Judul Buku : Membaca
Pikiran Orang Seperti Membaca Buku
Penulis : Gerald
I. Nierenberg dan Hendry H. Calero
Penerbit : Think
Yogyakarta
Cetakan : XXXII
Tahun : 2012
Tebal : 214
hal
Akhir-akhir ini saya mulai tertarik membaca buku dengan
aroma berbau “psikologi”. Buku ini sangat disarankan bagi orang yang bergelut
di bidang yang selalu berinteraksi dengan manusia. Buku ini menjelaskan kepada
kita bahwa setiap tindakan yang dilakukan oleh orang lain kita harus mengolah
tindakan tersebut yang diperoleh dari informasi-informasi yang diterima. Dari
pada penasaran, yuk langsung kita bahas buku ini.
Buku ini terdiri dari
8 bab dan 8 bab tersebut yaitu
Bab 1 Cara memperoleh
keahlian membaca bahasa tubuh
Bab 2 Bahan untuk
membaca bahasa tubuh
Bab 3 Keterbukaan, pertahanan
diri, evaluasi, dan kecurigaan
Bab 4 Kesiapan,
penetraman hati kembali, kerjasama, dan frustasi
Bab 5 Rasa percaya
diri, rasa gugup, dan pengendalian diri
Bab 6 Bahasa tubuh
yang mengisyaratkan kebosanan, penerimaan, perkenalan, dan pengharapan
Bab 7
Hubungan-hubungan Manusia dan keadaan sekitar
Bab 8 pemahaman
lingkungan
Buku yang sangat menarik untuk dibahas dan sangat panjang
apabila akan dibahas semua. Di awal buku ini, penulis coba mengajak kepada
pembacanya untuk menilai seseorang dari tingkah laku dia. penulis yang
melakukan bebarapa penelitian mencoba mencari jalan pemikiran para responden. Hasilnya
tidak sedikit yang menggunakan empati dari lubuk hati yang hanya akan ada
asumsi-asumsi bawah sadar saja yang bisa dijadikan penilaian terhadap orang
lain.
Ada beberapa ilmu yang disampaikan penulis lewat bukunya
ini. Yang pertama, penulis mengajak para pembacanya untuk tidak langsung
menilai seseorang dari tingkah laku yang dilakukan seseorang. Contohnya ada
seorang hakim yang menyeringai dan mengedipkan mata kepada pengacara yang
berhadapan dengannya. Hal ini menyebabkan timbulnya rasa gelisah, sikap
kewaspadaan dan rasa gugup. Padahal yang sebenarnya terjadi adalah kedipan mata
tersebut diakibatkan oleh sakit stroke yang diterima oleh sang hakim. Kedua,
kenali bahasa tubuh tersebut berdasarkan lingkungan, kebiasaan dan adat
istiadat dari orang tersebut. Contohnya, bagi orang eropa, duduk secara figure-four merupakan posisi duduk yang
tidak sopan. Akan tetapi, bagi orang Amerika, posisi tersebut sudah merupakan
posisi yang sopan dan biasa dilakukan orang amerika dalam menghormati tamu.
Ketiga, amati pikiran seseorang dari ekspresi wajah yang ditampilkannya.
Ekspresi wajah merupakan ekspresi yang semua orang dapat menilainya dengan
mudah walaupun berbeda bangsa. Contohnya ekspresi senyum yang ditunjukkan oleh
seseorang. Ada banyak sekali macam dari senyum dan salah satunya adalah senyum oblong, senyum kepura-puraan dalam
menyukai sebuah lelucon atau kata-kata spontan. Keempat, kenali cara dia berjalan,
duduk dan berjabat tangan. Bagaimana seseorang berjalan dengan cara sombong,
berjalan dengan sikap yang menyesal, dan berjalan dengan rasa ketakutan. bagaimana kita bisa mengamati posisi duduk
seseorang menunjukkan sikap waspada dan mempertahankan diri, posisi tertarik
dan posisi kebosanan. Dan bagaimana posisi seseorang ketika dia berjabat
tangan, yang mana apakah jabat tangan tersebut memiliki aroma “politik” dan ada
maunya atau jabat tangan yang dilakukan untuk menunjukkan sikap setia dan keterbukaan.
Kelima adalah amati posisi tubuhnya. Bagaimana tubuh seseorang menunjukkan
sikap mempertahankan diri, rasa percaya diri, rasa gugup atau pengendalian
diri.
Sebenarnya masih banyak yang ingin coba saya sampaikan
disini. Disini saya coba sampaikan bagian-bagian awal dari buku ini yang
digunakan sebagai dasar dalam menilai seseorang dari sikap tubuhnya. Ilmu
menilai sikap tubuh seseorang sangat penting dimiliki. Bukan bermaksud untuk
menjudge sikap negative dari sikap seseorang, akan tetapi bagaimana reaksi kita
dalam mendapati sikap orang tersebut. Misalnya saja ketika kita melakukan
presentasi, ketika pendengar kita sedang mencoret-coret buku, mengetuk meja dan
kaki, dan bertopang dagu dan sikap itu adalah beberapa sikap yang menunjukkan
sikap kebosanan. Nah, dari situ bagaimana reaksi kita untuk mengolah hal
tersebut untuk menghilangkan rasa kebosanan dari para pendengar dan menjadikan
presentasi yang kita sampaikan bisa dinikmati oleh para pendengar.
“Pengetahuan diperoleh dengan membaca buku-buku, tetap yang
lebih penting dipelajari ialah pengetahuan dunia, yang hanya diperoleh dengan
mempelajari manusia dan segala sesuatu tentang mereka.”
-Lord chesterfield, “Letters to His Son”
Terima Kasih
Yogyakarta, 26 Juni 2015
0 komentar:
Posting Komentar