Buku kecil karya
Syaikh Dr. Yusuf Qordhawi ini seyogyanya adalah buku saku yang mudah dan cepat
untuk dibaca dan dipahami, namun mungkin karena prosesor di kepala saya udah
mulai lemot.. alhasil saya butuh waktu sangat panjang untuk menyelesaikan dengan
setengah paham. Saya coba meresumekan.. untuk menyimpan pemahaman yang sedikit
itu..
Buku ini merupakan
pelengkap atau penyempurna buku beliau sebelumnya: Pendidikan Islam dalam
madrasah Hasan Al Banna. Dengan pembahasan
lebih mendalam pada aspek politiknya.
Serunya situasi
politik di tanah air saat ini mendorong
saya membuka buku ini sebagai upaya untuk
menelusuri kembali apa makna politik dalam Islam.. dan bagaimanakah politik
yang islami itu..
Imam Al Banna
mengatakan tentang hubungan antara agama dan politik:
Setiap kali
seseorang berbicara kepada anda tentang politik dan islam, anda biasanya akan
mendapatkan orang tersebut memilah antara keduanya. Ia meletakkan dua
pengertian yang berbeda. Islam dan politik bagi banyak orang tidak bisa
dipadukan dan disatukan. Dari pemahaman inilah muncul penamaan organisasi islam
dan organisasi politik. Seolah sudah menjadi kesepakatan bahwa: tidak ada
politik dalam agama. Bahkan beberapa organisasi agama menuliskan prinsip
organisasinya dengan kalimat: organisasi ini tidak boleh berbenturan dengan
masalah politik. Atau sebaliknya: organisasi politik tidak boleh sibuk
mengurusi urusan keagamaan.
Akibatnya adalah
kebanyakan organisasi yang ada menerapkan kembali budaya jahiliyah seperti
Fir’aunisme, rasisme, nasionalisme yang sempit, dll. Walau ada juga organisasi
yang agak seimbang pemahamannya dalam hal agama dan politik.
Namun Imam Al
Banna meyakini bahwa ini semua terjadi lebih karena adanya pemahaman yang
keliru tentang hubungan antara agama dan politik. Akibat dari kebodohan pada
ajaran islam dan kecenderungannya pada hawa nafsu, diperpanjang oleh penjajahan
pada pengetahuan yang terus dipelihara.
Itulah sebabnya ketika
organisasi yang beliau dirikan disebut organisasi politik dan seruannya adalah
kampanye politik, maka beliau menjawab: Ini adalah islam dan kami tak mengenal
pembagian seperti itu. Kami menyeru kepada Al Qur’an di tangan kanan dan as
sunnah di tangan kiri. Kami menyeru pada prilaku salafus sholih yang menjadi tauladan
kami. Kami menyeru pada islam dan nilai-nilai islam. Jika ini dianggap politik
maka itulah politik kami. Jika prinsip kami disebut politik maka kamilah orang
paling politik. Sebutlah apa yang kalian kehendaki. Kami tidak takut dengan
sebutan/label kalian.
Hal lain yang juga
beliau ungkapkan sebelum memulai pendidikan politiknya adalah: adanya gab yang
lebar antara partai dan politik. Seorang
politikus dengan segala pemahamannya pada politik ternyata bisa saja tidak setia pada partai.
Namun adakalanya seorang aktifis partai tidak paham tentang politik. Dan bisa
jadi ada orang yang mampu menghimpun keduanya: seorang aktifis partai yang juga
memiliki pemahaman politik yang baik.
Yang dimaksud
pemahaman politik bagi Imam Al Banna adalah Perhatian pada seluruh masalah
masyarakat secara internal dan eksternal tanpa dikaitkan dengan partai politik
tertentu. Itulah sebabnya, menurut Imam Al Banna, islam adalah politik itu
sendiri. Masalah Islam bukan hanya mengenai jumlah raka’at saja, bukan hanya
untaian sya’ir saja seperti yg ditanamkan oleh para musuh islam/agen Barat.
Dan pendidikan
politik islam yang diajarkan Hasan Banna terurai pada 8 pilar:
1.
memadukan antara islam dan politik (agama dan Negara)2. membangkitkan kesadaran akan kewajiban membebaskan tanah air islam
3. membangkitkan kesadaran akan kewajiban mendirikan pemerintahan yang islami
4. membangun eksistensi umat islam
5. menyadarkan kewajiban persatuan umat islam
6. menyambut sistem perundang-undangan
7. mengkritisi multi partai dan kepartaian
8. melindungi kelompok minoritas dan unsur asing
Uraian
pendidikan politik Hasan Banna ke dalam 8 pilar ini dipengaruhi oleh situasi
politik negara tempat tinggal beliau saat itu yaitu Mesir. Yang walaupun beliau
membolehkan sistem konstitusi dan parlemen, namun beliau menyesalkan kondisi
banyaknya partai yang memunculkan perselisihan dan perpecahan.
Sebagai
ringkasan, tarbiyah politik Hasan Banna hakikatnya adalah pendidikan islam yang
seimbang dan komprehensif, pendidikan yang positif dan sadar, dibangun di atas
pemahaman bukan lelucon, di atas kerja nyata bukan sekedar ngomong, untuk
membangun bukan menghancurkan, di atas kebenaran bukan hawa nafsu, di atas
pengorbanan dan pengekangan diri bukan menuruti syahwat. Hingga pendidikan ini
memberikan buah pada jiwa dan kehidupan.
Trisa
Judul:
Tarbiyah Politik Hasan al BannaPenulis: Dr. Yusuf Qardhawi
Penerbit: Arah Press
Jumlah hal: 228
0 komentar:
Posting Komentar