Pasti
akan menemukan sepenggal kalimat pada back cover buku penulis legendaris ini. Budi
Darma meminjam suara Tiwar untuk memunculkan sebuah ruang baru. Menjungkar-balikkan
ruang.
Rafilus
mati dua kali, kemarin mati. Sekarang mati lagi. Manusia besi yang berbalut daging.
Benar-benar menemui masanya.
Budi
Darma pandai bermain dengan diksi dengan gaya surealisme. Tiwar adalah tokoh
yang menciptakan bayangan Rafilus. Melalui cerita opas pos tua yang sering mengirimkan
sepucuk surat Pawestri.
Usianya
65 tahun, Munandir namanya. Sering bercerita tentang sosok Rafilus. Baik
menemuinya saat mengirim surat dari redaksi. Pun hanya sekedar lewat rumahnya.
Tak ayal, tanda tangan Rafilus selalu membuat kertas sobek.
Melalui
surat Pawestri, gadis yang dicintainya. Ternyata mencari sosok Rafilus.
Pawestri yang sehari-harinya dalam tekanan orangtuanya. Tersiksa oleh sikap
bejat ayahnya. Pun ibunya hanya ikut-ikutan saja. Pawestri merajuk ingin
bertemu dengan Rafilus.
Pada
suatu hari, Tiwar menghadiri acara hajatan salah satu hartawan di Surabaya.
Jumarup, namanya. Memiliki banyak pabrik kaos oblong. Mengundang hampir semua
masyarakat. Dikenal atau tidak. Termasuk Rafilus turut hadir.
Tiwar
melihat sosok Rafilus yang berdiri di dekat patung, rumah Jumarup yang megah. Tapi,
tak ada tuan rumah. Ada beberapa orang kesal, karena tamunya diundang lantas
dibiarkan. Hanya kamera CCTV, yang seolah mengintai kelakuan tamunya.
Lantas
lelaki yang kesal melempar gelas yang disuguhkan pelayan. Gelas terlempar tanpa
arah, mengenai kepala Rafilus. Hingga terdengar suara kelontang.
Tiwar,
semakin yakin. Rafilus benar-benar manusia besi.
Opas
Pos yang sudah uzur, sering bercerita pengalaman semasa menjadi kurir. Dia
bertemu dengan seorang keturunan Belanda yang belum pindah ke asalnya, sejak kedatangannya
ke nusantara. Bukan orang yang berkulit putih, lelaki yang sering sendiri ini berkulit
gelap, rambut yang keriting mengembang.
Van
Der Klooning namanya, barangkali dia ayah Rafilus. Mampu memusnahkan nyawa
orang dengan satu kali hantaman.
Rafilus
tinggal terletak sekitar Jalan Margorejo. Sebelum menuju kediaman Rafilus, terdapat
jalan yang menghubungkan ke kota Malang dan Jember. Perlintasan kereta api pun
terletak di sana. Jangankan becak, sepeda roda dua enggan sekedar melewati. Lampu
peringatan yang jarang berfungsi. Kereta sudah sering melahap kendaraan.
Suatu
ketika Tiwar berhasil mempertemukan Pawestri dengan Rafilus. Mereka berkumpul
dalam satu mobil yang dikemudikan oleh Rafilus. Tak tahu siapa pemilik mobil
itu. Jok mobil sudah usang dan jebol.
Mereka
melintas di rel Kereta api yang menanjak. Mobil macet. Sudah banyak orang
berusaha mendorong bokong mobil. Namun, tak mampu maju pun tak bisa mundur.
Suara
kereta sudah meraung pada rel. Pawestri dan Tiwar menyelamatkan diri. Mobilnya
terseret 300 meter. Rafilus ikut tergilas. Badannya utuh. Hanya kepalanya yang
menggelinding.
Tak
ada yang kenal dengan sosok Rafilus. Tidak ada identitas. Hingga warga
menyarankan memakamkan pada kuburan yang murah.
Tetapi
muncul sosok tak dikenal, mengurus pemakamannya. Akhirnya Rafilus dibawa ke
rumah sakit. Menjalani ritual akhirnya. Akan dimakamkan di pemakaman orang
kaya.
Di
hari yang sama Jumarup meninggal. Banyak pelayat yang hadir. Ratusan anak yatim
yang pernah disantuni oleh Jumarup turut menyemut. Menyulitkan ambulans yang
membawa Rafilus untuk bergerak.
Ambulan
yang mengangkut mayat, menjadi macet tepat di rel kereta. Kereta kembali
melintas. Semua isi ambulans keluar kecuali Rafilus.
Rafilus
mati untuk kedua kalinya. Hancur remuk ambulans sementara Rafilus tetap. Hanya
kepalanya yang menggelinding. Seolah tak ingin menyatu dengan jasadnya.
~*~
Beberapa
catatan Budi Darma, salah satunya mengenai kaum musyrik terhadap hari
kebangkitan. Buku ini pertama kali diterbitkan dengan judul yang sama oleh
Penerbit Balai Pustaka pada 1988. Kemudian Penerbit Jalasutra, Mei 2008.
Terakhir Noura Book Publishing pada Mei 2017.
Bahasanya
sederhana, alurnya runtut. Tetapi saya menemukan banyak kebingungan. Novel ini
nyaris tanpa dialog.
“Ketidaktahuan
adalah siksaan, dan siksaan adalah obsesi. Setiap obsesi mengalami masa
inkubasi yaitu saat meledak.” Budi Darma, Juli 1985.
Situbondo,
19 Juli 2017
Judul : RAFILUS
No. ISBN: 9786023852291
Penulis : Budi Darma
Penerbit: Noura Book Publising
Tanggal terbit: Mei - 2017
Jumlah Halaman: 388
Peresume : Baiq Cynthia
0 komentar:
Posting Komentar