Judul Buku : Rindu
Penulis :
Tere Liye
Tebal :
544 halaman
Penerbit :
Republika
Novel yang sudah
masuk cetakan ke 4 setelah 2 bulan terbit ini menceritakan tentang perjalanan
rakyat pribumi dalam menjalankan haji. Tahun 1938 pada saat itu, dan perjalanan
haji tersebut berlangsung selama 9 bulan dengan menggunakan kapal “Blitar
Holland”. Adalah Ahmad karaeng, yang
sering dipanggil dengan Gurutta (guru kami) seorang ulama dari Makasar yang
namanya terkenal hingga penjuru nusantara. Lewatnyalah keempat persoalan bisa
terselesaikan.
Kisah pertama
datang dari seorang guru ngaji di kapal tersebut yaitu Bonde upe. Seorang
wanita keturunan china yang berusia sekitar 40 tahun. Dia seorang yg pendiam
dan jarang bergaul dengan yang lain karena masa lalunya yang silam. Dalam
perjalanan itu dia membawa pertanyaan yang besar “ Apakah allah akan
menerimanya?”
Kisah kedua dari
daeng Andipati, seorang pedagang kaya yang berpendidikan. Ia telah mengenyam
pendidikan hingga belanda. Ia mempunyai keluarga yang harmonis, istri yang baik
dan anak-anak yang lucu, riang, pintar. Namun dalam kesempurnaan itu ternyata
ia tidaklah mendapatkan kebahagiaan yang sejati karena dendam yang mendalam
kepada ayahnya.
Kisah ketiga
datang dari seorang Mbah Kakung yang ditinggal mati istrinya dalam perjalanan
menuju Mekkah. Haji merupakan cita – cita mereka, wujud cinta kasih mereka.
Pasangan yang selalu mesra walau sudah berumur 80-an. Mereka adalah pasangan
paling harmonis di kapal tersebut. Namun kematian tidak dapat ditangguhkan. Di
atas samudra hindia Mbah Putri meninggal dan jasadnya ditenggelamkan disana.
Kisah keempat
dari seorang pemuda pendiam, Ambo Uleng . Pemuda yang sedang patah hati, ia
ingin pergi sejauh – jauhnya dari pare –pare hingga ia melamar sebagai kelasi
di kapal Blitar Holland.
Kisah kelima
yaitu dari seorang ulama termahsyur yang setiap perkataannya didengar oleh
banyak orang. Ulama yang telah menulis 100 buku. Ulama yang memberikan nasehat dan
jawaban dari keempat kisah diatas, namun dia tidak bisa menjawab pertanyaan yg
ada pada dirinya. Ya, dialah gurutta Ahmad Karaeng. Karena kisahnya dulu ketika
sedang menuntut ilmu di salah satu pesantren
di Aceh. Ia menyukai salah satu anak dari pemilik pesantren tersebut.
Karena pemilik pesantren seorang yg melawan pemerintahan belanda pada saat itu,
hingga akhirnya belanda menyerang pesantren tersebut yang
menyebabkan keluarga pemilik pesantren meninggal. itu menjadi penyebab gurutta
tidak pernah berani untuk memimpin perlawanan pada kolonial belanda, ia
berjuang melawan belanda dengan menulis dan ceramah. Ia tidak ingin kehilangan
orang –orang yang ia kasihi.
Di atas kapal
Blitar Holland semuanya mendapatkan jawabannya. Perjalanan panjang yang berarti
bagi setiap penumpangnya. Perjalanan yang berharga dalam melepaskan kerinduan
yang sangat kepada sang khaliq.
Peresume: Aji Mindarsih IM 1
sumber gambar: http://auliayusizulva.blogspot.com/2014/10/resensi-novel-rindu.html
0 komentar:
Posting Komentar