Judul : Bilang Begini, Maksudnya Begitu
Pengarang : Sapardi Djoko Damono
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
ISBN : 978-602-03-1122-7Aku ingin mencintaimu dengan sederhana ;
Dengan kata yang tak
sempat diucapkan
Kayu kepada api yang
menjadikannya abu
Aku ingin mencintaimu
dengan sederhana ;
Dengan isyarat yang tak
sempat disampaikan
Awan kepada hujan yang
menjadikannya tiada
Puisi diatas, seperti kita tahu
adalah karangan dari Guru Besar UI, Bp. Sapardi Djoko Damono, yang dengan
karyanya menjadi sebagian kita, yang walaupun bukan anak sastra, ikut menjadi
mencintai suatu puisi. Kali ini, yang saya ingin bahas dan resume adalah buku
beliau yang berjudul Bilang Begini, Maksudnya Begitu. Berbeda dengan bukunya
yang lain, buku ini semacam ajakan dari beliau untuk mengapresiasi karya sastra
dengan pengenalan akan sejumlah alat kebahasaan yang dimanfaatkan penyair untuk
menyampaikan maksud yang mungkin saja sebenarnya adalah sebuah cerita, gagasan,
sikap, atau mungkin amanat.
Gerimis bukan berarti hujan,
bunga belum tentu berarti kembang dan karena puisi adalah hasil dari kemampuan
penyair bermain kata-kata, tak semua orang serta-merta dapat mengartikannya
secara harfiah. Buku setebal 138 halaman ini menjelaskan bermacam-macam arti
dari karya sastra per kata, hasil dari beberapa penyair terkenal. Dengan cover
yang menarik, malahan membuat buku ini menjadi lebih menarik lagi untuk dibeli,
karena jujur saja saya beli karena covernya yang lucu dan berwarna-warni.
Sayangnya, bagi bukan pecinta sastra, buku ini mungkin akan membuat bosan,
karena di dalamnya hanya terdapat penjelasan dan tak ada cerita penghiburan
sama sekali.
Di buku ini juga dijelaskan bermacam-macam
bentuk puisi, seperti contohnya adalah Soneta, yang sampai sekarang masih tetap
dipakai oleh penyair-penyair. Aturan utama dari Soneta adalah terdiri dari 14
larik, peraturan ini mutlak dan tak boleh dilanggar walaupun rimanya dalam
setiap bait berubah-ubah, contohnya bait utama a-b-a-b, bait kedua b-a-b-a
laliu bait ketiga c-c-c dan bait keempat juga c-c-c. Karya sastra juga menyediakan
jawaban bagi berbagai persoalan yang kita hadapi dalam hidup, atas dasar
kenyataan itulah pembaca menganggap bahwa amanat adalah suatu bagian dari karya
sastra.
Kalau Tuan pergi ke
Kelang,
Sahaya antar sampai ke
Linggi ;
Kalau Tuan menjadi Elang,
Sahaya menjadi kayu
tinggi.
Apa maksud pantun diatas?
Awalnya saya pikir mungkin kalau sudah
menjadi orang yang tinggi, kita tidak boleh sombong dan ternyata arti
sebenarnya adalah hubungan cinta antara pria dan wanita yang diibaratkan dengan
burung elang dan kayu tinggi. Pantun juga adalah sebuah tradisi lisan yang
sekali diucapkan maknanya harus sampai kepada pendengar, bukan pembaca. Dari
buku ini saya banyak mengerti apa maksud dari suatu karya sastra dan mendapat
banyak kosakata bahasa Indonesia yang baik, intiya buku ini seperti panduan
bagi kita, yang baru terjun mengagumi karya sastra. Sekian resume saya kali
ini, semoga bermanfaat.
0 komentar:
Posting Komentar