Resume 5: Indonesia Membaca
Oleh: Try Antika
Oleh: Try Antika
Judul : Anak Anak Angin
Penulis : Bayu Adi Persada
Penerbit : PlotPoint Publishing
Tebal Buku : 271 hlm
Penulis : Bayu Adi Persada
Penerbit : PlotPoint Publishing
Tebal Buku : 271 hlm
Pernah
mendengar gerakan Indonesia Mengajar? Tentu pernahlah ya, sebuah gerakan yang
digagas dengan sangat luar biasa oleh seorang Anies Baswedan yang fokus dalam
pengembangan kemajuan dunia pendidikan. Anies Baswedan, Pendiri Yayasan Gerakan
Indonesia Mangajar ini memiliki misi untuk membantu tumbuhnya kemajuan
pendidikan di suatu wilayah melalui penempatan guru berkualitas, serta
menjadikan gerakan ini sebagai wahana pengembangan diri dan penggemblengan bagi
anak-anak muda Indonesia, agar tidak hanya kuat secara kepemimpinan, tetapi
juga punya ikatan kuat pada dunia pendidikan, pada masyarakat daerah serta
rakyat kebanyakan. Dua misi diatas, Anies Baswedan telah menyentuh 2 lapisan
masyarakat yang berbeda sekaligus, yang pertama adalah anak-anak yang masih
jauh dari yang namanya pendidikan yang layak, dan kedua, mengembalikan peran
pemuda sebagai solusi permasalahan bangsa. Melalui gerakan ini, Anies Baswedan
berhasil mengajak pemuda-pemudi Indonesia untuk lepas dari keegoan dirinya. Selain
itu, banyak sekali pelajaran yang hadir dari gerakan ini, adalah melalui
cerita-cerita pengalaman seorang Pengajar Muda, mampu membuka mata, mengetuk
hati banyak orang, bahwa beginilah Indonesia, yang tidak bisa disimpulkan
situasi dan kondisinya hanya sekadar melihat kota-kota besar saja, Jakarta
misalnya, Indonesia memiliki anak-anak negeri di berbagai pelosok yang sangat
jauh dari yang namanya pemerhatian pemerintah, gerakan ini juga mampu
menyadarkan para pendidik bahwa bagaimana pendidik seharusnya berperan,
mendidik tidak sekadar asal selesai mendidik saja, seperti menggugurkan
kewajiban, jauh dari yang namanya kesabaran, objektivitas dalam menilai
potensial anak didik, dan tidak dengan sense untuk menjadikan didikannnya
menjadi anak-anak yang benar-benar terdidik. Beberapa guru dengan karakter
seperti ini saya sering mentitelnya dengan sebutan “Guru Gagal Gaul”.
Dalam
buku Anak-Anak Angin ini, Bayu Adi Persada, salah satu Pengajar Muda Angkatan
Pertama asal Jakarta lulusan ITB ini berangkat menuju pelosok kecil bernama
Bibinoi, Pulau Bacan, Halmahera Selatan. Keputusannya untuk terjun bergerak,
mendidik dengan menginspirasi dari Jakarta ke Halmahera Selatan tidaklah demi
prestise, Bayu berangkat atas dasar keinginannya untuk menjadi pendamping
mereka yang belum banyak tersentuh kemajuan, Bayu berangkat demi kehormatan
bangsanya, negerinya, Indonesia. Walaupun “keputusan gila”nya ini belum
sepenuhnya mendapat restu dari kedua orang tuanya, yakni tentang bagaimana izin
Bayu kepada kedua Orang Tuanya ditanggapi sebagai sebuah keputusan bodoh yang hanya
membuang-buang waktu saja, akan tetapi Bayu masih memiliki keyakinan bahwa
diterimanya ia menjadi salah satu Pengajar Muda diantara 51 Pengajar Muda
lainnya dari 1383 pelamar adalah sebuah jalan yang Allah siapkan untuknya.
Melalui
perjalanan yang cukup panjang, berganti dari pesawat mewah selama 4jam dari
Jakarta menuju Ternate, ke kapal motor selama kurang lebih 9jam dari Ternate
menuju Babang, dan perjalanan kaki selama 30menit dari Babang ke Labuha untuk menghadiri penyambutan residi
kantor bupati dan bertemu dengan para pejabat Dinas Pendidikan. Setelah
selesai, Bayu bersama partnernya Ardhi dan Ayu menuju desa Bibinoi, desa
penempatannya untuk mengabdi selama satu tahun kedepan. Bibinoi bukanlah desa
dengan fasilitas yang layak, listrik masih menjadi sesuatu yang langka bagi
desa ini, apalagi fasilitas umum seperti telepon, dll. Warga desa Bibinoi telah
akrab dengan penerangan lampu minyak yang rentan pula tertiup oleh angin
pesisir pantai, ya, Bibinoi merupakan sebuah desa yang letaknya di pesisir
pantai.
Perjalanan
Bayu sebagai Pengajar Muda Gerakan Indonesia Mengajar memberikan banyak
pelajaran berharga yang belum tentu bisa ia dapatkan di bangku sekolah, di
bangku kuliah sekeren apapun kampus perkuliahannya. Ia belajar bahwa niat baik
dan kekerasan hati saja tak cukup untuk mengubah keadaan. Belajar bahwa solusi
hidup bukanlah kata-kata motivasi, tapi adalah tindakan nyata. Teringat tentang
perkataan Pandji Pragiwaksono, bahwa atas banyak ide-ide atau gagasan-gagasan
perbaikan yang lahir dari banyak pikiran dan hati anak manusia, akan sia-sia
saja bak semilir angin laut jika tidak diteruskan dengan sebuah pergerakan.
Pemuda itu percuma saja jika ia hanya diam dengan ide dan gagasannya yang luar
biasa, negeri ini membutuhkan Pemuda yang tanggap bagaimana seharusnya bersikap
dan bergerak, ketika ide dan gagasan hadir, maka itu artinya adalah bergerak.
Melalui
karakter anak-anak didiknya yang tidak semuanya memiliki antusias dalam
belajar, kenakalan wajar dari mereka seringkali mengganggu rencana kelas yang
kondusif yang telah disiapkan oleh Bayu sebelumnya sering membuat Bayu
kewalahan. Tapi ia kembali menurunkan egonya, meninggikan sabarnya, mengambil
pelajaran bahwa beginilah sosok guru seharusnya, bahwa guru sebagai penghubung
pembelajaran, haruslah memiliki seni tentang bagaimana menjelaskan sesuatu
kepada anak didiknya agar tercapainya pemahaman, tidak sekadar anggukan asal.
Belajar dengan bermain misalnya, materi tentang energi gerak pernah Bayu
sampaikan melalui permainan origami kicir angin, menjelaskan sesuatu dengan
gambar-gambar berwarna yang menarik, tidak dengan deskripsi dalam paragraf
panjang yang jauh dari angan-angan bayangan.
Ya,
begitulah bagaimana seharusnya seorang guru, bagaimana seharusnya seorang
pendidik, mendidik dengan penuh ketulusan hati. Dan begitulah bagaimana
seharusnya seorang pemuda, telah selesai dengan urusannya, selesai dengan
egonya, tentang hidupnya tidak hanya untuk dirinya, tapi untuk sekitarnya. Dan
begitulah bagaimana kita seharusnya, bagaimana seharusnya seorang umat manusia,
bahwa hidup ini adalah tentang kesabaran, bahwa kesabaran tidak hanya tentang
permasalahan yang hadir, tapi kesabaran juga tentang segala kabahagiaan,
kesenangan, dan kemudahan yang hadir.
Oleh: T2. IM3
0 komentar:
Posting Komentar