Judul Buku: My Life as Writer
Pengarang: Haqi Achmad &
Ribka Anastasia Setiawan
Pengantar
Buku ini semacam buku tips
menulis, ada 5 penulis yang dikupas di sini. Tentang karyanya, tentang
inspirasi yang didapat dari apa yang dialaminya sebagai sejarah kehidupan. Dan
dengan itu ia tidak hanya mengubah hidup sendiri, tapi juga hidup orang lain. Dalam
buku ini, lima penulis mumpuni akan membagi cerita mengenai perjalanan karier
mereka. Lima latar belakang berbeda, lima energi kreatif berbeda. Lima penulis yaitu
Alanda Kariza, Farida Susanty, Clara Ng, Vabyo, dan Dewi Lestari yang berbagi
cerita mengenai perjalanan karir mereka. Buku ini enak dibaca, banyak grafis
warna warni yang memikat mata, membacanya seperti kita sedang membaca majalah.
Apalagi penyajian Quotes-quotesnya yang full kreatif. Mungkin ini sedang jadi
tren di buku genre memoar, menampilkan kreasi grafis untuk menarik minat baca
dan agar kita yang membaca menjadi tidak bosan.
Energi 5 kreatif
Kita simak dulu kutipan-kutipan
dari buku ini yang dituturkan oleh para penulis.
“Kalau semua diambil
dariku—misalnya, saat berkeluarga, akhirnya aku tidak berorganisasi lagi—kurasa
nggak apa-apa. Tapi kalau sampai nggak boleh menulis…aduh, nggak kebayang
banget.”
__Alanda Kariza__
“Mungkin karena ketika kamu
menulis sesuatu begitu lama, kamu seperti berteman dengan karakternya, kemudian
karakter ini harus dikenal juga oleh khalayak. Mungkin ini yang aku
perjuangkan.”
__Farida__
“Aku takut melempar sesuatu ke
tengah masyarakat. Dari ketakutan itu, aku sempat berpikiran untuk tidak jadi
memasukkan bukuku ke toko buku. Aku ingin menyimpan semua bukuku sendiri.”
__Clara Ng__
“Kadang-kadang cara aku nulis
itu beda banget. Misalnya nih, aku cerita soal hari ini aku makan bakso, tapi
yang cerita di situ adalah teh botol yang melihat laki-laki rakus sedang makan
bakso.”
__Vabyo__
“Temanku ada yang diumur dua
puluh enam punya target harus pergi ke Kilimanjaro. Kalau aku punya target
diumur dua puluh lima ingin menerbitkan buku.”
__Dewi Lestari__
Kesemuanya memiliki kekhasan,
lintas generasi, lintas genre dan tentunya tiap penulis memiliki keyakinan
karir dari aktivitas kepenulisannya.
Menulis adalah bekerja untuk
keabadian – Umar Kayam”
Dengan menulis seseorang akan
meningkat kualitas hidupnya. Dengan menulis seseorang juga bisa mengekspresikan
dirinya dan mengeluarkan aspirasinya lewat tulisan. Menjadi seorang penulis
adalah impian kebanyakan orang dan bisa dijadikan sebuah profesi. Dengan
menulis seseorang belajar untuk mengekspresikan dirinya, logika berpikirnya,
dan dengan upayanya itu, ia bisa mengubah hidup orang lain. Menjadi seorang
penulispun tidak begitu sulit, asalkan disiplin dan mempunyai niat yang kuat.
Jika kita membaca karya Alanda
Kariza, kita dapat mengetahui karakter yang bersangkutan dari tulisannya. Di
tiap bukunya, Alanda selalu secara gamblang menyampaikan apa yang menjadi isi
hati dan pikirannya. Ini berarti sesuai dengan ungkapan bahwa apa yang kamu
tulis adalah cerminan dari isi pikiran dan isi hati kamu sendiri. Awal kecintaannya
dengan dunia tulis menulis adalah ketika ia menyenangi jurnalistik dalam
pelajaran Bahasa Indonesia di sekolah. Ia mengikuti klub jurnalistik di sekolah
untuk mewujudkan kecintaannya dalam dunia tulis menulis. Tips dari Alanda,
ketika menulis kita harus banyak tanya. Artinya kita harus mencari tahu, baik
ke senior ataupun ke teman-teman yang memiliki kecenderungan bacaan. Tips kedua adalah dengan banyak baca. Dengan
banyak membaca, diharapkan mampu menilai tulisan yang baik dan yang kurang
baik.
Untuk tips yang kedua versi
Alanda Kariza, juga di amini oleh Clara NG, bahwa jika ingin menjadi penulis
harus banyak-banyak membaca. Kalau seseorang banyak membaca, secara alamiah
akan terdorong untuk menulis. Proses mendengar, berbicara, membaca, dan menulis
itu berurutan seperti bayi belajar berbahasa. Bahkan menurut Clara NG, untuk
menjadi seorang penulis, menurut Dia tidak ada patokan umur lho. Yang penting
jangan memaksakan diri ketika belum matang menjadi seorang penulis. Selain itu,
jangan pernah biarkan mood menganggu proses menulis kita. Terus lah menulis
dengan berpegangan dan berkomitmen pada motif kita untuk menulis.Jangan
khawatir jika kita butuh waktu lebih panjang untuk menjadi penulis. Biarkan
diri kita dan ide itu sendiri mencapai tingkat ‘kematangan’nya. Temukan motif
kenapa kamu mau menulis, itulah yang ditekannya Clara Ng. Tegaskan apa tujuan
kam menulis. Menulis adalah aktivitas yang memerlukan kerja keras.
Menurut Dewi Lestari. Penulis
yang populer lewat SUPERNOVA dan akrab disapa Dee ini menuturkan beberapa tips
untuk menjadi penulis yang berangkat dari pengalamannya selama ini. Yang
pertama adalah berani gagal. Terus saja menulis jika tulisan kita di tolak atau
di bilang jelek, anggap saja sebagai masukan agar tulisan kita semakin baik.
Yang kedua berani berhasil. Seorang penulis harus bisa menangani dirinya,
karyanya dan tau harus melangkah kemana. Dia harus mampu menggambarkan road map
karyanya jika menemukan keberhasilan nantinya. Tips ketiga dari Dee yaitu
menjadi pengamat yang baik. Kita harus jeli melihat segala sesuatu, mulai dari
diri sendiri, orang sekitar, maupun lingkungan. Sebab semua itu bisa menjadi
sumber tulisan. Tips yang terakhir dari Dee adalah jujur dengan diri sendiri.
Seorang penulis harus menentukan bukunya sendiri, meskipun suka dengan
karya-karya penulis terkenal tanpa terpengaruh dengan karyanya. Bahkan menurut
Dee, penentu seorang menjadi seorang penulis itu bukan semata-mata karena
bakat, melainkan kerja keras. Terkadang atau sering seseorang yang ingin memulai
menulis, atau bahkan sudah menjadi penulis yang tenar, kewalahan melawan
writer’s block. Menurut Dee, lawan Writer’s Block dengan mandi! Otak dan badan
kita sepertinya butuh penyegaran, bukan segudang hal ‘menyilaukan’ diluar
proses penulisan sana.
Lain halnya menurut Farida
Susanty, bahwa semua orang itu bisa nulis. Mengawali karir menulis di usi muda
dan menerbitkan buku yang berbeda dari yang lain. Yang penting punya niat untuk
mengembangkannya pasti akan ketemu mau seperti apa. Dan lagi seperti Dewi
Lestari, bahwa penulis harus jujur dengan diri sendiri, itu salah satu kunci
dimana seorang penulis mempunyai karakter. Tapi kalau menurut Vabyo, yang punya
nama asli Valiant Budi Yoga menjadi serang penulis itu harus tahan kritik dan
jangan goyah hanya karena kritik. Karena penulis best seller pun juga masih
kena kritik, agar karnyanya terhaga dengan baik. Selain itu penulis harus bisa
menjaga ide dengan baik. Jangan takut untuk mendobrak ide, menelurkan ide yang
baru karena siapa tau ide itu akan menjadi trend berikutnya, begitu pengakuan
dari Vabyo.
Buku My Life as Writer ini
sangat menarik bagi yang ingin tahu cerita penulis yang saat ini sedang populer
di Indonesia. Rasa penasaran akan latar
belakang, pemikiran para penulis yang dapat mendorong kita untuk mencerna buku
ini dengan lahap. Ternyata tidak seperti yang dibayangkan pada banyak orang,
bahwa penulis mesti sosok yang "cerdas" melebihi orang rata-rata
dengan kacamata minus tebal, harus lebih fasih dalam merangkai kata daripada
orang kebanyakan, dan kalau belum menuliskan buku sarat kata-kata yang sukar
dicerna maka belum dianggap penulis hebat. Di buku ini kesan seperti itu tidak
nampak, sosok para penulis yang diangkat itu orangnya asyik, masih muda dan
terus belajar buat berbagi makna kehidupan lewat tulisan. Mereka disini berbagi
banyak hal dalam dunia penulisan, mulai dari awal mereka terjun menjadi penulis
hingga tips-tips menarik yang fresh from the oven. So, kamu juga pasti bisa.
0 komentar:
Posting Komentar