Judul : Risalah Tentang Metode ( Judul asli:
Le descours de la Methode)
Penulis : Descartes
Halaman : 32 dari 57 hlm
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Peresensi : Lya Lutfuntika IM2
Buku ini ditulis oleh seorang ilmuwan
dunia yang terkenal dengan pernyataannya“Aku
berfikir maka aku ada”. Saat ini pernyataan itu terasa biasa saja, tapi pada
masa beliau, ini adalah sebuah revolusi mental –gaya Prof. Anies Baswedan- ,
karena itu berarti menentang tirani yang sedang kokoh berdiri. Sekedar informasi,
Descartes hidup kurang lebih semasa dengan Galileo Galilei.
Buku ini membahas tentang metode dalam
menemukan kebenaran –walaupun sebenarnya Peresensi belum selesai dalam membaca buku
ini- yang ternyata harus ditelaah lagi secara mendalam untuk menemukan suatu kebenaran.
Karena bisa jadi apa yang kita anggap suatu kebenaran bukanlah yang benar-benar
Kebenaran, melainkan asumsi yang dibangun sejak nenek moyang bahwa itu benar dan
kita hanya mengikutinya saja.
Dalam
menemukan kebenaran ini, manusia memiliki alat yang cukup untuk mendapatkannya.
Ia adalah nalar (red: akal). Kita memiliki nalar yang tidak lebih buruk ataupun
tidak lebih baik daripada orang lain, melainkan sama saja. Yang membedakan adalah
bagimana kita menggunakannya. Descartes pun menganggap buku ini hanya sekedar alat
untuk mengutarakan apa yang dia pikirkan, bukan untuk menjadi sebuah paham yang
benar dan harus diikuti oleh orang-orang.
Dalam
menemukan kebenaran, Descartes skeptic terhadap konsep ilmu logika (silogisme),
geometri dan aljabar. Beliau menemukan empat prinsip hasil pemikirannya sendiri
yang dianggap bisa menjadi kaidah pokok yang tepat dalam menemukan kebenaran. Padahal
dalam pengamatan peresensi, empat prinsip yang beliau kemukakan itu sesungguhnya
tercakup dalam konsep ilmu logika, geometri dan aljabar.
Selanjutnya, Descartes menegaskan bahwa
tugas kita focus terhadap cara yang telah kita pilih, baik yakin maupun ragu.
Beliau menggambarkan ketika di hutan, kita telah memutuskan untuk memilih
jalan, maka luruslah terus dan jangan pernah berbelok. Karena meskipun pilihan itu
salah, setidaknya kita sampai pada sebuah tempat, dan itu lebih baik daripada tetap
di tengah hutan.
Tampaknya
ilmu aljabar begitu merasuk ke alam bawah sadar ilmuwan ini. Sehingga banyak sekali
analogi-analogi yang beliau tuliskan untuk menjelaskan tujuan yang sebenarnya. Mungkin
ini karena sikap hati-hati dan sifat rendah hati beliau yang ingin menjelaskan sejelas-jelasnya
tanpa menyakiti pendapat yang berbeda.
sumber gambar: www.sophiararebooks.com
sumber gambar: www.sophiararebooks.com