Judul : Konsistensi Menyongsong
Kematian Husnul Khatimah
Penulis : M. Anis Matta, Lc
Penerbit : Fitrah Rabbani, 2006
Tebal Buku : 101 Halaman
Assalamu’alaikum
wr.wb. Mhon maaf kepada semua, terutara mas Deri.. hhee.. jadwal resume bulan
ini ngaret hampir 2 kali lipat waktunya, insya allah bulan depan tepat waktu.
Buku ini sudah lama ada di deretan buku, dan salah satu alasan meresume ini,
karena bukunya tipis,,, hehe... ditambah lagi moment abis puasa, biar tetap
konsisten ibadahnya,, J
Awal buku ini
menjelaskan tentang hakikat kematian, bahwa kematian adalah sesuatu yang pasti
akan menjemput manusia, namun secara umum pembicaraan tentang kematian bukanlah
sesuatu yang menyenangkan. Bahkan naluri manusia cenderung ingin hidup seribu
yahun lagi. Sebagaimana dilukiskan Al-Quran: “Dan sungguh kamu akan mendapati
mereka seloba-loba manusia kepada kehdupan (di dunia), bahkan (lebih loba lagi)
dari orang- orang musyrik. Masing-masing mereka ingin agar diberi umur seribu
tahun, padahal umur panjang itu sekali-kali tidak akan menjauhkan dari siksa.
Dan Allah mengetahui apa yang mereka kerjakan.” (Q.S. Al-Baqarah:96).
Banyak faktor yang
menyebabkan orang takut akan kematian. Ada orang yang takut mati karena ia
tidak mengetahui apa yang akan dihadapinya setelah kematian, mungkin juga
karena merasa bahwa yang dimilikinya sekarang lebih baik dari apa yang akan
dimilikinya nanti. Ada juga karena membayangkan betapa sulit dan pedih
pengalaman mati dan sesudah mati, mungkin karena khawatir memikirkan atau
prihatin terhadap keluarga yang ditinggalkan atau karana tidak mengetahui makna
hidup dan mati, dan lain sebagainya sehingga mereka merasa cemas dan taku menghadapi
kematian. Dari sini lahir pandangan-pandangan optimis dan pesimistis terhadap
kematian dan kehidupan.
Islam sebagai tuntutan
hidup manusia mengajarkan bahwa ada kehidupan sesudah kematian. Kematian adalah
awal dari suatu perjalanan panjang dalam evolusi kehidupan manusia, dimana
selanjutnya ia akan memperoleh kehidupan dengan segala macam kesenangan atau
berbagai ragam siksa dan kenistaan.
Dalam mengingat
kematian ini, Imam Al-Ghazali membagi manusia kepada tiga tingkatan. Pertama :
Al-Munhamik, yaitu orang yang tenggelam dalam tipu daya dan hawa nafsu dunia.
Ia tidak mengingat kematian dan enggan untuk diingatkan orang tentang kematian.
Dan manakalah diingatkan justru akan menjauhkannya dari Tuhannya. Orang seperti
ini kurang mempersiapkan bekal untuk menghadapi kematian bahkan justru
bergelimang dosa dan maksiat.
Kedua: At-Taib, yaitu
orang yang selalu bertaubat memohon ampunan dari Allah. Iapun banyak mengingat
kematian yang mendorongnya beramal dan mempersiapkan bekal. Kalaulah ia tidak
menyukai kematian, tidak lain karena khawatir bekal yang dipersiapkannya belum
cukup sehingga dala kondisi demikian ia takut menghadap Allah.
Ketiga: Al-Arif, yaitu
orang yang mengetahui posisi dirinya di hadapan Allah. Ia senantiasa mengingat kematian,
bahkan ia selalu menanti saat kematian itu. Karena baginya kematian adalah
momentum perjumpaan dengan Allah, Dzat yang selama ini dicintainya dan
dirindukannya dan ia memiliki bekal dan persiapan penuh untuk menghadapi
kematian.
Ada beberapa
tanda-tanda Husnul Khatimah : 1). Ketika wafat mengucapkan kalimat syahadat,
2). Saat wafat dahinya berkeringat, 3). Wafatnya terjadi pada malam jum’at atau
siangnya, 4). Mati syahid, 5). Meninggal di medan tempur dalam memperjuangkan
agama Allah, 6). Meninggal disebabkan wabah kolera, 7). Wanita meninggal saat
melahirkan, dan 8). Orang yang meninggal saat melakukan amalan shalih.
Yang menjadi catatan
penting adalah, jangan sampai kita terobsesi dengan amalan-amalan yang kita
lakukan, sehingga terkadang akan mendegradasi nilai-nilai yang harusnya kita
dapatkan, dan hendaklah senantiasa kita bermunajat kepada Allah swt, agar
senantiasa memberikan keistiqomahan kepada kita, senantiasa konsisten
menyongsong Husnul Khatimah, karena waktu penentuan kategorinya adalah di akhir
hidup kita, kita masih ingat kisah seorang pembunuh yang telah membunuh 100
orang lebih, namun hanya karena 1 langkah kakinya lebih banyak menuju niat
tobat, maka dia masuk surga, jangan sampai 1 hari terakhir kita merusak 50
tahun kita. Wallahua’alam. (Medan, ILT, 2015)
0 komentar:
Posting Komentar