Cinta, kata yang
membuat manusia jadi mabuk kepayang, bahkan sampai tak mengenali sosok diri.
Ikal adalah contoh pujangga yang dimabuk kepayang oleh cinta. Lain hal dengan detektif
M. Nur, dan Enong. Mereka pun sama mengenal dan mengetahui cinta, tapi
sepertinya tak sampai mabuk kepayang seperti Ikal atau mungkin mereka mengenal
dan mengetahui cinta dalam bentuk lain? Entahlah, hanya padang bulan yang bias
menjabarkannya.
Demi cinta. Ketika
mengenal dua kata tersebut seolah itu menjadi suatu hal yang urgent bak ombak yang menggulung pasir
pantai sehingga manusia yang berada di sekitarnya harus lari ketar ketir tuk
menghindari ombak yang terlihat ingin menerkam yang ada di pandangannya. Urgent, itulah dia. Mereka tidak
memikirkan apapun kecuali menyelamatkan dirinya sendiri. Begitupun Ikal, demi
cinta ia rela terasing dari rumahnya, demi cinta ia rela. Sebenarnya sih bukan
rela tapi terpaksa untuk memilih salah satu diantara dua pilihan. Dan ia
memilih cintanya kepada A Ling. Sillaturahmi sempat terputus dengan sang ayah
oleh karena demi cinta. Ibu Ikal dibuat kesal teramat pedas oleh karena sikap
Ikal yang mengabaikan masa depan yakni bekerja hanya karena demi cinta. Dan
banyak kali yang dikorbankan Ikal teruntuk demi cinta.
Cinta yang telah
terpupuk sedari tunas kepada A Ling membuat ia merasa cinta itu semakin kuat.
Bahkan bisa dibilang menggila karenanya. Cinta cinta kau itu sejenis apa sih?
Hingga membuat Ikal begitu jor joran untuk memerjuangkanmu?. Bila gunung-gunung
adalah kesatria bumi, betapa indah sang ala mini yang terlukis sebab adanya
dia, gunung. Dan bila gunung-gunung di bumi disatukan maka dapatkah mengurai
tentang arti cinta? Ternyata …… tidak jika tanpa mu, ya tanpamu A Ling. Itu
ungkapan Ikal pada halaman berapa ya? Lupa.
Salah kaprah. Gegara
cinta semua jadi salah kaprah. Teman Ikal M. Nur dan apalagi Enong berpikir bahwa
Ikal sudah melakukan hal di luar nalar. Ya di luar nalar. Waduh, jadi salah
kaprah dong? Ikal benar benar bingung mau mengungkapkan hal sebenarnya malu tapi
jika tidak diungkapkan tentang yang sebenarnya terjadi jadinya ya salah kaprah.
Ikal tujuannya ke sana. Temannya mengira tujuannya ke sono. Kan berbanting arah
jadinya. Ah, biar semua terbongkar aku pasti jadi bahan olokolokan semua, teman
warga dan mungkin juga A Ling. Dan semua itu gegara mimpi empat sentimeter.
Judul : Padang Bulan
Penulis : Andrea Hirata
Penerbit, th. Terbit : Bentang, cetam, 2010
Hal : 254 hal.
ISBN : 978-602-8811-09-5
Resume : Isaimamiqi
0 komentar:
Posting Komentar