Menurut Maxwell, mendefinisikan
sukses adalah tugas yang sulit. Sebagian besar orang ketika ditanya tentang
sukses mereka akan menyamakannya dengan kekayaan, kebahagiaan, kekuasaan,
jabatan, atau pencapaian lain dalam hidup. Well setiap manusia memang punya
keunikan tersendiri termasuk dalam cara pandang terhadap sukses. Dengan gaya
bahasanya yang lugas dan segar, Maxwell mengajak kita untuk memahami arti
sukses yang sesungguhnya. Bahasanya yang lugas, penuh spirit, dan tak ada kesan
menggurui membuat sayapun penasaran dengan setiap halaman yang ia tuliskan.
Kata Maxwell adalah keliru jika
hanya menyamakan kesuksesan dengan pencapaian target duniawi seperti kekayaan,
prestasi, kekuasaan, jabatan, atau kepemilikan terhadap sesuatu. Benar bahwa
gambaran sukses itu berbeda setiap orang, namun selalu ada kesamaan bahwa
setiap kesuksesan harus diraih melalui sebuah proses. Proses inilah yang akan
menentukan seseorang meraih sukses atau tidak. Proses ini didasarkan atas dua
prinsip baku yang harus dipegang teguh, yakni memahami gambaran yang benar
tentang kesuksesan dan memegang prinsip yang benar untuk mencapainya.
Pertanyannya, seperti apa
gambaran sukses yang benar? Ada tiga hal pokok dalam definisi sukses menurut
Maxwell, yaitu tahu tujuan hidup, tumbuh untuk meraih potensi tertinggi, dan
menebar manfaat untuk orang lain. Simpelnya bahwa sukses bukanlah hasil akhir
tetapi proses perjalanan. Dengan memahami sukses sebagai sebuah proses maka
kita tak perlu berjuang mati-matian untuk mencapai tujuan yang sulit dicapai.
Just do the best. Jika kita fokus pada proses, bukan hal yang mustahil pula
untuk meraih sukses setiap hari.
Mampu memahami tujuan hidup yang
benar adalah tahap pertama untuk sukses. Menurut Maxwell bahwa tujuan hidup yang
kita bangun harus selaras dengan tujuan Tuhan menciptakan manusia. Bagi muslim,
tujuan penciptaan manusia sudah sangat jelas : beribadah (adz-dzariyat: 56) dan
menjadi khalifah (Al-Baqoroh: 30). Jika ibadah adalah hubungan vertikal kita
dengan Allah, maka menjadi khalifah adalah hubungan horizontal kita dengan
lingkungan dan sesama makhluk hidup. Ibadah tidak hanya dimaknai ritual shalat,
puasa, zakat, haji. Makan, minum, tidur, kuliah, bekerja, membantu orang lain
bukankah semua diniatkan untuk ibadah. Perbedaan niat ini yang kemudian akan
berkorelasi dengan prinsip kedua, berproses dengan cara yang benar.
Kedua, mengoptimalkan potensi.
Potensi ini terutama diarahkan untuk mencapai tujuan jangka pendek seperti
studi, karir, atau yang lainnya. Menurut Maxwell, ada empat prinsip yang dapat
membantu kita untuk memaksimalkan potensi, yaitu fokus pada satu tujuan utama,
fokus untuk mengembangkan diri, lupakan masa lalu, dan fokus pada masa depan.
Fokus pada satu tujuan utama bukan berarti kita tak harus punya mimpi yang
lain. Sah saja selama kita bisa membagi peran dan prioritas. So, mari kita
bersemangat untuk melakukan manajemen diri, buat target (planning), dan
konsisten berproses.
Ketiga, menebar manfaat untuk
orang lain. Kata Maxwell, poin ketiga inilah puncak kesuksesan. Sukses itu
bukan tentang apa yang dicapai untuk diri sendiri, tetapi tentang apa yang dilakukan
untuk orang lain. Contoh sederhana, artikel ini menjadi artikel yang gagal jika
saya hanya mencari kepuasan pribadi dari menulis. Namun artikel ini bisa
menjadi artikel yang sukses jika saya niatkan untuk menebar manfaat bagi orang
lain. Karena saya niatkan agar berguna bagi orang lain, maka saya nulis sepenuh
hati agar orang yang baca terinspirasi untuk melakukan. Beda niat sudah beda
hasil akhir dan prosesnya kan. So, sejatinya hidup kita ini dibangun dari apa
yang kita berikan kepada orang lain. Semakin banyak kita memberi kebaikan untuk
orang lain, insyaAllah semakin banyak juga kebaikan yang menghampiri kita.
Bukanlah hidup namanya jika hanya
ada jalanan yang lurus. Seringkali kita sudah membuat target tapi tak berjalan
mulus sesuai rencana. Hasilnya mungkin kegagalan dan takut untuk mencoba lagi.
Akhirnya berfikir lebih baik jadi orang yang biasa-biasa saja. Justeru kita
akan temukan bahwa orang-orang sukses adalah manusia ekstraordinary, punya
spirit dan kemampuan diatas rata-rata. Termasuk salah satunya kemampuan
menghadapi rasa takut untuk mencoba sesuatu dan kegagalan.
Ada tiga alternatif untuk
menangani rasa takut. Pertama, menjauhi sumber ketakutan, jika sumber ketakutan
itu adalah orang, tempat, atau kondisi tertentu, ya jauhi semua itu. Kedua,
menangani rasa takut dengan berharap rasa takut itu akan hilang sendirinya.
Ketiga, hadapi dan atasi rasa takut itu. Dan cara ketiga ini adalah yang paling
efektif. Sebuah penelitian di University Michigan menyimpulkan bahwa 60%
ketakutan manusia itu tidak berasalan, 20% ketakutan berasal dari masa lalu,
10% ketakutan berasal dari hal-hal yang sangat remeh, dan 10% ketakutan berasal
dari 4% atau 5% ketakutan yang pernah terjadi.
Gimana kalau gagal? Sayapun
pernah merasa gagal sodara-sodara, sering malah haha. Salah satunya adalah
ketika lulus kuliah januari kemarin (ah ini masih hangat banget). Target saya
ketika itu adalah lanjut kuliah tapi tahun depannya. So saya punya waktu kosong
setahun. Target saya waktu satu tahun itu adalah punya usaha sendiri. Disisi
lain usaha butuh modal kan ya. Sementara tak banyak tabungan tersisa, kira-kira
cukuplah untuk 3 bulan bertahan di yogya. Sejujurnya galau, takut untuk
memulai, dan takut gagal. Kalau saya pakai uang sisa tabungan ini untuk modal
usaha, terus gimana dengan kebutuhan pokok saya? Dan kalau gagal tabungan saya
melayang semua. Akhirnya option lainnya pulang dan ngembangin usaha online dari
rumah. Tapi terus saya kayak pengangguran dong, apalagi setahun bukan waktu
sebentar.
Akhirnya, saya ajak teman untuk
bisnis jilbab patungan, kami buat jilbab sendiri. Tapi apalah daya persaingan
terlalu ketat jadilah cashflownya lama. Baru jalan sebulan, akhirnya kami
menyerah padahal BEP aja belum. Rugilah pastinya, tabungan tersisa kurang dari
500rebu. Takut mulai lagi sebenarnya, tapi saya menguatkan diri kalau gak mau
ambil resiko saat ini selamanya saya tidak akan mampu memulai. Doa yang saya
kuatkan saat itu adalah salah satu doa yang ada di Al-Matsurat, yang intinya
adalah jauhkan saya dari kekufuran dan kefakiran, dan dijauhkan dari kemalasan
dan utang. Utang itu yang paling rawan saat kita tak beruang dan saya minta
sama Allah agar dijauhkan dari utang. Sisa tabungan dan hasil jual kalung saya
akhirnya saya pakai untuk modal usaha lain. Alhamdulillah bisnisnya saat ini sudah
berjalan. Bahkan sampai kewalahan dengan pesanan. Dan disaat lagi muter otak
buat tambahan modal, tak disangka teman menawarkan untuk tanam modal.
Kasus lain, barangkali kita
pernah juga merasa salah memilih jurusan sesuatu seperti jurusan studi,
pekerjaan, atau apapun. Kata Maxwell itu bisa juga penyebab kita merasa gagal.
Cara efektif untuk mengatasinya adalah jadikan itu sebagai batu loncatan. Ambil
sebanyak mungkin pengalaman dari sana sebagai persiapan untuk meraih mimpi yang
kita inginkan.
Saya sudah membuktikan nasehat
Maxwell, bahwa cara efektif untuk melawan ketakutan dan kegalalan adalah
melawannya. Kegagalan itu jadi jadi pelajaran berharga untuk saya. Nilainya
terlalu berharga untuk saya sesali, so saya tetap fokus ke depan. Kegagalan
pada dasarnya adalah isyarat bagi kita untuk mengubah arah, barangkali ada yang
salah dalam manajemen bisnis saya yang pertama sehingga gagal. Dan pengalaman ini
cukup membuktikan bahwa ternyata saya termasuk risk taker, padahal saat kuliah
ditanya dosen saya bilang saya tipe risk neutral hehe...
So, mulai sekarang mari kita
miliki gambaran yang benar tentang kesuksesan. Bahwa kesuksesan adalah tentang
apa yang sudah kita lakukan untuk orang lain dengan cara dan prinsip yang
benar. Dan itu hanya bisa dicapai oleh orang-orang yang mampu menentukan tujuan
hidupnya dengan benar.
Judul Buku : Your Road Map For Success
Penulis : John C. Maxwell
Penerbit : MIC Publishing
Tebal : 274 Halaman
0 komentar:
Posting Komentar