih dalam permasalahan hal tersebut, rasanya saya mendapatkan lebih dari yang
saya harapkan. Apalagi penelitian yang dilakukan Brigid untuk menghasilkan buku
ini sangat luas, bisa dilihat dari deretan nama narasumber di bagian acknowledgement atau deretan sumber data
sepanjang 46 halaman di bagian belakang buku. Ia juga sempat mengikuti konferensi
IATUR (International Association for Time Use Research) di Paris. (ternyata
ada)
Terakhir, salah satu hal yang menarik adalah saat
Robert M. Gates mewawancarai Michele Flournoy untuk menduduki posisi nomor tiga
di Pentagon (dan menjadi wanita pertama di posisi itu). Flournoy adalah lulusan
Harvard dan Oxford, seorang workaholic
saat ia belum memiliki anak, dan sangat mengenal iklim kerja di Pentagon dimana
dedikasi terhadap pekerjaan dijunjung begitu tinggi. Tidak bisa bertemu dengan
keluarga? Memang sulit, namun semua orang mengalami hal yang sama. Merasa
mati-matian? Rasa sakit, menurut para marinir, adalah kelemahan yang
meninggalkan badan. Telan saja. Tapi dalam wawancaranya Flournoy menawarkan
sesuatu yang berbeda. Ia mengatakan, “Saya adalah ibu dari 3 orang anak usia
sekolah. Saya akan bekerja keras dan memberikan yang terbaik. Tapi saya butuh
fleksibilitas. Dan pada kebanyakan hari, saya harus berada di rumah sebelum
anak-anak saya tidur.” Posisi yang ditawarkan kepada Flournoy dianggap “otak”
dari Pentagon, ia bertanggung jawab terhadap kebijakan strategis Pentagon, dan
sebagai gantinya Flournoy menuntut untuk berada di rumah tepat waktu sehingga
bisa membacakan dongeng sebelum tidur untuk anak-anaknya. Dan Gates
memenuhinya.
Overwhelmed: Work, Love, and
Play When No One Has The Time
Penulis: Brigid SchultePenerbit: Sarsh Crichton Books
Jumlah Halaman: 286
Peresume: Fira
0 komentar:
Posting Komentar