Banyak
orang yang beragama, namun tidak ber-Tuhan. Agama hanya diperlakukan sebagai
status sosial untuk menegaskan bahwa seorang individu berada pada golongan
tertentu. Esensi beragama tidak dipahami oleh semua orang. Kenapa kita harus beragama?
Orang-orang
atheis percaya pada sesuatu kekuatan besar yang mengatur alam semesta.
Berdasarkan logika manusia yang dituangkan dalam sebuah Hukum Kekekalan Energi
dikatakan bahwa “Energy tidak dapat
diciptakan dan tidak dapat dimusnahkan, namun hanya bisa berubah bentuk”. Energi
yang besar dan tidak terbatas itu dipercaya oleh orang beragama sebagai Tuhan,
dengan berbagai nama berdasarkan agama yang dianut. Elemen, zat, kekuatan, atau
energi yang luar biasa tersebut tidak dapat dijangkau secara harfiah melalui
akal manusia yang dangkal.
Buku
‘Tuhan Maha Asyik’ berisi tentang pemahaman tentang Tuhan secara general
melalui kejadian-kejadian yang dialami beberapa anak kecil yang menjadi tokoh
dalam buku ini dan penjelasan terhadap kejadian tersebut dengan ringan dan
mudah dipahami.
Mungkin
banyak orang mempercayai bahwa Tuhan itu jauh, bahkan percaya bahwa pertemuan
dengan Tuhan terjadi setelah kematian. Ada juga yang percaya bahwa ‘Tuhan itu
ada’ dan ada yang ‘percaya pada Tuhan’. Tuhan seharusanya tidak diumpamakan
dengan apapun kerena memang tidak ada yang mampu diserupakan dengan-Nya. Namun
analogi sederhana yang bisa menjelaskannya sebagai berikut: Sebuah robot
merefleksikan penciptanya, robot itu adalah manifestasi dari hasil pemikiran
penciptanya, jadi ada ‘zat’ penciptanya didalam robot tersebut. Dalam konteks
Tuhan, maka apabila kita percaya apapun didunia ini adalah ciptaan tuhan, maka
segala sesuatu itu juga merupakan refleksi absolut keberadaan Tuhan, bahkan
atom terkecilpun merefleksikan adanya Tuhan.
Beriman
kepada Tuhan seharusnya tidak hanya diwujudkan dengan ritual formal yang
diwajibkan Tuhan melalui anjuran dalam kitab suci-Nya, namun lebih luas pada
pemahaman bahwa Tuhan meliputi segala sesuatu, yang pada akhirnya akan
menjadikan seseorang menjadi manusia yang baik. Dalam agama islam, manusia
diperintahkan sholat untuk mencegah perbuatan keji dan munkar, maka seharusnya
tanda yang ditunjukkan orang yang rajin sholat adalah perilakunya yang baik,
bukan hanya sekedar tanda yang menghitam disekitar dahi karena terlalu sering
sujud.
Disebutkanlah
bahwa ilmu itu adalah cahaya. Tuhan sudah sedemikian rupa memberikan cahaya
kepada hamba yang berada pada kegelapan. Dalam keadaan gelap, akal menangkap
wujud-wujud potensial, dengan adanya cahaya dalam bentuk pengetahuan maka wujud
potensial tersebut berubah menjadi wujud aktual yang dapat dipahami manusia,
dimanifestasikan dalam bentuk penemuan yang nantinya akan bermanfaat bagi
manusia itu sendiri.
Disebutkan
bahwa “ciri utama manusia mengenali Tuhan adalah bahwa dia memiliki kearifan
dan kebijaksanaan. Dalam praktiknya dia akan memperlihatkan kecerdasan
spiritual dalam menghadapi apapun di dunia ini. Dan fungsi agama secara
esensial adalah membimbing umat manusia mengalami transformasi spiritual, agar
nama-nama (yang merujuk pada sifat) Tuhan termanifestasi dalam dirinya” (Hal
223)
Judul : Tuhan Maha Asyik
Pengarang : Sujiwo Tejo dan MN KambaTahun terbit : 2017
Penerbit : Imania
Peresume : Khairisa