Judul buku : Sejenak Hening
Penulis : Adjie Silarus
Tebal buku : 310 halaman
Penerbit : Metagraf
Penulis : Adjie Silarus
Tebal buku : 310 halaman
Penerbit : Metagraf
Awalnya saya hanya iseng mengambil buku bersampul putih ini
di toko buku. Tampilannya yang bersih dan cantik membuat saya
memutuskan untuk membawanya pulang.
Misi penulis sudah dikemukakan sejak awal melalui sub judul "menjalani setiap hari dalam hidup dengan sadar, sederhana, dan bahagia". Uniknya, penulis bermain dengan analogi yang sederhana dan mudah dipahami, serta menuangkannya dalam bentuk 43 artikel pendek. Setiap artikel dilengkapi dengan foto-foto cantik yang meski hitam-putih, mampu menguatkan visualisasi pesan dalam buku ini.
"Sejenak hening" mengajak kita untuk hidup dengan penuh kesadaran, menjadi pribadi yang stabil secara emosi, mampu menciptakan kebahagiaan dalam diri sendiri saat ini juga, tanpa perlu menunda-nunda munculnya kebahagiaan itu.
Resume hari ini inshaallah baru menceritakan sebagian isi buku, karena saya baru menamatkan 10 artikel pertama dalam buku ini :)
Diawali dengan "menutup jendela", mas adjie mengajak kita
untuk mengambil alih sepenuhnya kesadaran kita, bahwa kita harus bisa
menyaring hal-hal positif dari lingkungan. Sebaliknya, hal-hal buruk
yang akan mempengaruhi pikiran dan perasaan harus dihalangi dengan
analogi "menutup jendela" jiwa.
"Menikmati momen sekarang" merupakan
tips berikutnya untuk bisa merasakan bahagia dengan kesadaran penuh.
Setiap hal yang kita alami saat ini, harus bisa dijalani dengan sepenuh
hati. Dicontohkan, ketika bekerja keras mencapai cita-cita, adakalanya
kita lupa mensyukurinya. Lupa menikmati setiap prosesnya. Momen sekarang
yang kita pilih untuk tidak kita nikmati itu menjadi salah satu
"penundaan kebahagiaan". Bayangan untuk menjadi bahagia kadang muncul
ketika kita sedang berada dalam keadaan tertekan, banyak kesibukan, atau
diamanahi banyak pekerjaan. Padahal seharusnya bahagia itu sederhana.
Dengan memutuskan "menjadi bahagia" alih-alih "ingin menjadi bahagia",
kita sudah satu langkah lebih dekat dengan kebahagiaan.
Ingat dengan kalimat "bahagia itu ada pada setiap hati yang bersyukur"? Bersyukur dengan keadaan dan apa yang kita miliki saat ini juga merupakan hal lain yang mampu memantik perasaan bahagia. Cara lain untuk bahagia adalah "melatih senyum". Mengawali hari dengan senyum tidak hanya membuat kita makin berpikir positif, bahkan orang lain yang melihat akan ikut bahagia. Senyum itu menular. Demikian halnya stress. Oleh sebab itu, ketika stress melanda, kita diharapkan untuk bisa terbuka pada orang lain (bukan mengeluh), sehingga orang lain lebih "aware" dan tidak ikut tertular.
Terakhir, sebagai bentuk pertahanan diri terhadap pengaruh buruk dari luar, kita perlu melengkapi diri dengan "sepatu baja" yang bisa dibawa ke mana-mana. Bukannya dengan melapisi jalanan berlubang dan berduri dengan karpet empuk. Maksudnya, kita harus menguatkan mental dan pikiran kita sehingga tak mudah terpengaruh aura negatif dari orang lain. Seperti halnya "menutup jendela jiwa", kendali atas diri kita sepenuhnya berada di tangan kita sendiri.
Sebelum mengakhiri resume hari ini, saya ingin menyampaikan kutipan dari salah satu drama korea favorit saya dulu:
"Ada dua macam kebahagiaan. Yang pertama, saat menjalani suatu hari dengan biasa-biasa saja, dan baru menyadari beberapa saat setelahnya bahwa kita bahagia. Yang kedua, saat kita sadar pada saat itu juga bahwa kita bahagia. Kebahagiaan yang kedua adalah yang berharga".
Keputusan untuk bahagia dan menikmati setiap saat dalam
hidup dengan penuh kesadaran (untuk bahagia), bagi saya, itulah yang
paling berharga :)
~yusnita_IM1~
0 komentar:
Posting Komentar