Bincang Bintang#4 Komunitas
Indonesia Membaca Bersama Fahd Pahdepie
Berumah Tangga: Berumah
dalam cinta, bertangga menuju surga (Uuuwww)
Well, judulnya ada
embel-embel alay-nya. Tapi begitulah, topik pernikahan selalu jadi topik hangat
yang mengundang ekspresi itu hoho.
Yap, komunitas Indonesia
Membaca (IM) pada hari Senin tanggal 17 Agustus 2015 lalu (tepat di Hari
Kemerdekaan bro) mengadakan kembali salah satu agenda besarnya yaitu Bincang
Bintang (Bin2) via WhatsApp (WA). Di agenda
Bin2 ini, kami biasanya mengundang seorang tokoh yang inspiratif untuk berbagi
dan berdiskusi tentang sebuah topik. Bisa tentang pengalaman hidup ataupun buku
yang ditulis sesuai dengan kepakarannya.
Nah, narasumber kami kali
ini tidak lain dan tidak bukan adalah penulis yang bukur terbitan barunya yang
berjudul ‘Rumah Tangga’ sangat laris manis sudah hampir cetak untuk kelima
kalinya dalam waktu yang sangat singkat. Siapa lagi kalau bukan mas Fahd
Pahdepie. Dan tema kali ini, tentu saja bertemakan topik yang sepertinya akan
selalu jadi topik hangat sepanjang masa itu. Yaiyalah, tak ada seorangpun yang
terlahir di dunia ini tanpa punya peran dalam rumah tangga, entah sebagai
bapak, emak, ataupun anak.
Diskusi Bin2 kali ini
dimulai dengan pantikan dari moderator dengan beberapa pertanyaan seputar topik
yang diangkat. Karena sebagian besar pesertanya adalah kawula muda yang belum
mencicipi pernikahan, tak terkecuali moderatornya (#eh maaf kepada yang kemarin
merasa jadi moderator, semoga segera ketemu jodohnya hehe), maka pertanyaan
pantikan pun ala jomblo banget.
Pertama, diskusi dibuka
dengan pertanyaan: apa yg perlu diyakinkan utk menuju proses berumah tangga?
Mas Fahd (begitu kami memanggilnya) pun menjawab,” Perlu yakin ada pasangannya
dulu (#eaaa ini sepertinya bagian tersulit). Dari sudut pandang laki-laki, tak
ada laki-laki yang bisa menjadi pulau untuk dirinya sendiri. Kata John Donne,
no man is an island.”
Maksudnya bahwa tidak ada orang yang bisa hidup sendirian, memenuhi
segala kebutuhan hidupnya sendiri. Maka untuk berpasangan, untuk menikah, yang
harus diyakinkan adalah bahwa kita bukan orang yang sempurna. Kita menikah
dengan membawa banyak kekurangan dalam diri. Dengan begitu, pernikahan akan
menjadi momen untuk terus belajar dan memperbaiki secara terus menerus. Banyak
yang bilang sebelum menikah kita harus mapan, harus meyakinkan diri bahwa sudah
mapan. Menurut beliau, sebelum menikah kita harus sadar bahwa diri punya banyak
kekurangan, sedang dalam proses, being
dan becoming
individu yang 'membelum'.
Lalu ketika ditanya
bagaimana agar bisa saling bersinergi dengan pasangan dalam mencapai impian
masing-masing? Mas Fahd mengatakan bahwa dengan merasa bukan pribadi yang
sempurna, maka kesombongan, ego, dan arogansi bisa sedikit dikurangi. Terutama
bagi laki-laki dalam kultur masyarakat kita. Berbekal niat untuk selalu
belajar, sambil sadar sebagai individu yang membelum, cara pandang terhadap
pasangan pun akan berbeda. Kita akan bisa melihat ada sisi lain dari pasangan yang akan menyempurnakan kita, menemani
selama proses belajar, bersama-sama saling melengkapi. Di situlah terjadi
sinergi. Sinergi itu untuk semua hal. Dari yang paling simple sampai
impian-impian besar.
“Kalau sinergi cuma untuk
mencapai impian besar, lebih baik ikut organisasi atau partai politik.” Katanya
menutup jawaban dari pertanyaan kedua ini. Hmmm, catet.
Pertanyaan ketiga adalah
pertanyaan khas anak muda aktif yang belum menikah, hehe. Bagaimana bisa tetap
produktif menulis dan beraktivitas lainnya walaupun sudah berumah tangga?
Beliau menjawab, “Saya sudah menulis sebelum berumah tangga. Menulis sudah jadi
bagian dari diri saya. Dengan berumah tangga, saya tidak tetap produktif
menulis, tapi saya semakin produktif menulis. Itu dua hal yang berbeda. Buat
saya, berumah tangga memberi energi lebih.”
Wow,
semoga jawaban ini mengurangi jumlah pemuda galau setelah membacanya hoho. Dan
bocoran behind the scene
dari diskusi ini, beliau aktif menjadi narasumber dalam diskusi ini sambil
bermain dengan anaknya. See?
Menikah dan mempunyai anak bukan penghalang untuk tetap produktif. (Haha gaya
banget. Yang nulis ini juga bercerminlah! :v)
Nah, pantikan terakhir dari
moderator adalah, bagaimana meredam konflik atau ego kepentingan pribadi dlm
berumah tangga? Bagaimana kaitannya dg aktivitas berkarya? Menurut beliau,
berkarya yang baik itu adalah proses menemukan diri sendiri. Kata Syaikh
Naqsabandy, seorang Sufi dari Maroko, berkarya itu seperti memahat diri
sendiri. Berkarya adalah proses memahatnya hingga membentuk siapa diri kita
sebenarnya. Proses memahat diri itu adalah proses yang terus menerus dan tak
pernah selesai. Sebab kata Naqsabandy, sejatinya kita juga sedang berusaha
memahat wajah Tuhan. Hingga mati tak akan selesai. Karena berumah tangga juga
cara lain menyempurnakan diri, maka berkarya dan berumah tangga seharusnya bisa
saling mendukung. Bukan saling melemahkan.
“Kalau niatnya ingin terus
belajar, menemukan gambar diri yang terbaik, rumah tangga justru semacam
akselerator dalam berkarya. Tak perlu ada konflik ego di dalamnya. Kecuali,
meminjam istilah Chairil Anwar, jika kau menulis hanya untuk pergi ke pesta!”
Tutupnya sebelum sesi diskusi dengan peserta dimulai.
Tanggapan dari peserta
sangat antusias. Salah satu pertanyaan dari peserta adalah, bagaimana kalau
sudah siap namun jodohnya atau pasanganya belum ketemu? Apa yang sebaiknya di
lakukan? Jawaban beliau pun cukup singkat. Menunggu dengan aktif. Maksudnya,
jodoh itu seperti invensi. Kalau kita menemukan seseorang, sebenarnya kita
'menemukan' atau 'ditemukan'? Maka jikapun perlu menunggu, menunggulah dengan
aktif. Kalau kita menunggu pesawat yang akan memberangkatkan kita ke suatu
tempat, kita akan menunggunya dengan aktif. Kita cari tahu jadwalnya, kalau delay
kita akan mencari tahu alasannya kenapa, kita menyiapkan tiketnya, kita
menyiapkan barang bawaan, dst. Itu yang dimaksud menunggu dengan aktif.
Selanjutnya pertanyaan dari
seorang wanita hehe, bagi seorang wanita, bagaimana sikap dan cara terbaik yang
dilakukan untuk memulai berumah tangga? Karena semua kan dipersiapkan diawal.
Jawab Mas Fahd,” Mulailah dengan pikiran yang baik. Tuhan itu Maha Oke. Dia
akan meng-Oke-kan apa yang kamu pikirkan.” Atau dengan kata lain, dalam agama
Islam, Allah itu sesuai dengan persangkaan hamba-Nya. Termasuk dalam hal jodoh,
mungkin maksud Mas Fahd adalah, tetap berprasangka yang baik terhadap Yang
Mengaturnya. Mantap.
Pertanyaan selanjutnya,
khas kegalauan jomblo (#ups). Apakah diperbolehkan jika kita berdoa untuk
dijodohkan dengan seseorang yang kita nilai dia mampu menjdi imam untk hidup?
Sepertinya demi membaca kata ‘imam’, yang bertanya adalah kaum hawa lagi hehe.
Kata Mas Fahd, “Boleh, kenapa enggak? Boleh sebut namanya, bahkan bayangkan
wajahnya.” #eaaa sepertinya setelah ini ada nama-nama yang bermunculan dalam
doa.
Masih dengan penanya yang
sama lanjutan pertanyaan di atas,” Tertuju pada seseorang gitu??? Kalau nggak
terkabul pasti sedih.”
Jawab beliau,” Kalau
terkabul juga belum tentu kita nggak sedih, kan? Nggak ada yang tahu. Prayer
is always worth to try.” Noted
it (y).
Pertanyaan berikutnya juga
tak lepas dari kegalauan, cuma kali ini kegaluan ala jomblo dengan cita-cita
besar bro, yaitu apakah perlu membuat perjanjian di awal pernikahan agar
sama-sama mendukung cita-cita antara suami dan istri? Nah kan, biasanya mereka
ini gamang menuju langkah ke jenjang pernikahan karena ini. Lalu apa jawaban
Mas Fahd? Beliau mengatakan tidak perlu. Karena nanti akan tahu bahwa orang itu
tidak sama dengan robot. Impian kita bisa berubah. Cara kita mendekatinya bisa
berubah, dll. Saling percaya saja menurutnya sudah cukup. Karena yang paling
penting dalam pernikahan itu adalah kejujuran dan komunikasi. Warbyasah.
Buat jomblo-jomblo bercita-cita tinggi, sepertinya setelah baca ini bisa make
up your mind hohoho.
Terakhir, seorang penanya
sepertinya ingin mendapat inspirasi lebih dari kehidupan pribadi rumah tangga
Mas Fahd. Pertanyaannya seberapa besar peran istri bagi Mas Fahd dalam
mendukung proses berkarya dan pendidikan? Beliau menjawab, bahwa peran istri
bagi beliau besar sekali. Karena beliau dan istri sama-sama tahu menikah adalah
untuk saling menyempurnakan satu sama lain, saling membantu mewujudkan impian
satu sama lain. Lagi-lagi jempol deh.
Itulah penutup diskusi
tentang rumah tangga dengan Mas Fahd. Semoga semakin banyak jomblo-jomblo yang
tercerahkan. Karena dipungkiri atau tidak, semua hal yang dibahas di atas itu
ditanyakan oleh jomblo hohoho. Sekian reportase Bin2 IM, jangan lupa untuk
tengok reportase Bin2 selanjutnya jika masih ada kesempatan.
Catatan:
Beberapa dari diskusi ini
telah ditulis dan di-elaborasi lebih lanjut oleh narasumber di artikel yang bisa
ditemukan dalam link berikut: http://islamlib.com/keluarga/menikahlah-sebelum-mapan/