Judul buku : Apa Bentuk Komitmen Sy Kepada Islam?
Penulis : DR. Fathi Yakan
Penerjemah : Asep Sobari, Lc
Penerbit : Al I'tishom
Jumlah halaman : 181
Cetakan ke 7 : Mei 2015
Kehidupan yang telah kita tempuh sejauh ini, barangkali kesyukuran trbesar kita adalah terlahir dalam keadaan Islam. Faktanya, kita merasa asing dg Islam. Seolah kita berada d satu lembah sementara Islam berada di lembah lain. Akibatnya kita tidak memahami Islam secara utuh, tidak memahami komitmen kita pada Islam dan konsekuensi yg ada. Berangkat dari hal inilah sang penulis yg sekaligus ulama ini menerbitkan buku yang cukup fenomenal ini. Setiap karyanya kerap menjadi rujukan ulama, da'i dan aktivis dakwah. Meski sang DR kini tiada namun sejatinya dia tetap hidup seperti karyanya yg hidup di hati para pembacanya.
Buku ini terdiri dari 2 bagian. Bagian 1 mengulas tentang apa bentuk komitmen kita kepada Islam? Dan bagian kedua fokus kepada apa bentuk komitmen kita kepada harakah Islamiyah?
Bentuk komitmen pertama kepada Islam adalah saya harus mengislamkan aqidah saya. Kenapa aqidah? Karna aqidah adalah syarat menjadi muslim yg baik. Dan dalam beberapa kesempatan pernh saya mendengar jika aqidah seorang muslim melenceng maka keislamannya patut dipertanyakan. Ada beberapa runutan yg dibahas, salah satu yg dpt sy petik adalah percaya bahwa manusia melakukan hal baik dan buruk atas kehendaknya sendiri. Tapi dia tdk bisa brbuat baik, kecuali atas seizin Allah, dan bila trjerumus dalam kejahatan itu bukan krna Allah, melainkan hanya dlm batas kehendakNya.
Poin kedua, saya harus mengislamkam ibadah sy, ibadah merupakan anak tangga yang menghubungkan hamba dengan Rabbnya. Di sisi lain ia jg berpengaruh terhadap perilaku ke sesama. Ibadah yg benar terpancar kepada sikap dan akhlak. Maka tak jarang kita temui, seseorang yang secara kasat mata ahli ibadah namun dalam bermuamalah sangat bermasalah. Yang saya garis bawahi pada poin ini adalah menjauhi perkara2 yang syubhat, yg tidak diketahui halal haramnya, "dan barangsiapa yang terjerumus dalam syubhat maka dia telah trjerumus dalam haram".
Poin ketiga saya harus mengislamkan keluarga dan rumah tangga saya. Diantara pengaruh yang ditumbuhkembangkan oleh Islam dalam diri manusia (saat ia beriman) adalah timbul kepedulian trhadap sekitar, dan mau mnympaikan kebenaran (hal48). Langkah konkret yang mesti ditmpuh adalah membangun keluarga sendiri mnjadi keluarga muslim sebelum trjun ke masyarakat luas. Artinya mmbawa misi Islam ke lingkup masyarakat terkecil yakni istri, anak, mertua dsb. Maka selektif memilih pasangan (dalam akhlak dan ibadah) sangat dianjurkan bhkan dalam sebuah hadist dikatakan 'budak yg buruk rupa lagi mskin namun baik agamanya lebih baik (dr mereka)'.
Poin keempat yang penulis jabarkan disini adalah saya harus mmpu mengalahkan nafsu saya. Kitalah yg menentukan ingin dikalahkan nafsu, dikuasai nafsu atau yg mmpu melawan nafsu. Yang mnjadi filter adalah hati dan akal, maka belajar menjadi wajib hukumnya. Tak trbatas terhadap apapun, belajar bisa dimana dan kapan saja. Tawazhun (seimbang) antara agama dan dunia, karna ketidaktahuan bisa saja menjurumuskan kita sewaktu2.
Pada bagian kedua saya cukup ambil beberapa poin saja, harakah islamiyah lebih kepada kontribusi kita dalam pergerakan atas nama Islam. Sang penulis yang juga kontributor dakwah ini mengatakan saya harus mmpersembhkan hidup saya utk Islam. Sebagaimana tujuan Allah mnciptakan manusia dalam QS adz dzariyat 56, semata utk beribadah kepadaNya. Mk sekolah, kerja, berumah tangga dan segala aktivitas yg menyibukkan lainnya niatkan utk ibadah, ibadah dan ibadah. Namun kebanyakan kita kata DR Fathi Yakan mengabdikan hidup utk dunia karna terbuai dg kemegahan yg dihadirkan.
Saya harus meyakini kewajiban berjuang untuk Islam lanjut penulis. Berjuang utk Islam, mmbangun masyarakat yang berkomitmen dengan Islam, membangun negara yang menerapkan Islam sebagai landasan hukum, sistem Pemerintahan dan Undang2 serta mengusung dakwah Islam untuk menegakkan kebenaran.
Tugas ini menurut penulis adalah kewajiban syar'i yg tidak gugur hingga lahirnya kekuasaan yang akan mmgemban amanah tersebut.
Lalu di susul statement, Selama kekuasaan ini belum terwujud maka lemahnya totalitas dan kemalasan kaum muslimin d anggap dosa dalam prtimbangan syariat. Dosa tersebut tidak dapat di hapus kecuali dengan cepat brgerak untuk mengemban seluruh perjuangan menegakkan Islam.
Padang, 12/3/2016
0 komentar:
Posting Komentar