Winnetou Apache Old Death, the Wild West Journey
Akhirnya,
setelah sekian lama mencari, alhamdulillah buku ketiga dari seri Winnetou
Apache berhasil saya temukan. Setelah sebelumnya pada buku pertama dan kedua
menjelaskan cikal bakal hubungan persahabatan yang berakhir dengan persaudaraan
antara sang Indian kulit merah, Winnetou, kepala suku Apache dan petualang
kulit putih keturunan Jerman, Old Shaterhand, buku ketiga ini lebih khusus
kepada petualangan Old Shaterhand di era perang saudara Amerika. Dentuman
perang antara blok Utara dan Selatan di negeri paman Sam itu mempertemukan Old
Shaterhand dengan salah satu legenda Wild West yang terkenal, the Old Death.
Diawali
dengan lanjutan pengejaran terhadap Santer, koboi licik yang membunuh Inschu
Thscuna, Winnetou, sang kepala suku Apache dan saudara sedarahnya, Old
Shaterhand berjanji akan bertemu di St. Louis untuk menghadang Santer sebelum
lebih jauh menuju daratan Amerika. Di St. Louis, Old Shaterhand mendapatkan
petunjuk menuju New Orleans untuk mengejar Santer yang sedang menuju daratan
Selatan Amerika. Dalam perjalanannya itu, kapal yang ditumpangi Old Shaterhand
terhempas hingga ke Tortuga akibat badai besar yang tiba-tiba muncul. Seluruh
harta dan perlengkapannya tenggelam didasar lautan. Enggan meminjam dan
mengemis uang, Old Shaterhand menuju New York. Disana, dirinya bekerja sebagai
Detektif Swasta bersama Josh Taylor. Sebuah kasus yang diselidikinya
mengantarkannya kembali ke St. Louis, yang kemudian berlanjut menelusuri sungai
Mississippi menuju pesisir selatan Amerika, New Orleans. Tugasnya adalah
mencari pasien sakit jiwa, anak seorang bankir kaya, William Ohlert, bersama
dokter gadungannya, Gibson.
Di New
Orleans lah Old Shaterhand pertama kali bertemu Old Death. Gibson yang berhasil
memperdaya Old Shaterhand, segera meninggalkan New Orleans. Setelah
mencari-cari petunjuk, Old Shaterhand tahu jika Gibson berencana menuju Texas
melalui Quintana untuk melarikan diri melalui perbatasan selatan Amerika menuju
Mexico.
Dalam perjalanan
menuju Quintana, kapal yang ditumpanginya sempat berlabuh di Matagorda. Di
Matagorda, Old Shaterhand kembali bertemu Old Death. Old Death yang ternyata
menyimpan perasaan marah kepada Gibson, menemani Old Shaterhand mengejar
Gibson. Setelah mencari informasi, ternyata Gibson merubah alur perjalanannya
melalui Kota Austin.
Untuk
mengantisipasi jalan pikiran Gibson yang berubah-ubah, Old Shaterhand meniru
perlengkapan Old Death, mengganti seluruh perlengkapannya dengan ciri khas
seorang pengintai. Bahkan hingga memanggul pelana kudanya sendiri.
Saat di
Austin, Old Shaterhand akhirnya bertemu kembali dengan saudaranya, Winnetou
setelah insiden perkelahian di Bar dengan gerombolan pengawas budak. Para
pengawas budak ini kehilangan pekerjaannya karena Presiden Juarez menghapus
sistem perbudakan di Meksiko dan sekitarnya. Dalam reuni singkatnya itu,
Winnetou tetap meminta Old Shaterhand menyembunyikan identitasnya, bahkan
kepada Old Death sekalipun dan keduanya kembali berpisah dikarenakan Winnetou
pun memiliki tugas lain di Meksiko.
Saat
mencapai La Grange, kota perbatasan Meksiko, Old Death dan Old Shaterhand
mendaftarkan diri sebagai tentara bayaran kepada Senor Cortesio, salah satu
anak buah Presiden Juarez yang merekrut militan untuk melindungi Republik
Mexico. Hal ini, menurut old Death, agar memudahkan mereka dalam mengejar
Gibson karena, akibat intensitas kemungkinan pecahnya perang saudara, wilayah
Selatan dipenuhi orang-orang, baik yang ingin melarikan diri, maupun mencari
keuntungan disela-sela kecamuk perang.
Dibagian
akhir kisah ini, Karl May membungkus apik ending dengan salah satu legenda
Amerika, Gerombolan Ku Klux Klan. Kelompok keji yang berisi gerombolan penjahat
yang satu-satunya tindakan kejahatan yang diatasi dengan perintah langsung
Presiden Amerika atas persetujuan senat. Yakni perintah pemusnahan. Jika di
Indonesia, mirip dengan G30SPKI sepertinya.
Lanjut
sedikit, ternyata gerombolan pengawas budak yang ditemui old Shaterhand dan old
Death di Austin, merupakan salah satu kelompok Ku Klux Klan. Menaruh dendam kepada
keduanya, gerombolan pengawas budak merancang penyergapan ditempat Old
Shaterhand dan Old Death menginap. Namun, yaah,, bukan namanya Old Shaterhand
jika tidak mengakali penyergapan tersebut. Bahkan, dengan bantuan Old Death,
malam penyergapan tersebut menjadi sesuatu yang dikenang masyarakat La Grange,
Meksiko.
Beberapa
hal yang menarik dari kisah ini adalah selama berpetualang bersama, Old
Shaterhand tidak pernah menyebutkan nama maupun panggilannya di wild west,
yakni old Shaterhand. Karena, menurut Winnetou, alangkah baiknya jika old
Shaterhand tidak mengenalkan namanya, karena old Death pasti mengenal nama itu
dan tahu hubungannya dengan para Indian. Walaupun tidak akan berakibat buruk,
menurut Winnetou, hal tersebut hanya akan menciptakan dinding tak kasat mata
disekitar Old Shaterhand. Bahkan, sepanjang perjalanan Old Shaterhand dan Old
Death, Old Death sering memanggilnya tanduk hijau, mirip yang dilakukan Sam
Hawkens dibuku pertama dan kedua, malah Old death mengenalkannya dengan nama
Muller kepada Senor Cortesio. Hehehe..:)
Judul
Buku : Old Death
Pengarang
: Karl May
Penerbit
: Visimedia
Jml
Hal : 160 halaman
Raja
Ampat, 06 Agustus 2018
- - Arsul
-
0 komentar:
Posting Komentar