Ahmad
Mansur Surynegara menceritakan bahwa Islam mempunyai peran yang sangat penting
dalam sejarah bangsa Indonesia. Pengarang ingin mencoba menjelaskan
tentang pengaruh Islam dan ulama dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia. Namun,
akan terlalu berlebihan jika menuding buku ini hanya menonjolkan peran satu
golongan. Sebab, buku ini mengajak kita untuk bersedia mengoreksi dan
meletakkan fakta-fakta yang belum terungkap secara proporsional.
Secara
garis besar buku ini dibagi dalam beberapa sub pembahasan berdasarkan
pembabakan waktu sejarah. Pembahasan tersebut di kelompokkan dalam 4 bab, yaitu
:
Bab
Pertama (Pengaruh Kebangkitan Islam di Indonesia)
· Penamaan
berbagai tempat dan selat dengan bahasa Arab, karena sudah sejak lama Islam
telah banyak melahirkan cendikiawan muslim jauh sebelum Barat tampil sebagai
imperialis.
· Persinggungan
yang kuat dengan Islam, maka sampai muncullah kekuatan politik Islam seperti:
Leran Gresik, Samodra Pasai, Aceh, Demak, Mataram, Cirebon, Banten, Jayakarta,
Sumedang, Pontianak, Ternate, Tidore, Ambon, Malaka, Brunei, dll
Bab
Kedua (Masuk dan Perkembangan Agama Islam di Nusantara Indonesia)
· Teori Gujarat dari Prof. Dr. C. Snouck
Hurgronje (Orientalis Belanda). Katanya tidak mungkin Islam masuk tanpa melalui
ajaran tasawuf di India, dan daerah yang pertama dimasuki adalah Kesultanan
Samodra Pasai pd abad ke-13. Dr. Snouck tak mampu membedakan kapan Islam masuk
dan kapan Islam berkembang, kemudian mahzab apa? Sungguh sangat lemah
pendapatnya ini.
· Teori Makkah menurut Prof. Dr. Buya Hamka
(Medan, 1963), didasarkan pada berita Cina Dinasti Tang, telah ada hunian
bangsa Arab Islam di pantai Barat Sumatera pada abad ke-7 Masehi.
· Teori Cina dari Prof. Dr. Slamet Muljana
(1968), mengatakan bahwa Sultan Demak adalah peranakan Cina, dan bahkan Wali
Songo juga merupakan peranakan Cina. Didasarkan pada Knonik Klenteng Sam Po
Kong yang menyebutkan Sultan Demak Penembahan Fatah dg Panembahan Jin Bun,
Sultan Trenggana dg Tung Ka Lo, Sunan Ampel dg Bong Swi Hoo, dan Sunan Gunung
Jati dg Toh A Bo.
· Teori Maritim menurut N.A Baloch sejarawan
Pakistan. Disebutkan bahwa Umat Islam telah memiliki navigator/mualim dan
wirausaha muslim yang dinamik dalam penguasaan maritim dan pasar. Karenanya
melalui aktivitas tersebut ajaran Islam mulai diperkenalkan di sepanjang laut
niaga di pantai-panti tempat persinggahannya pada masa abad ke 1 Hijriah/7
Masehi.
Bab Ketiga
(Peran Kekuasaan Politik Islam Melawan Imperialisme Barat)
· Wirausahawan muslim yang datang ke Indonesia tidak hanya sebatas
bertindak sebagai pelaku pasar semata, namun juga pengaruh pasar juga
mengakumulasi kebutuhan ekonominya dan dari pasar tumbuh kebutuhan lain, yakni
pendidikan generasi muda dan pesantren maka lahirlah komunitas baru di tengah
masyarakat Nusantara Indonesia yang antara lain: 1)Wirausahawan dari pasar dan
Bandar pelabuhan; 2)Ulama dari pesantren dan masjid serta pasar; 3)Santri dari
masyarakat, putra sultan dan putra wirausahawan; 4)Perkembangan berikutnya
komunitas ini, menuntut dibentuknya pemerintahan atau kekuasaaan politik Islam
atau Khilafah.
· Pada abad ke-9 Masehi telah terbentuk kekuasaan politik
Islam di Aceh. Abad ke-11 Masehi telah berdiri pula kekuasaan politik Islam di
Leran Gresik, Jawa Timur, yang dibangun oleh Fatimah Hibatoellah binti Maimoen
jauh sebelum Keradjaan Hindoe Madjapahit dibangun di Trowulan Mojokerto, Jawa
Timur 1294 Masehi.
· Perlawanan kekuasaan politik Islam terhadap Barat adalah
karena imperialisme mereka yang hendak menjadikan rakyat Indonesia sebagai
budak di tanah sendiri.
· Muncul berbagai perlawanan kekuasaan politik Islam
seperti Kesultanan Demak dan Kesultanan Aceh untuk merebut kembali Malaka, 1512
Masehi yang telah direbut oleh Imperialis Katolik Portoegis, Albuquerque 1511
Masehi. Kesultanan Cirebon oleh Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati 1527
Masehi, Kesultanan Banten/Mataram oleh Sultan Agung 1613-1645 Masehi, Sultan
Hasanuddin Makasar 1653-1669 Masehi, Pangeran Diponegoro 1825-1830 Masehi, Imam
Bonjol Sumatera Barat 1821-1837 Masehi, Si Singamangaradja XII 1872-1907
Masehi.
· Memasuki abad ke-20, 1900-1939 Masehi muncullah beberapa
-Isme yang timbul pada masa kebangkitan kesadaran nasional Indonesia yang
dipelopori oleh Nasionalisme Islam diikuti oleh –Isme kontranya: 1)ISLAMISME
(memelopori bangkitnya kesadaran nasionalisme Islam seperti Djamiatoel Choir,
Al-Irsjad, Sjarikat Dagang Islam, Sjarikat Islam, Persjarikatan Moehammadijah,
Persjarikatan Oelama, Matla’oel Anwar, Nahdlatoel Oelama, Nahdlatul Wathan,
Persatoean Moeslimin Indonesia dan Persatuan Islam; 2)Djawanisme,
Tradisionalisme, Kesoendenisme (Boedi Oetomo, Serikat Prijaji, Igama Djawa
Pasoendan, Seloso Kliwon-Taman Siswa; 3)Komunisme (Ide komunis internasional
yaitu Perserikatan Kommunist di India (PKI) diikuti ide komunis nasional;
4)Marhaenisme (Perserikatan Nasional Indonesia/PNI); dan 5)Kebangsaan Sekuler
(Partai Indonesia Radja/Parindra, Gerakan Rakjat Indonesia/Gerindo).
Bab
Keempat (Peran Ulama dalam Gerakan Kebangkitan Kesadaran Nasional)
Peran
Ulama dalam Gerakan Kebangkitan Kesadaran Nasional (1900-1942). Bab ini dimulai
dengan munculnya organisasi pertama yang memelopori perjuangan kemerdekaan,
yaitu Serikat Islam yang dipimpin Oemar Said Tjokroaminoto. Karena Belanda
terlalu khawatir, sehingga dibentuklah organisasi tandinganya Budi Utomo, Budi
Utomo ini organisasi yang eksklusif khusus buat Priyayi saja. Sehingga Budi
Utomo tidak lebih merakyat dibandingkan Serikat Islam. Selain Serikat Islam ada
juga Serikat Ulama, Muhamadiyah, NU dan lain-lain.
Judul Novel : Api
Sejarah Jilid I
Penulis : Prof. Ahmad Mansur SuryanegaraPenerbit : PT. Salamadani Pustaka Semesta, Bandung
Tahun Terbit : 2009
Bandung, 11 Juli 2017
Muhammad Insan Aulia
0 komentar:
Posting Komentar