Awalnya buku ini menarik perhatian saya karena
cover-nya yaitu domba-domba serta gurun pasir. Setelah saya baca isinya, buku
ini membuat saya terpukau. Novel terjemah dengan tebal 213 halaman ini digarap
dengan apik oleh penerbit. Bahasnya mudah dicerna, alur ceritanya begitu
sederhana namun dikemas dengan bahasa yang indah serta inspiratif.
Yang membuat hidup ini menarik adalah
kemungkinan untuk mewujudkan impian menjadi kenyataan
Anak laki-laki itu bernama Santiago, seorang
anak gembala. Yang mengikuti suara hatinya dan berkelana. Bermula dari ia terus
-menerus mendapati mimpi yang sama, mimpi di mana ia bertemu dengan seorang
anak kecil yang menunjukkan sebuah bangunan batu bertumpuk (Piramida). Karena
mimpi inilah Santiago sampai rela mencari seorang peramal mimpidan berakhir
menjual semua dombanya kepada orang tua
yang mengaku sebagai raja Salem.
Anak gembala itu tidak menyesal mejual semua
dombanya kepada orang tua itu, orang tua itu menunjukkannya jalan ke Mesir.
Tempat di mana Piramida-Piramida itu berada serta harta karunnya. Bisa
dikatakan orang tua itu adalah perwujudan Tuhan untuk memotivasi anak gembala
itu mengejar mimpinya. Maka perjalanan mengejar mimpi di mulai.
Berkelana dari tanah Andalusia, melewati
Tarifa, Tangier, hingga Afrika. Dan Afrika inilah Santiago mendapat ujian.
Bayangkan seorang diri di tempat yang asing, tanpa teman atau kerabat yang
dikenal. Beruntung anak gembala itu sifatnya sangat terbuka dan baik. Tapi
saking baiknya sampai ia ditipu orang jahat yang mengiginkan uangnya. Uangnya
habis dicuri. Tinggal tersisa buku dan jaket di dalam kantong yang ia bawa. Ia
kesal, sekaligus marah. Kenapa orang tua itu tidak memberitahukannya perihal
pencuri? Santiago berakhir di toko penjual Kristal yang mau menampungnya untuk
bekerja. Ia terdiam ketika tau bahwa Mesir masih begitu jauh dengan bentangan
pasir yang luasnya ribuan kilometer. Tak ada harapan. Seketika dunia ikut
terdiam, putus asa di tengah perjalanan membuatnya berharap mati saat itu juga.
Terkadang, manusia dibiarkan mencicipi
kegagalan untuk menambah kesabaran, kegigihan, dan pembelajaran. Dan terkadang,
manusia dibiarkan mencicipi kesuksesan untuk menambah semangat.
Sudah hampir sebulan anak gembala itu bekerja
di toko kristal. Hidupnya kembali mapan bekerja pada pedagang tersebut. Uangnya
kini kembali banyak bahkan dua kali lipat, karena kedatangan Santiago membawa
suasana baru bagi toko Kristal itu, yang dahulu sepi kini ramai dikunjungi.
Santiago mendapat komisi yang banyak. Tapi tiba-tiba anak gembala itu menemukan
benda pemberian orang tua itu dan
teringat perkataannya.
“ Jangan pernah berhenti bermimpi, ikutilah
pertanda-pertanda Tuhan.” Dan akhirnya ia memutuskan untuk kembali mengejar
harta karun dengan menumpang pada caravan yang menuju Mesir.
Sebelumnya, saya mencari-cari dan menerka-nerka
bahwa Sang Al-Kemis itu adalah Santiago ternyata bukan. Di bagian ke dua baru
dijelaskan siapa itu al-kemis. Mungkin di kehidupan nyata Al-Kemis itu bisa
dikatakan orang yang sukses mengejar mimpinya hingga berhasil atau orang
pilihan.
Kisah petualangan di novel ini membuat saya
penasaran untuk membacanya hingga akhir. Perjalanannya ke mesir juga begitu
seru, dimulai dari peperangan, dan bertemu dengan Al-kemis yang menkjubkan juga
sangat membuat saya sangat terpukau. Sang Al-kemis itu mengajarkannya tentang
jiwa, dunia, cinta, kesabaran dan kegigihan. Di perjalanannya melewati mesir
ini pun anak gembala itu menemukan cinta sejatinya, Fatima gadis gurun yang
setia menunggunya.
Perkataan sang al-kemis pada anak itu yang
begitu bagus menurutku adalah :
“Mengapa kita harus mendengarkan suara hati
kita?” Tanya si anak gembala ketika mereka mendirikan tenda di tengah gurun.
“Sebab di mana hatimu berada, disitulah hartamu
berada.”
“Kalau kamu mengiginkan sesuatu, seisi jagat
raya akan bekerja sama membantumu memperolehnya.”
Inti dari novel ini begitu sederhana yaitu
“Jangan pernah menyerah untuk mengejar mimpimu.” Cerita petualangan ini begitu
hebat.
Terkadang, kita juga dihadapkan pada
pilihan-pilihan hidup untuk mengejar mimpi kita, tapi jangan pernah lupa pada
pertanda atau petunjuk yang diberikan Allah kepada kita. Seperti pada cerita
ini, ketika ia ingin mencari mimpinya ia dihadapkan pada peramal, pencuri, sampai
di toko Kristal. Tapi mungkin itu adalah petunjuk dari Allah untuk terus
mengejar mimpinya. Contohnya seperti saya. Ketika SMP dan SMA dahulu saya
sering menulis. Tapi selalu ditolak oleh penerbit. Ketika kuliah saya
dipertemukan oleh Allah dengan FLP di sini saya belajar banyak kesalahan pada
tulisan saya. Dan ketika saya mulai bosan untuk menulis mungkin karena saya
jarang membaca. Saya dipertemukan dengan group IM ini yang membuat saya merasa
harus dan wajib untuk membaca buku.
So, jika kita mempunyai mimpi dan tak tahu bagaimana
mewujudkannya. Jangan dibuang dan jangan menyerah. Cukup kamu taruh mimpi itu
di laci hati dan pikiranmu. Ketika ada kesempatan muncul bukalah mimpi itu
untuk menghirup nya sebagai penyemangat.
Judul :
The Alchemist (Sang Alkemis)
Penulis : Paulo Coelho
Penerbit :
Gramedia
Tebal : 213
halaman
Tahun terbit : Cetakan
keenam April,2008.
0 komentar:
Posting Komentar