Judul Buku : Rahasia Sang Maestro ( Inspired by TRUE STORY )
Penulis : Hendra Surya
Penerbit : PT. ELEX MEDIA KOMPUTINDO
Sebuah seni yang bernilai jutaan rupiah
Seorang murid tingkat dasar
Seorang penderita stuttering
“ Hey, tidak ada yang ada tahu bagaimana takdir seseorang saat ini dan yang akan datang! “
Apapun masalah kita, Sejelek apapun itu tapi MASA DEPAN kita BERSIH dan CERAH.
Hendi berdiri mematung dibawah pohon akasia payung yang rindang
dihalaman sekolah. Matanya melotot marah memperhatikan teman-teman
sekolahnya yang mencibir, sembari berteriak dan berlarian mengitari
dirinya. “Bla. . . Bla . . . Bla. . . hendi gagap, Hendi gagap , Hendi
gagap . . .!” teriak mereka bersahutan. Mereka selalu menjadikan hendi
sebagai bahan olok- olokan setiap hari. Ketidakmampuan Hendi untuk
berbicara secara normal seperti layaknya Hartono dan kawan –kawannya
menjadi sasaran empuk ejekan. Setiap istirahat sekolah merupakan saat-
saat yang sangat menyakitkan dan menyesakkan dada bagi Hendi. Hendi pun
merasa iri melihat teman-temannya dengan riang dan bebas bermain
bersama, Matanya berkaca- kaca. Hatinya teriris sembilu. Dia merasa
tidak pernah menjaili temannya .” Mengapa . . . mengapa aku selalu
dikucilkan begini? “ teriak kata hatinya. Ibu Guru Erika sangat prihatin
memperhatikan Hendi yang menundukkan kepala. Ternyata, Hendi sudah
dihantui perasaan buruk. Karena cacatnya itu, ia menjadi tidak percaya
diri dan selalu memandang buruk dirinya sendiri . Jika dibiarkan akan
merusak masa depannya, Perasaan inferior Hendi ini harus segera
ditanggulangi sedini mungkin, batin Ibu Guru Erika. “ Hendi, coba minum
teh manis dan makan kue yang ibu bawa dari rumah ini. Jangan sungkan –
sungkan sama Ibu.” Hendi seperti tidak percaya dengan pendengarannya,
dipandanginya wajah ibu gurunya. Beliau masih tersenyum manis, sambil
menganggukkan kepala. “ kamu masih mau menghargai pemberian Ibu,
bukan?!” sambung Ibu Guru Erika. Hendi pun menikmati teh manis dan kue
yang dibawakan Ibu Erika, “ Ibu mau Hendi jadi murid kebanggan Ibu!
Sekarang hendi mau janji untuk belajar giat lagi dan tidak akan
mengecewakan Ibu?” ujar Ibu guru, mulai memberi semangat. Beliau dengan
cermat memperhatikan reaksi Hendi. “ Baik, Bu . . .! Te, te tetapi har,
hartono selalu mengganggu Bu. “ Iya , itu ibu tahu. Mungkin kamu selalu
mendapatkan ejekan bukan hanya oleh Hartono. “ Kamu harus dapat menerima
kekurangan kamu itu. Pelajari kekurangan kamu dan berusaha perbaiki
sedapat mungkin. Kamu tidak boleh patah arang oleh ejekan itu. Jadikan
ejekan itu pemacu semangat untuk maju. Tunjukkan bahwa kamu bisa menjadi
orang yang terbaik, jauh lebih baik dari orang yang mengejekmu itu”
kata Ibu guru Erika. Hendi pun mulai merubah keberanianya untuk bergaul
pada teman- temanya akan tetapi niat baik hendi tidak bersambut baik
ketika dia berusaha bermain dengan anak – anak disekitar rumahnya. Ibu –
Ibu yang melihat Hendi bermain dengan anak- anaknya mulai menyerang
Hendi dengan penghinaan, cacian bahkan Hendi berkelahi karena tidak
dapat menahan amarahnya lagi. Sering kali Ibunya mendapatkan laporan
atas perilaku Hendi, Ibunya tak tahan dan menghukum hendi agar tidak
main keluar dan segera membantu ibunya. Setelah hendi menyelesaikan
hukuman yang diberi Ibu nya dengan mengobras pakaian. “ Setelah selesai
membantu Ibu, hendi pun beristirahat di Rumah pohon sambil melongok dan
memandangi setiap penjuru kampungnya. Dikawasan tempat tinggalnya, ia
melihat tumpukan tempurung dan potongan- potongan kayu yang menarik
perhatiannya, berbekal uang yang diberikan kakeknya untuk membeli
beberapa peralatan yang akan ia gunakan nantinya. Hendi mampu mengubah
Limbah Tempurung kelapa dan potongan kayu menjadi sebuah “ Lukisan
artistik dan memiliki karakter “. Seminggu sudah ia membuat 10 lukisan
dan ia memajang hasil karyanya di ruang tamunya hingga pelanggan Ibu nya
yang bernama Ibu Enny Sulastri melihat hasil karya hendi dan ia memuji
hasil karyanya hendi. Ibu Enny membeli beberapa lukisan hendi dan
berjanji akan membawa lukisan ini ke DEKARNAS untuk dikaji dan
dikembangkan sebagai produk unggulan daerah.Ibu Enny membantu Hendi
untuk mencari buyer, sebulan kemudian ia telah resmi menjadi “Maestro
CILIK”dan membuka lapangan pekerjaan bagi penduduk kampungnya (yg
ditugaskan untuk membantu pembuatan Lukisan dlm skala besar ),Sang
Maestro Cilik pun mendapatkan penghargaan “ UPAKARTI dari pemerintah
kota MEDAN. Ada tawa ,tangisan , kenangan dan Mimpi yg terus di untai
oleh "SANG MAESTRO CILIK dan Ibu nya serta keluarganya .
Minggu, 31 Mei 2015
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar