Judul
: Terima Kasih Ayah
Penulis
: Irfan @irf_Journey
Penerbit
: PT Wahyu Qolbu
Tebal
: 252 halaman
Resumed by : Ayu
Afsari
Terima Kasih Ayah
Buku
yang terdiri dari 252 halaman ini berisi kumpulan kisah nyata tentang cinta
kasih yang tulus dari seorang ayah. Jika selama ini yang selalu ‘dijunjung
tinggi’, ‘disanjung lebih’ adalah tentang kasih sayang seorang ibu – sebagaimana
memang Nabi Saw memerintahkan kita untuk mencintai ibu tiga kali lebih dulu
dibandingkan dengan sosok ayah – maka buku ini memberikan warna yang berbeda.
Seolah ingin mengingatkan para pembaca, bahwa dalam kesuksesan kita tumbuh dan
berkembang cantik dan ganteng hingga seperti sekarang ini, ada peran ayah di
sana, walau jarang diangkat media.
Buku
ini diberikan oleh seorang teman seper-gila-an di hari ulang tahun saya
beberapa waktu yang lalu. Katanya ketika melihat buku ini, ia langsung teringat
saya; tidak tahu mengapa, karena cinta kah..?? (*halaaaahhh, pasti bukan); mungkin
karena salah satu akun sosmed yang
saya punya sering mengangkat tema ayah, dan dia juga tahu betapa saya
mengidolakan spiderman, (*gak ada hubungannya). Maksud saya mengidolakan ayah
yang tidak pernah marah. Bukan berarti saya tidak mengidolakan ibu, bahkan tiga
kali lebih. Namun hidup adalah pilihan, dan saya harus memilih antara ayah dan
ibu, dan saya memutuskan memilih ayah. *Eiiitz, jangan salah paham dulu, ayah
dan ibu saya baik-baik saja lho ya,, memilih maksud saya disini adalah memilih
tema untuk ‘lebih diangkat’ di status-status ‘lebai’ saya di akun sosmed yang saya maksud di atas.
Oke,
kembali ke buku. Buku ini berisi kumpulan kisah nyata tentang sosok seorang
ayah yang ditulis oleh beberapa orang anak tentang ayah mereka masing-masing.
Kebanyakan, atau menurut saya semuanya adalah kisah dan cerita dari anak-anak
perempuan (disimpulkan dari nama-nama mereka). Sebelum masuk ke kumpulan kisah,
kita akan disuguhi berbagai paparan tentang cinta dan kasih sayang orang tua, tentang
perjuangan mereka sejak awal perkenalan, kemudian menikah, kemudian, kemudian, dan kemudian. Ada quote
menarik dari salah satu cerita seorang anak tentang kisah perjalanan cinta
ayahnya dalam menemukan ibunya, begini kata sang ayah berkisah pada anaknya
itu, “Cinta bisa menyusul, yang penting dimiliki dahulu.” *Bolehlah dijadikan
rumus^^
Untuk
bab-bab awal, belum melulu tentang ayah, masih tetang orang tua secara umum,
yaitu ibu dan ayah. Di bab-bab awal ini, kita seolah diajak lebih dulu untuk
merenungi betapa besar cinta kasih dan sayang orang tua kepada anak-anaknya,
tak pernah berkurang melainkan terus bertambah, tak pernah membedakan malainkan
selalu sama rata, pun mengingatkan untuk merenungi kembali perintah ALLAH dan
Rasul-Nya untuk berbakti kepada ibu dan ayah kita. Mengingatkan bahwa kebaikan
yang paling dicintai ALLAH setelah sholat di awal waktu adalah berbakti pada
orang tua.
Bahasa
yang digunakan masih sederhana, jelas, dan lugas, belum sampai nyastra tingkat
dewa yang kadang agak sulit difahami untuk para pembaca pemula, apalagi pembaca
yang buta sastra seperti saya. Karena ini kumpulan tulisan dari diari-diari
anak-anak perempuan, jadi, memang ungkapan-ungkapan dan kalimatnya masih sangat
sederhana, sehingga bagi saya pribadi kurang dapat feel-nya.
Di
halaman-halaman akhir disajikan bingkai kenangan, yaitu foto-foto 89 anak
bersama ayah mereka masing-masing, ada juga foto dengan keluarga. Dan di
halaman paling akhir di tutup dengan sebuah lirik lagu berjudul “Ayah” dari
seorang penyanyi legendaris negeri ini, yaitu om Rinto Harahap.
0 komentar:
Posting Komentar