Judul : Ya Allah, Aku Jatuh Cinta ! (Mengelola Cinta Tanpa Harus Terkena Dosa)
Penulis : Burhan Sodiq
Penerbit : Samudera (Sahabat Menyelami Ilmu)
Kategori : Buku
Penulis : Burhan Sodiq
Penerbit : Samudera (Sahabat Menyelami Ilmu)
Kategori : Buku
“Cinta ibarat kupu-kupu, makin kau kejar, makin ia menghindar. Tapi bila kau biarkan ia terbang, ia akan menghampirimu di saat kau tak menduganya. Cinta bisa membahagiakanmu tapi sering pula ia menyakiti, tapi cinta itu hanya istimewa bila kau berikan pada seseorang yang layak menerima. Jadi, tenang-tenang saja, jangan terburu-buru dan pilihlah yang terbaik”, kata-kata tersebut terkhusus untuk yang masih single.
Sebenarnya apa yang membuat kita memiliki cinta? Apa yang menggerakkan hati kita untuk mencintai dan dicintai? Jawabannya. Pertama, karena Allah memberi fitrah kepada manusia untuk mencintai keindahan sehingga kita mudah kagum dengan keindahan dan kecantikan yang nampak. Kedua, karena manusia cenderung lemah dan tak berdaya. Oleh sebab itu manusia akan mencari seseorang / sesuatu yang dapat memberikan kekuatan, keperkasaan dan kegagahan. Tak perlu bersusah-susah untuk mencarinya karena pemilik semua itu adalah Allah. “Sesungguhnya Allah benar-benar Mahakuat dan Mahaperkasa”(Al-Hajj [22]:40). Ketiga, karena sifat manusia cenderung membutuhkan orang lain. Tidak bisa hidup sendiri tanpa bantuan orang lain, sehingga dari rasa membutuhkan itu akan timbul rasa sayang untuk tidak menyakiti.
Cinta dari Sudut Pandang Psikologi
Seorang psikolog, Kelley, membagi cinta menjadi tiga, yaitu :
Cinta karena nafsu. Cinta jenis ini cenderung tak terkontrol karena hubungan antara dua orang yang atas nama cinta ini dikuasai oleh emosi yang berlebihan.
Cinta pragmatis. Pada cinta jenis ini ada keseimbangan antara rasa suka dan duka, atau ada hubungan timbal balik.
Cinta altruistik. Cinta jenis ini biasanya dimiliki oleh ibu untuk anaknya. Biasanya disertai kasih sayang tak terbatas.
Untuk yang ragu-ragu dengan penikahan, “Cinta bukannya perkara menjadi ‘orang sempurna’nya seseorang. Justru perkara menemukan seseorang yang bisa membantumu menjadikan dirimu menjadi sesempurnanya”
Sedangkan untuk yang sudah menikah “Kalau cinta jangan katakan ‘ini salahmu!’ tapi ‘maafkan aku, ya?’ bukan ‘kau di mana!’ melainkan ‘Aku di sini kenapa?’ tidak ‘kok bisa sih kau begitu!’ tapi ‘aku ngerti’. Dan juga tidak ‘coba, seandainya kau...’ akan tetapi ‘terima kasih ya, kau begitu...’ “
Bagaimana Islam Memandang Cinta?
Islam memandang cinta sebagai sesuatu yang biasa dan sederhana. Islam adalah agama fitrah, sedang cinta itu sendiri adalah fitrah kemanusiaan. Allah telah menanamkan perasaan cinta yang tumbuh dihati manusia. Islam tidak pula melarang seseorang untuk dicintai dan mencintai, bahkan Rasulullah menganjurkan agar cinta tersebut diutarakan.
“Apabila seseorang mencintai saudaranya maka hendaklah dia memberitahu bahwa dia mencintainya” (HR. Abu Daud dan At-Tirmidzi)
Seorang muslim dan muslimah tidak dilarang untuk saling mencintai. Mereka juga tidak dilarang untuk jatuh cinta. Hanya saja, Islam menyediakan penyaluran untuk itu melalui lembaga pernikahan. Hal ini menjadi sebuah tuntunan dalam menjalankan agama, bahwa ketika hamba Allah jatuh cinta hanyalah pernikahan solusinya.
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya, Dia menciptakan untukmu pasangan-pasangan dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya dan dijadikan-Nya di antaramu rasa cinta dan kasih sayang” (Ar-Rum [30] :21)
Ayat di atas merupakan jaminan bahwa cinta dan kasih sayang akan Allah tumbuhkan dalam hati pasangan yang bersatu karena Allah (setelah menikah). Allah akan menyemai benih rasa suka, rasa cinta kepada pria atau wanita yang menjadi pasangan hidup kita. Sejak awal mula kita mengenalnya boleh jadi perasaan itu biasa-biasa saja. Namun, saat dia menjadi pasangan hidup kita, perasaan cinta itu semakin kuat.
Menurut Ibnul Qayyim, seorang ulama di abad ke-7, terdapat enam peringkat cinta (Maratibul-mahabah), yaitu :
Peringkat ke-1, yang paling tinggi adalah tatayyum, yang merupakan hak Allah semata.
Peringkat ke-2, ‘Isyk yang hanya merupakan hak Rasulullah. Cinta yang melahirkan sikap hormat, patuh, ingin selalu membelanya, ingin mengikutinya, dan mencontohnya. Namun, bukan untuk menghambakan diri kepadanya.
Peringkat ke-3, Syauq yaitu cinta antara mukmin dengan mukmin lainnya. Antara suami istri, orangtua dan anak, yang membuahkan rasa mawaddah wa rahmah.
Peringkat ke-4, Shababah yaitu cinta sesama muslim yang melahirkan Ukhuwah Islamiyah.
Peringkat ke-5, ‘Ithf (simpati) yang ditujukan kepada sesama manusia. Rasa simpati ini melahirkan kecenderungan untuk menyelamatkan manusia, termasuk pula di dalamnya adalah berdakwah.
Peringkat ke-6, cinta yang paling rendah dan sederhana, yaitu cinta atas keinginan kepada selain manusia : harta benda. Namun, keinginan ini sebatas intifa’ (pendayagunaan/pemanfaatan)
Berarti Boleh Jatuh Cinta?
Boleh saja, kenapa tidak. Cinta seorang laki-laki kepada wanita dan cinta wanita kepada laki-laki adalah perasaan manusiawi yang bersumber dari fitrah yang diciptakan Allah SWT di dalam jiwa manusia, yaitu kecenderungan kepada lawan jenisnya ketika telah mencapai kematangan pikiran dan fisiknya. Cinta bukanlah sesuatu yang kotor karena kekotoran dan kesucian tergantung dari bingkainya. Ada bingkai yang suci dan halal dan ada bingkai yang kotor dan haram. Bila bingkainya sesuai syariat, maka cinta itu halal. Namun, bila bingkainya pacaran, perselingkuhan, dan perzinaan maka cinta itu terlarang.
Cinta bukanlah hanya sebuah keterkaitan secara fisik saja. Ketertarikan secara fisik hanyalah permulaan cinta bukan puncaknya. Dan sudah fitrah manusia untuk menyukai keindahan. Tapi di samping keindahan bentuk dan rupa harus disertai keindahan kepribadian dengan akhlak yang baik.
Islam adalah agama fitrah karena itulah islam tidaklah membelenggu perasaan manusia. Islam tidaklah mengingkari perasaan cinta yang tumbuh pada diri seorang manusia. Akan tetapi, islam mengajarkan kepada manusia untuk menjaga perasaan cinta itu dijaga, dirawat, dan dilindungi dari segala kehinaan dan apa saja yang mengotorinya. Islam membersihkan dan mengarahkan perasaan cinta dan mengajarkan bahwa sebelum dilaksanakan akad nikah harus bersih dari persentuhan yang haram.
Apa yang membuat Jatuh Cinta?
Secara umum ada unsur ketertarikan atau kekaguman. Biasanya cinta didahului rasa ketertarikan atau kekaguman. Biasanya cinta didahului rasa ketertarikan dan kekaguman. Ketertarikan itu bisa karena beberapa hal, diantaranya : karakter, fisik, agamanya, hartanya, dan perhatian yang diberikan.
Ya Allah Aku Jatuh Cinta
Pendam Bila Belum Siap
Bagi anak usia ABG, ada baiknya untuk menahan diri dan tidak terjerumus pada pacaran. Rasa suka, senang, dan naksir nampak akan selalu terjadi selama yang bersangkutan bergaul secara bebas antara lelaki dan perempuan. Adapun bagaimana memendamnya, kembali kepada pilihan kita masing-masing. Kita boleh memilih yang palinh sederhana sampai pada pilihan yang paling ekstrim.
Cobalah untuk menghindari ketemu dengan sosok yang kita suka
Sibukkan diri atau jadilah sok sibuk
Hapus memori dengan menyisihkan pemberiannya
Pindah ke kota lain
Bila Sudah Siap
Kondisinya akan berbeda bila orang jatuh cint itu sudah siap menikah. Bila usia sudahlah matang, fisik, dan mental pun sudah siap tinggal berjalan maka jatuh cinta harus segera dilanjutkan. Karena ini adalah momen yang pas, saat kita butuh cinta maka cinta sudah menghampiri kita. Dan hal-hal yang bisa kita lakukan adalah :
Nyatakan bila berani
Melalui pihak ketiga
Sebaiknya tidak via sms
Lanjutkan dengan menikah
Bila Anda Seorang Aktivis Dakwah
Jatuh cinta bagi aktivis dakwah bukanlah perkara sederhana. Dalam konteks dakwah, jatuh cinta adalah gerbang ekspansi pergerakan. Dalam konteks pembinaan, jatuh cinta adalah naik marhalah pembinaan. Dalam konteks keimanan, jatuh cinta adalah bukti ketundukan kepada sunnah Rasulullah SAW dan jalan meraih ridha Allah. Sebaiknya sebagai seorang aktivis dakwah segala sesuatunya harus menjadi teladan. Bagaimana diri kita menjadi contoh yang baik bagi masyarakatnya. Tak perlu pacaran islami, tak perlu mengobral janji, tak perlu juga menyiksa akhwat dengan hubungan yang tidak jelas statusnya. Bila ingin menikah, tancap gas anda dan lakukan. Namun, bila belum siap silakan tekan pedal rem sekuatnya, dan lepaskan bila anda sudah merasa siap segalanya.
Pernikahan adalah Antidepresi
Pernikahan ternyata bukan hanya sebuah awal menjalani hidup baru bersam pasangan, namun ternyata juga bisa jadi antidepresi alami yang terbukti manjur mengubah kesehatan mental seorang. Para ilmuwan dari Ohio State University, Amerika meniliti catatan medis pada lebih dari 3 ribu individu dari National Survey od Families and Households, yang di ambil dari dua kali sesi wawancara warga Amerika, yaitu saat mereka single (1987-1988) dan saat mereka menikah (1992-1994).
Dari hasil wawancara dan tes medis bisa ditarik kesimpulan bahwa saat mereka masih single mereka mengaku sering mengeluh, gampang moody dan cepat tertekan, namun setelah menikah lebih dari separuh responden menyatakan banyak menemukan kegembiraan, dan kestabilan emosi. Jika ada surga di dunia, maka surga itu adalah pernikahan yang bahagia. Penikahan yang bahagia itu didasari oleh pernikahan yang penuh barokah untuk memujudkan keluarga yang sakinah, yang didalamnya ada keindahan dan ketentraman hidup serta ladang amal.
“Ada 3 golongan manusia yang Allah berhak menolong mereka, yaitu seorang pejuang di jalan Allah. Seorang hamba yang menebus dirinya supaya merdeka. Dan seorang yang menikah karena ingin memelihara kehormatannya” (HR. Ahmad, An-Nasa’i, dan At-Tirmidzi)
Menikah merupakan sunnah yang diagungkan oleh Allah. Dalam Al-Qur’an disebutkan bahwa pernikahan sebagai Mitsaqan Ghalizha (Perjanjian yang sangat besar). Dan setiapa jalan menuju Mitsaqan Ghalizha dimuliakan oleh Allah SWT. Islam memberikan penghormatan yang suci pada niat dan ikhtiar untuk menikah.
“Dan segala sesuatu Kami jadikan berpasang-pasangan agar kamu sekalian berpikir”
(Adzariyat [51] : 49)
- Rathi Yusnovia / IM2-
(sumber gambar: http://diariani.wordpress.com/)