Buku ini saya beli disebabkan tertarik pada sang penulisnya,
mengingat ini kali ke dua saya meResume buku karya dari Ahmad Rifai Rifan.
Karya beliau menurut saya bagus, sesuai syari, dan sesuai realita kehidupan
kita. Isi dari dalam buku ini tentunya sesuai dengan judulnya dan di paparkan
segala macam yang mendukung dengan Nihak Muda.
Satu hal yang saya suka dari sang penulis, beliau menulis karya
ini setelah melaksanakan apa yang ada di dalam isinya (buku) sudah terjadi dan
terlaksana di diri beliau sendiri. Artinya beliau menikah dahulu dan bisa
dikatakan nikah muda, kemudian apa yang dijabarkan disini adalah sesuai dengan
apa yang sudah beliau alami, dan sebagai pembuktian bahwa janji Allah itu
benar.
Dalam buku ini dibagi kedalam 6 bab, bab 1. Memperjuangkan Sucinya
Cinta, 2. Ya Allah siapakah Jodoh ku, 3. Dahsyatnya Nikah Muda, 4. Akhirnya
Cintaku berlabuh di pintu Nikah, 5. Bagaimana nikah bisa bikin kita Kaya, dan
ke 6. Persiapan menghalalkan Cinta.
Diawal buku kita akan disuguhkan dengan perkara "Cinta"
sesuatu kata yang bisa membuat orang tersenyum sumringah, bahagia tiada tara,
bagai burung terbang melayang, bebas tanpa beban jika cinta kita berbalas cinta
pula, tapi ia juga bisa menjadi gundah gulana, sesak di dada, tangis pilu bagai
luka irisan sembilu di hati yang layu oleh cinta yang tak terbalas. Penulis
mengutarakan tentang Cinta yang sering muncul dan menjangkit kaum muda yang
seolah tiada hidup tanpa cinta. Cinta terbaik adalah ketika kau mencintai
seorang kekasih yang membuat imanmu mendewasa, takwamu bertumbuh, dan Cinta Mu
kepadanya juga bertumbuh.
Cinta memang indah kata Ibn Hazm
" Ruh kita seketika menjadi ringan dan lembut, badan
seketika menjadi wangi, senyum seketika mnggembang lebar, benci, dendam, dan
angkara murka seketika lenyap dari hati, dan tiba tiba yang bukan penyair
menjadi penyair, yang tak bisa menyanyi menjadi penyanyi. Tapi, Cinta bagaikan
pedang, jika tak pandai memainkan bukan musuh yang tewas tetapi leher kita
sendiri yang tertebas."
Di kehidupan kita saat ini pernikahan berlandaskan dan berdasarkan
Cinta kita kepada lawan jenis begitu sebaliknya. Bukankah kita akan menikah
dengan si A dikarenakan cinta kita kepada dia dan dia pula mencintai kita ?
tetapi bukankah banyak pula rekan kita yang dahulunya cinta mati, rela
berkorban demi sang pujaan hati tetapi setelah menikah dan umur pernikahan baru
beberapa tahun kemudian mereka bercerai, lalu dimana cinta yang dahulu ada ?
sudahkah lenyap ? jika demikian berati cinta itu ada masa kadaluarsa nya, atau
kita yang salah mengartikan cinta ?
Penulis mengutarakan " Ternyata cinta tak bisa menentukan
bahagianya rumah tangga. Ternyata pernikahan yang langgeng tak hanya dilandasi
rasa cinta." saya sepakat dengan penulis, karena bahwasanya pernikahan
tidak hanya perkara cinta. penulis juga menjelaskan yang hal ini juga batu
meresap di diri saya sendiri padahal sudah sering saya mendengarkan membacanya,
yaitu kriteria jodoh yang dianjurkan Nabi
- Baik Akhlaknya
- Baik Nasabnya
- Baik Parasnya
- Baik Finansialnya
tak ada kriteria cinta yang masuk dalam syarat menikah. Cinta itu
Keputusan bukan Kebetulan, maka kalimat "Aku terlanjur mencintainya"
lebih baik diganti " Aku sudah terlanjur menjatuhkan pilihan ku
kepadanya"
Maka demikian akan ada rasa kita berusaha memunculkan cinta,
menyemai nya dan selalu merawatnya. Ini baru resume belum terlaksana di diri
saya sendiri.
Perkara nikah memang sesuatu yang menyenangkan untuk dibicarakan
dan di bahas, tetapi mengaplikasikannya eits... tunggu dulu, tunggu gaji saya
10jt, tunggu beli rumah dulu, tunggu tunggu dan tunggu. Dipaparkan oleh sang
penulis banyak sekali pemuda saat ini yang lebih takut dihadapkan dengan nikah
muda dibandingkan dengan menghadapi resiko hubungan tak halal yang mereka
kerjakan. mereka lebih resa membayangkan biaya walimahan, maskawin serta segala
persiapan pernikahan. mereka resah dengan tanggubg jawab barunya sebagai
suami/istri, tetapi masa mudanya masa produktifnya habis dengan aktifitas yang
tak memperbaiki masa depannya.
Budaya barat memang saat ini sudah menjangkit kita, kita seolah
malu jika tak punya pacar, jika tidak berani begini dan begitu, kita
lebih malu di mata manusia daripada di mata Tuhan. Jika belajar melihat budaya
China saat ini maka yang ada disini adalah sex bebas, aborsi hal yang lumrah
dan legal, dan manusia hanya melihat harta dan uang belaka, rasa kekeluargaan
pun gak ada, hormat pada orang tua, sayang pada orang tua, perhatian pada anak
rasanya terabaikan sekali, cukup uang, kecukupanpangan dan papan adalah segalanya
bagi mereka, tapi bisa kado karena mereka tak mengenal Tuhan. Pedoman hidup
mereka hanyalah uang, gaya hidup, dan hidup bahagia. lantas kita yang Ber
KeTuhanann Yang Maha Esa (pancasila sila pertama), tak sepantasnya mengadopsi
atau meniru budaya mereka.
Menikah adalah hal yang bisa untuk menjaga kehormatan diri,
menikah harus dibekali dengan niat yang sungguh dan ilmu, tanggung jawab dan
selalu taat dengan Agama adalah modal utama untuk menikah. "...Jika mereka
miskin maka Allah lah yang akan memanmpukan mereka dengan karunia Nya"
begitu janji Allah dalam surat An-Nur ayat 32.
Begitulah janji Allah, jika kita menunda menikah karena takut
miskin maka periksa kembali iman kita (nasehat untuk sang peresume). Namun
demikian tidak lantas kita menikah dengan orang sembarangan, kita tentu harus
menentukan karakter yang kita harapkan tentunya sesuai dengan Anjuran Nabi
tadi, pun jangan sampai karakter kita terlalu tinggi hingga tak ada orang pun
yang sepadan dengan karakter kita, karena manusia tak sempurna, menikah adalah
menyatukan yang tidak sempurna, saling melengkapi dan saling tumbuh bersama
menuju kesempurnaan akhlak dan iman.
Sekian..
Judul Buku : Jadikan Aku Halal Bagimu
Penulis : Ahmad Rifa'i Rif'an
Jml Hlm : 163
Peresume : Eko Yasin
Dongying, 13 April 2016
0 komentar:
Posting Komentar