Penulis :
Prof. Dr. Raghib As-Sirjani
Penerbit : Pustaka Al Kautsar
Peresume : Ikhsanudin
Halaman :
357-368
Peran Kaum Muslimin dari Sisi Akidah
Kaum Muslimin memberikan peran tiada
duanya pada sisi akidah dan pembentukan keyakinan. Kaum Muslimin mempunyai
paham sendiri dalam hal ubudiyah dan Keesaan Alloh. Kaum Muslimin mampu
melakukan perbaikan keyakinan umat dengan sangat gemilang.
Dunia sebelum Islam dikuasai kegelapan
penglihatan tentang hakikat Ketuhanan, diliputi prasangka dan kebodohan yang
sangat. Aristoteles menggambarkan tuhan dengan sifat ruh sebatas esensinya.
Tuhan menurutnya tidak punya kehendak, keinginan dan tujuan. Perbuatannya hanya
sebatas pada menjadikan dirinya tidak berbuat selamanya. Profesi tuhan
menurutnya hanyalah merenung dalam dzatnya. Tuhan versi Aristoteles miskin
karena tidak dapat meguraikan dan mengikat alam semesta.
Plato bahkan mengambarkan tuhan dengan
lebih lemah lagi, yaitu tuhan yang tidak mengharapkan sesuatu, meski terhadap
dirinya sendiri. Dan datanglah aliran penyembah berhala pada abad keenam
masehi. Mereka menjadikan sesuatu yang menakjubkan, yang menarik, sebagai
Tuhan. Mereka menciptakan patung-patung, permisalan-permisalan dan tuhan yang
terbatas, terikat dengan tempat. Gunung, emas, binatang, pohon, sungai, alat
perang menjadi Tuhan. Keyakinan yang sama sekali tidak menyentuh akal yang
selamat dari lintasan zaman ke zaman. Menghinakan manusia dan kemanusiaan pada
apa yang tidak bisa menolak manfaat dan mudhorot.
Sejarah Eropa yang menjadi kelanjutan
bendera Nasrani pada abad pertengahan telah membuktikan bahwa agama telah
menjadi alat penindasan. Penyimpangan dari agama, memonopoli hak bicara atas
nama Tuhan, sehingga tak ada satupun yang berhak mengamati dan mengawasi
penyimpangan mereka. Mereka berada pada kekuasaan mutlak rahib dibalik tirai
agama.
PauS Gregorius VII menyatakan bahwa
gereja dalah tuan bagi seluruh dunia, yang pertumbuhannya menjelma langsung
dari Tuhan. Tak diragukan lagi, penyimpangan terjadi terhadap orang-orang agama
Masehi. Kekuasaan dan kediktatoran itu telah menjadikan Barat melepaskan diri
dari tirani gereja. Melepaskan diri dari bayang-bayang agama.
Patung-patung berhala berserakan di
Ka’bah. Di setiap jendelanya terdapat 360 patung berhala.
Penyembahan-penyembahan yang meruntuhkan harkat manusia.
Islam datang dengan membawa hujjah yang
sempurna. Ada Penguasa Tunggal alam semesta, yang menciptakan, membuat,
menentukan, dan mengaturnya. Bagi-Nya ada penciptaan, menentukan hukum,
kekuasaan dan kehendak. Semua makhluk wajib menghaturkan penyembahan
terhadap-Nya. Islam membangun hujjah yang sempurna bahwa tiada illah yang
berhak disembah kecuali Alloh.
Argumentasi itu sangat menggugah,
sehingga penduduk bumi terpaut hatinya. Arab dan Muslimin saat itu sedikit,
persenjataannya lemah, secara militer dan ekonomi tidak diperhitungkan, tetapi
akhirnya banyak manusia yang rela meninggalkan harta, negeri, dan kedudukannya
untuk masuk dalam agama ini. Mengapa?
Karena Islam adalah agama yang
memuaskan. Akidah sempurna yang sesuai dengan fitrah dan logika. Fitrah
penyembahan satu Tuhan tanpa sekutu dan serikat.
Pengaruh akidah bersih ini menjadi
dasar masyarakat yang bersih, menyamakan keadilan, memberikan keutamaan,
menyurutkan kejahatan, dan menaungi ketenangan. Pemeluknya saling tolong
menolong dalam kebaikan dan kemaslahatan.
Inilah Islam yang memperkaya manusia
dengan akidah yang suci dan murni, mudah dan sempurna, mengentaskan dari segala
prasangka, menumbuhkan kehidupan, mmembebaskan dari teror dan keraguan. Tidak
takut kecuali hanya pada Alloh.
0 komentar:
Posting Komentar