"Apapun bisa dirampas dari
Manusia kecuali satu : Kebebasan terakhir seorang manusia, Kebebasan untuk
menentukan sikap dalam setiap keadaan. Kebebasan untuk memilih jalan nya
sendiri"
Pernahkah
kalian berfikir bahwa penderitaan tidak benar - benar melahirkan derita ?
Seorang
psikiater muda, gagah dan kuat dihadapkan dengan "Kenyataan" yang
cukup pahit bila dikenang bahkan teman seperjuangan nya dalam kamp berkata : "Biarlah tangan ini dipotong jika saya
tidak melumurinya dengan darah saat saya tiba dirumah.” Teman saya bukanlah
orang jahat, dia adalah teman terbaik saya di kamp dan setelahnya. Ketika
kebebasan itu benar-benar datang kepada "tawanan kamp" sehingga mereka merasakan penurunan moral
mental secara mendadak dikarenakan terlepas beban penderitaan mereka selama
ini.
Penderitaan
selama tiga tahun di kamp kosentrasi membuat beberapa tawanan merasakan "kehampaan"
setelah mereka kembali kerumah mereka dan mendapati tidak ada satu orang pun
sanak saudara yang masih hidup untuk menyambut mereka . Sebuah perjuangan dalam
mencari makna kehidupan untuk bertahan di Kamp kosentrasi, ketika para tawanan
sampai di Sebuah Kamp Kematian Nazi yaitu Kamp Auschwitz . Para tawanan merinding
ketika mereka membaca "Kamp Auschwitz" kamp ini terdiri dari : Kamar
Gas, Kamar Pembakaran mayat dan Pembantaian Massal. Setelah mereka turun dari
kereta, mereka disambut oleh beberapa "Capo" (Capo adalah tawanan
yang bertindak sebagai kepercayaan Nazi dan dengan demikian mendapat sejumlah
keistimewaan).
Ketika
pagi datang, kami selalu di bangunkan oleh suara peluit capo untuk bergegas
bekerja. Saat suhu udara 2 derajat fahrenheit, kami bekerja menggali tanah yang
beku untuk memasang pipa saluran air. Ia berkata kepada saya "hai, kamu babi, saya sudah mengamati
kamu sejak tadi ! Saya belum mengajari kamu cara bekerja ,tunggu saja sampai
kamu harus menggali dengan gigimu - kamu pasti akan mati seperti seekor
binatang! Saya akan menghabisi kamu kamu dalam dua hari! Kamu pasti tidak
pernah bekerja seumur hidupmu! Apa kerjammu dulu, Babi ? Pengusaha ?"
Saya menjawab langsung dengan posisi berdiri tegak dan langsung menatap
matanya. "Saya adalah seorang dokter
- seorang spesialis" dan Capo tersebut berkata "Apa? Seorang dokter ? Saya berani bertaruh, kamu mendapat banyak
uang dari orang - orang."
Kebetulan,
saya sama sekali tidak bekerja untuk uang dan saya bekerja di sebuah klinik
khusus untuk orang miskin. Setelah penjelasan yang saya berikan tidak ada
harganya menurut capo tersebut, ia menghampiri saya dan memukul saya hingga
jatuh. Bekerja di suhu 2 derajat membuat kami mengalami edema, kaki kami bengkak dan kami tidak mengikat tali sepatunya
agar kaki kami muat, saat bekerja kaki kami dipenuhi salju dan terasa sangat
gatal.
Perjuangan
saya dan teman teman belum berakhir, kami diberikan makan dengan sup encer +
sepotong roti. Ada suatu kejadian ketika kami ingin makan, para capo bertanya
tentang siapa pencuri kentang tadi malam ?
Jika tidak ada yang menjawab maka tidak ada jatah makan, namun saya dan
teman-teman memilih untuk diam dan menguatkan diri untuk tidak menyebutkan
pelakunya. Saat malam hari kami berkumpul disebuah barak menjelang tidur, kami
mengadakan beberapa aksi lucu untuk menghibur diri Sendiri. " Jika hidup benar - benar memiliki
makna. Maka harus ada makna didalam penderitaan, karena penderitaan merupakan
bagian tak terpisahkan dari kehidupan manusia. Meskipun penderitaan itu
merupakan nasib dan dalam bentuk kematian , tanpa penderitaan dan kematian.
Hidup manusia tidak sempurna."
Saya
dan teman - teman merindukan keluarga, istri, anak dan orangtua kami. Saya
pernah merawat Seorang wanita yang mata nya penuh rasa hampa dan ia berkata "saya bersyukur atas penderitaan ini
karena dahulu saya sangat manja dan sekarang saya hanya memiliki satu teman
yaitu Pohon sambil menunjuk pohon tersebut." Kita perlu menghadapi
seluruh penderitaan kita, dan berusaha meminimalkan perasaan lemah dan takut
tetapi kita tidak perlu malu untuk menangis. Karena air mata merupakan saksi
dari keberanian manusia yang paling besar yakni keberanian untuk menderita. Saya
sebagai seorang psikiater belajar banyak tentang permasalah-permasalahan yang
ada di kamp tersebut, selama tiga tahun dan ditempatkan di tiga kamp yang
berbeda membuat saya banyak belajar tentang makna kehidupan.
Setelah
hari pembebasan dari kamp Turk helm pada 1945 ketika ia nyaris kehilangan nyawa
karena penyakit tifus, Saya baru menyadari bahwa dirinya itu benar - benar
sebatang kara. Saat ia kembali ke Wina pada Agustus 1945 kembali kerumah tanpa
ada penyambutan, Saya meneruskan karier sebagai psikiater, pilihan yang tidak
biasa ketika begitu banyak orang lain terutama psikoanalisis dan psikiater yahudi beremigrasi ke negara-negara
lain namun saya memilih tetap tinggal di Wina,
Frankl
merasakan adanya hubungan erat dengan Wina terutama dengan pasien-pasiennya
yang membutuhkan bantuanya selama pasca perang. Teori yang dimiliki Frankl
ialah Teori Logoterapi, psikoterapi yang memusatkan upaya pada pencarian makna
hidup, pada saat yang sama Logoterapi mengurai semua bentuk lingkaran setan dan
mekanisme umpan balik yang memainkan peranan penting dalam kemunculan neurosis. Dengan kata lain, perilaku
mementingkan diri sendiri yang menjadi ciri khas penderita neurosis dihilangkan dan bukan terus dikembangkan dan diperkuat.
Viktor E Frankl bukan seorang Psikoanalis tapi ia seorang psikiater yang
memiliki Teori Logoterapi untuk membantu pasien - pasiennya. Tulisan Frankl
yang pertama kali diterbitkan di Jerman pada 1946 sebagai A Psychologist Experience the Concentration Camp dan kemudian
menggunakan judul “Say Yes to Life in
Spite of Everything.” Dan versi terjemahan Inggrisnya,yang pertama kali
diterbitkan pada 1959 diberi judul “Man's
Search For Meaning.”
Judul : Man's Search For Meaning
Penulis :
Viktor E. Frankl
Halaman
: 233
Diterbitkan
oleh : Noura Publishing
Juli,
2018
- - Yessy
Esti Wijayanti -
0 komentar:
Posting Komentar