Judul Buku : Hidup adalah perjuangan
Jml Hal : 372
Penulis : Azwar Sutan Malaka
Penerbit : Bening
Hidup adalah perjuangan, pejuang sejati tak pernah mati,
buku ini berkisah tentang seorang lelaki muda sebagai pewaris tradisi
matrilineal yang menpertahankan sebuah
kebenaran demi peradabannya/leluhurnya/budayanya.
"kita tidak boleh punah. kita harus memperjuangkan
peradaban kita agar tetap ada di dunia ini. kita harus memperjuangkannya
sebelum kita benar-benar punah atau dipunahkan." Begitulah yang ada di
benak dan pikiran Alif sebagai seorang anak lelaki yang berada dalam budaya
tradisi Matrilineal. Kisah ini berasal dari Negeri Purnama, sebuah kerajaan
dengan sistem pemerintah bernasab pada perempuan (ibu), perempuan lah yang
memiliki hak atas warisan tanah, ladang, rumah, dan mewariskan suku kepada anak
perempuannya nanti. tidak hanya di Negeri Purnama di negeri lain pun sama
budaya mereka bernasab pada garis ibu (negeri adalah sebuah kerajaan/suku kecil
tetapi berpengaruh terhadap masyarakat sekitar pada jaman kejayaanya.
Dikisahkan negeri ini sudah berada di masa moderen saat ini,
sudah terdapat Hand Phone, kendaraan motor, bis, dan mobil pribadi. Seperti
halnya Kerajaan kerajaan yang ada di Indonesia maka, kerajaan ini tak seberdaya
dulu, karena saat ini sudah ada sistem pemerintahan yang resmi dari Negara
(Kecamatan, Walikota, Bupati), alhasil kerajaan hanyalah sebuah budaya yang
hanya orang sekitar yang mengenal dan masih memegang teguh budaya leluhurnya.
Dibalik itu semua ada pihak lain yang ingin menjadikan kerajaan seperti ini
sebagai objek wisata
Dimana sebuah tatanan
luhur kerajaan jaman dulu, yang berjaya dan membawa kemakmuran, kearifan dalam
bermasyarakat, dan kini akan menjadi sebuah tontonan dengan label Menunjukkan
budaya daerah demi rupiah.
Beginilah kisah perjuangan Alif sang raja muda dari Negeri
Purnama, ia adalah anak tunggal dari garis Ibu nya, dimana sang ibu adalah sang
pewaris dari kerajaan tersebut. Ibu Alif adalah anak ke 2 dari 3 bersaudara,
kakaknya laki-laki dan meninggal muda, adeknya bernama tek Dinar (perempuan)
dan memiliki 2 anak perempuan.
Alif dan ibunya tinggal di rumah gadang bekas istana (Ayah
Alif meninggal sudah lama), sebagai pewaris kerajaan mereka yang merawat rumah
gadang bekas istana, ladang dan sawah yang di miliki dari turun temurun.
Perjuangan Alif dimulai saat seorang
investor asing ingin membeli rumah gadang bekas istana dan menjadikannya
sebagai tempat pariwisata, namanya Frans sang investor berdarah dingin, sang
Tek Dinar (bibi Alif) lah yang mengundang Frans untuk membeli dan menjadikan
rumah gadang bekas istana Purnama itu untuk menjadi tempat wisata. Ide tek
Dinar untuk menjual rumah gadang bekas istana Purnama ini karena rakus akan
harta.
Pemegang hak waris akan rumah gadang bekas Istana Purnama
adalah ibu Alif, maka semua yang berkaitan dengan persetujuan penjualan rumah
gadang bekas istana ada di tangan Alif sebagai Raja Muda Kerajaan Purnama. Alif
seorang yang memegang teguh budaya dan adatnya ia tak berpendidikan tetapi ia
tahu akan budaya dan adat istiadat Islam yang dipegang teguh dari nenek
moyangnya. Perjuangan Alif dalan mempertahankan Bekas Istana Purnama dari
tangan Frans harus di bayar mahal oleh Alif, bukan harta tapi nyawa.
Nyawa dari seorang perempuan bernama Narysa, perempuan yang
dulu pernah di cintai Alif tetapi kini ia menikah dengan seorang dokter. Narysa
tewas di rumahnya saat menolong Raja Muda Alif dari kejaran anak buah Frans
(Alif dalam kondisi terluka parah, sayatan pada tubuhnya dan luka memar di
sekujur tubuhnya), ia di tembak pada bagian perutnya yang saat itu sedang
mengandung besar, Narysa tewas dipangkuan suami nya dan Alif melihat dari
kejauhan untuk menyelamatkan diri.
Nyawa ke dua yang hilang adalah Aila istri Alif. Baru
beberapa hari menikah dengan Alif, Aila meninggal akibat kecelakaan
(ditabrak.sepeda motor saat akan menyebrang jalan). Kecelakaan yang terlihat
alami ini sebenarnya adalah rencana dan ulah dari Frans dan antek anteknya.
Kematian Aila ini terjadi selang beberapa hari meninggalnya ibu Alif. Lengkap
sudah penderitaan Alif, hingga membuat nya menjadi orang stress, tidak makan,
tidak mengurus diri hingga berbulan bulan sampai badan dan penampilan Raja Muda
Alif tak lagi gagah dahulu.
Nasib Alif memang begitu pelik, hidup dengan budaya
matrilineal yang bernasab pada Ibu, maka kini ia tak memiliki apa apa. Rumah
gadang bekas kerajaan beserta sawah dan ladang kini menjadi hak Tek Dinar (adik
ibunya) karena begitulah warisan dari kerajaan matrilineal, Alif tak ada hak
atas harta yang menghidupinya selama ini. Seharusnya Alif bisa ikut istrinya,
ke rumah kerajaan Aila, tetapi kini
Aila pun telah tiada maka Alif hanya bagaikan debu bertebrangan entah kemana
tak ada pijakan pasti, ia tak ada hak lagi atas harta ibu nya pun atas harta
dari Aila.
Puas sekali Frans melihat keadaan Alif, dan kini mudah bagi
Frans untuk membeli Rumah Gadang Kerajaan Purnama karena cukup berhubungan
dengan tek Dinar selaku pemegang kekuasaan Kerajaan Purnama. Lantas sia sialah
seluruh perjuangan Alif dalam mempertahankan tradiai leluhurnya selama ini.
Lamunan Alif atas deritanya selama ini membuatnya seperti
orang gila, tak terurus kurus dan tak ada harapan hidup lagi di wajahnya, semangatnya
lenyap, ambisinya tak bersisa dan kematian nampaknya indah untuknya. di tengah
kepedihannya ada mahasiswa Belanda bernama Shannon yang melakukan penelitian di
Negeri Purnama, nasehat Shannon untuk Alif yang sedang berduka berkepanjangan
"... pilihan mu untuk berlarut-larut dalam kesedihan.
saya rasa kita harus rasional, yang hidup pasti akan mati. tidak mungkin kan
kau ingin mati hanya karena istri mu mati. Kau harus melanjutkan hidup
mu."
Dalam duka nya datang pula Said (suami Narysa gadis yang ia
cintai dulu, yang tewas karena ulah Frans dan antek anteknya). Said memberikan
nasehat
"Lupakanlah. sekarang mari kita nikmati sisa-sisa hidup
ini."
kesedihan Alif tentu telah dirasakan pula oleh Said yang
kehilangan 2 orang sekaligus, istri dan anaknya dalam kandungan.
Berangsur kondisi Alif membaik dan kini ia berusaha keras
untuk menggagalkan rencana tek Dinar dan Frans untuk menjadikan Rumah Gadang
bekas Kerajaan Purnama sebagai tempat wisata. Alif dibantu Shannon dan Nayla
(Dosen di perguruan tinggi yang membantu penelitian Shannon), usaha mereka
penuh lika dan liku hingga nyawa Shannon pun ikut terenggut menjadi korban dari
kebengisan Frans. semua perjuangan memang penuh perih, sebelum kematian Shannon
yang jatuh dari menara jam, Frans terlebih yang mati dengan sebab yang sama
(jatuh dari menara jam), menara yang menjadi saksi akan perkelahian Alif dengan
Frans, serta cinta Alif terhadap Shannon yang belum terungkapkan dengan kata.
Lengkap sudah semua orang yang dekat dengan Alif tak berumur panjang, seolah
tak ada kebahagiaan untuk hidupnya.
Akhirnya usaha mereka Alif, Shannon dan Nayla berhasil
dengan melibatkan pemerintah kota (Bapak Wali Kota). Rumah Gadang Bekas
kerajaan purnama tidak dapat dijual dan kini akan di perhatikan pemerintah
setempat.
Alif ia lelaki yang bertubi tubi selalu terluka, terluka
dalam dada yang teramat menyiksa. Saat bahagianya tak begitu lama, perih dan
pahit selalu menghampirinya, apakah ini takdirnya ? tapi ia tak akan berputus
asa, tak akan seperti dahulu saat kehilangan istri tercintanya Aila.
Alif lelaki yang telah didera derita adalah pejuang sejati,
seorang pejuang tak akan mati, meski jasad telah ditelan bumi, cita-cita nya
dalam memperjuangkan keberadaan dan kelangsungan leluhurnya, di Negeri Purnama
dengan budaya Matrilineal yang bernasab pada Ibu.
- Cita-cita itu akan abadi, seabadi keikhlasan, seabadi niat
suci, seabadi perjuangan, dan seabadi ketulusan -
Pelajaran utama yang diambil adalah, selalu lah berjuang,
bangkitlah kembali setelah kau terpuruk, ingatlah selalu pada Alloh karena
semua atas kehendak Nya.
~ Selama ada Perjuangan maka disana ada Tantangan ~
Salam
Eko Yasin
Situbondo, 12 Maret 2016
Terima Kasih Telah Mengunjungi Blog Indonesi Membaca.
0 komentar:
Posting Komentar