Judul buku: Supernova
Partikel
Penulis: Dewi Lestari
Penerbit: Bentang
Jumlah halaman: 493
Akhirnya saya
bisa posting juga resume ini yang udah ditagih-tagih sama oknum tertentu. Buku
Supernova karya Dewi Lestari ini merupakan buku sekian-logi yang saya pinjam
dari Pu dalam rangka menjadi orang yang tetepa gaul dan up to date (halah).
Buku Supernova Partikel ini adalah buku keempat, yang udah didahului sama
Supernova Ksatria, Putri dan Bintang Jatuh, Supernova Akar dan Supernova Petir.
Setiap seri supernova menceritakan tentang satu tokoh khusus dengan keunikannya
masing-masing. Dalam buku Supernova Partikel ini, tokoh utama bernama Zarah.
Sekian intronya, sekarang saya mulai dengan isinya.
Zarah Amala
adalah anak perempuan yang lahir dari pasangan Firas dan Ibu. Zarah memiliki
adik yang bernama Hara dan calon adik yang meninggal sesaat setelah dilahirkan
karena kelainan langka dan belum sempat dinamai. Firas merupakan anak angkat
dari Abah dan Nenek. Sedangkan Ibu adalah anak kandung satu-satunya dari Abah
dan Nenek. Abah dan Nenek merupakan tokoh masyarakat dan juga tokoh agama yang
terkenal di sebuah desa kecil di Bogor, Desa Batu Luhur. Abah sering mengisi
acara-acara keagamaan dan jadi tempat konsultasi permasalahan warga desa
tersebut. Firas pun tumbuh menjadi tangan kanan Abah dalam mengurus desa, pun
dirinya diberi karunia berupa kecerdasan dalam berbagai hal, terutama tentang
alam. Firas akhirnya menjadi dosen di salah satu institusi bergengsi di Bogor, menjadi
ahli di bidang Mikologi, menjadi pembina usaha pertanian dan perkebunan warga
desa, dan menjadi suami Ibu.
Ketika Zarah
lahir, hubungan keluarga Abah-Nenek dengan Firas-Ibu masih harmonis, belum ada
ketidak-cocokan atau konflik yang nyinetron. Permasalahan mulai muncul akibat
Firas yang berani pergi ke tempat yang sangat dianggap angker dan tidak boleh
didatangi oleh warga Desa Batu Luhur. Tempat itu disebut Bukit Jambul. Warga
sekitar percaya bahwa siapapun yang pergi ke Bukit jambul, maka tidak akan
kembali lagi, sama sekali. Namun Firas, yang sangat tertarik dengan alam dan
tidak mempercayai hal klenik ataupun mistis, tetap pergi ke Bukit Jambul
diam-diam. Kunatitas Firas ke Bukit Jambul pun semakin meningkat, sehingga
warga akhirnya tau kebiasaan Firas mengunjungi Bukit Jambul.
Semenjak mulai
berkunjung ke Bukit Jambul, perilaku Firas mulai berubah. Sampai ketika sudah
waktunya Zarah masuk sekolah, Firas tidak mengizinkan. Dia ingin mengajar
sendiri Zarah berbagai ilmu yang diajarkan di sekolah. Hal inilah yang membuat
hubungan antara Abah-Nenek-Ibu dan Firas merenggang. Firas pun udah nggak
sholat dan ikutan berbagai acara keagamaan lagi, dan ini jelas membuat
Abah-Nenek jadi tambah bete. Alhasil terjadilah pertikaian dan pembantaian, eh
enggak ding, maaf salah fokus.
Terlepas dari konflik
sinetron di keluaganya, Firas tetap mengajar Zarah dan meneliti serta
berkunjung rutin ke Bukit Jambul. Firas menjadikan Bukit Jambul sebagai salah
satu laboratoriumnya yang paling berharga. Zarah pun tetap belajar dengan
ayahnya. Karena sistem pengajaran Firas yang bebas dan berbasis kepada alam,
maka Zarah sangat menikmati setiap waktu yang dihabiskan dengan ayahnya. Nggak
heran kalo akhirnya Zarah menganggap semua yang disampaikan ayahnya benar, dan
yang disampaikan orang lain meragukan. Untuk anak seumuran Zarah secara umum,
maka pengetahuan Zarah udah jauh malampaui anak-anak normal. Firas mengajarkan
Zarah biologi, fisika, kimia, matematika, bahasa inggris dan bahasa Indonesia.
tapi tentu aja Firas nggak ngajarin Zarah tentang kewarganegaraan dan Agama
Islam. Firas yang tergila-gila dengan alam, tertutup logikanya sendiri terkait
alam. Bahwa alam semesta dan manusia serta makhluk hidup lainnya terdiri dari
partikel kecil yang sama yang jika bisa saling selaras, maka bukan tidak
mungkin bisa saling menyatu. Hal ini pula lah yang diajarkan dan ditanamkan
Firas kepada Zarah. Dan hal ini pula lah yang menyebabkan Abah dan Nenek marah
setengah idup sampai-sampai Abah tidak menganggap Firas sebagai anak lagi.
Masalah mulai
muncul lebih besar lagi saat suatu hari Firas pergi dan tak kembali (macam
judul lagu bae). Semua warga Desa Batu Luhur, keluarga dekat dan polisi sudah
dikerahkan, namun Firas tidak juga ditemukan. Zarah pun sedih bukan main,
sedangkan sang Ibu, Abah dan Nenek merasa lega bercampur sedih. Firas hanya
meninggalkan 5 buah buku jurnal catatan penelitiannya untuk Zarah. Setelah
hilangnya Firas, Abah, Nenek dan Ibu pun akhirnya memasukkan Zarah ke SMA umum,
dan setelah ikut tes, ternyata Zarah diterima dengan mudah.
Selama di SMA,
Zarah tidak nyaman karena ia sering beradu argumen dengan hal-hal yang
diajarkan gurunya namun tidak sesuai dengan apa-apa yang telah diajarkan
ayahnya. Dia juga sama sekali tidak paham dengan konsep agama, sehingga sering
mengejutkan guru agama hingga menyebabkan wali Zarah dipanggil sekolah.
Satu-satunya hal menyenangkan dari SMA bagi Zarah adalah ketika ada seorang
murid baru bernama Koso, gadis tinggi hitam besar asal Afrika yang ikut ayahnya
yang bisnis di Indonesia.
Koso kebetulan
mengidap disleksia, sehingga ini menjadi proyek pribadi Zarah (yang bosan
dengan SMA) untuk membantu Koso agar tidak tinggal kelas. Proyek membantu Koso
belajar ini sedikit banyak sangat melatih kreatifitas Zarah dalam mengenal
kesulitan dan kelebihan Koso, menentukan media belajar apa yang terbaik bagi
Koso, bersabar dalam mengajar Koso. Zarah pun diuntungkan karena Koso
melatihnya berbicara Bahasa Inggris. Hubungan simbiosis mutualisme itu pun
mempererat hubungan mereka, sampai-sampai keduanya sangat sedih ketika Koso
harus ke London karena bisnis ayahnya di Indonesia sudah selesai.
Mulailah
kehampaan hidup Zarah lagi, setelah Koso pergi. Zarah pun mulai mengalihkan
kebosanannya dengan ikut kursus Bahasa Inggris untuk memperlancar kemampuannya.
Karena kepandaiannya, ia cepat selesai dan diterima kerja di lembaga belajar
tersebut meskipun belum punya pengalaman kerja. Akibat pengalamannya mengajar
Koso, Zarah menciptakan metode belajar menyenangkan untuk anak-anak. Namun,
ketegangan antara Zarah dengan Abah-Nenek-Ibu pun semakin berasa, apalagi Zarah
tidak sholat, padahal sudah dewasa. Abahnya pun udah nggak menganggap Zarah
cucunya, saking marahnya karena Zarah nggak jauh beda dengan Firas yang nggak
cinta Tuhan. Akhirnya Zarahpun pergi dari rumah dan tinggal di pendopo di
wilayah dekat Bukit Jambul di Desa Batu Luhur (ini agak sinetron sedikit).
Suatu hari, tepat
di hari ulang tahunnya yang ke-17, Zarah mendapatkan kiriman kamera Nikon buatan
lama yang sangat bagus, namun tanpa identitas pengirim sama sekali. Zarah kaget
karena satu-satunya orang yang pernah menjanjikannya kamera adalah ayahnya.
Dari situlah muncul semangat Zarah akan ayahnya yang masih hidup, dan
keinginannya untuk mencari ayahnya bagaimanapun caranya. Zarahpun mulai
menggeluti hobi barunya, yaitu mengambil gambar dengan kameranya. Ia pun mulai
seperti Firas yang sering datang ke Bukit Jambul. Berbagai gambar dia ambil,
dan akhirnya dia belajar mencuci foto dari seorang kenalan yang secara
diam-diam mengirimkan foto hasil jepretan Zarah ke sebuah kompetisi fotografi
di sebuah majalah. Foto Zarahpun menang, dan Zarah memenangkan hadiah melakukan
perjalanan gratis ke hutan di Kalimantan.
Setibanya di
Kalimantan, Zarah tidak mau kembali ke Bogor, karena ia jatuh cinta dengan alam
hutan di sana dan juga dengan seekor orang utan kecil yang nggak mau lepas dari
Zarah ke manapun Zarah pergi. Akhirnya Zarah tinggal di Kalimantan, mengasuh
orang utan dengan tetap mengambil gambar. Pemimpin lembaga pelestarian orang
utan, seorang wanita tua bernama Bu Inga, melihat kemampuan pengambilan foto
Zarah yang luar biasa, akhirnya meminta Zarah ikut terbang ke London untuk
bergabung dengan kelompok fotografi bebas yang bernama the A-team dan diketuai
oleh seorang pria bernama Paul.
Di London, Zarah
bertemu dengan sahabat lamanya, Koso, yang ternyata sedang tenar-tenarnya
menjadi pemenang sebuah reality show sebagai penari. Selain bertemu Koso, Zarah
pun bertemu lelaki yang membuatnya jatuh cinta pertama kali seumur hidupnya,
Storm Bardley. Namun ironisnya (dan cukup nyinetron), akhirnya Zarah dikhianati
oleh sahabatnya sendiri, karena Storm dan Koso malah memadu kasih bersama
(halah). Akhirnya patah hati, Zarah berhenti lelap dalam bunga-bunga cinta, dan
juga berhenti dari padatnya jadwal pengambilan gambar di berbagai negara di
seluruh dunia, untuk menyelesaikan tujuan utamanya, yaitu mencari ayahnya
dengan satu-satunya petunjuk, kamera Nikonnya.
Teman di teh
A-team yang juga pemimpin tim itu, Paul, ternyata diam-diam membantu Zarah
melacak informasi mengenai kamera antik Zarah, yang ternyata hanya diproduksi
sedikit saja di seluruh dunia. Pencariannya pun membuahkan hasil sebuah alamat
di Gastonburry, Inggris, sebuah desa yang juga pusat per-UFO-an, corp circle,
dan hal-hal aneh sejenisnya di Inggris. Ternyata kamera Zarah dikirim oleh seorang
Indonesia kaya-raya bernama Bapak Hardiman. Bapak hardiman ini sempat
berkorespondensi dengan Firas karena beliau mengalami hal aneh yang juga mirip
dengan hal yang dituliskan Firas di jurnal penelitiannya mengenai dunia dimensi
lain dan makhluk sejenis alien yang memantau manusia di dimensi 3 ini. Akhirnya
Zarah bertemu dan meminta bantuan Pak Hardiman dan seorang Shaman untuk
membantu Zarah memasuki alam bawah sadarnya menggunakan tanaman enteogen Eboga.
Eboga ini membantu tubuh manusia memasuki alam bawah sadar sehingga manusia
bisa bertemu dengan roh orang yang sudah meninggal. Ternyata Zarah tidak
bertemu Firas, yang berarti ayahnya masih hidup. namun Zarah bertemu Abahnya,
yang ternyata sangat sayang Zarah. Zarahpun langsung hubungi Hara di Indonesia
dan benarlah, sang Abah meninggal beberapa jam yang lalu. Zarahpun langsung
balik ke Indonesia dengan kepastian bahwa ayahnya masih hidup. Dan cerita pun
menggantung hingga di sini. Sekian, maaf, dan terima kasih.
0 komentar:
Posting Komentar