Buku ini
sudah ada sejak 2012, sekilas melihatnya, jadi tertarik. Apalagi setelah
melihat ada di surat kabar dan kebetulan juga yang mengenalkan isi buku ini
adalah dosen sendiri. Tapi ternyata tidak cukup hanya tertarik saja, harus ada
tindakan. Dan tindakan itu ternyata baru kesampaian sekarang. Dan sepertinya
tidak akan disampaikan secara menyeluruh, mungkin sebagian garis besar dari
sebagian halaman yang terdiri dari 399 halaman ini.
Oke,
sederhananya, buku ini berkutat dengan satu kata. Yupp, memberi. Sekilas kata
memberi biasanya yang diketahui berdampingan dengan benda atau wujud. Namun,
setelah membaca sebagian dari isi buku ini, seperti dikenalkan dengan dimensi
memberi. Maksudnya, ruang luas tentang poin memberi.
Bahwasannya,
memberi adalah kunci, kunci yang menghantarkan pada pintu-pintu kebaikan lain.
Dan di sini, di buku lebih jelasnya. Sang penulis, Stephen Post, membaginya ke
dalam sepuluh bagian dari memberi. Upss ditambah tiga, jadi ada tiga belas
kategori dari pembagian memberi.
Mungkin
sebagian dari teman-teman ada yang sudah mengenal dengan penulis satu ini,
bahkan mendalam. Oke, sebelum masuk ke ranah memberi. Ada yang ingin
diberitahukan bahwa di sampul buku, tepatnya di bawah nama penulis, tercatat
kalimat Presiden Institute for Research on Unlimited Love. Asal tahu saja,
sebelum menjadi besar seperti yang terjadi pada institusinya, dulu saat
merekomendasikan pada teman-teman penulis untuk ikut bergabung bersamanya, semuanya
menertawakan, atau tepatnya menyepelkan, memandang sebelah mata. Suatu hal yang
mustahil, merupakan crazy thing dari ide konyol nya.
Namun,
setelah dilakukan penelitian atau research secara berkala. Pembuktian akan
unlimited love mulai menampakkan wujudnya, yakni tidak lain memberi. Salah satu
penyokong dana dalam penelitian itu adalah Sir John Templeton, orang besar yang
percaya akan gagasan penulis.
Alasan
mengapa pada akhirnya jatuh pada buku ini adalah. Karena saya ingin sesuatu
yang menggugah, yang membangkitkan semangat, yang menyentil kesadaran saya akan
suatu hal. Dan sepertinya, buku ini sedikit berhasil menyentil kesadaran saya,
atau alam bawah sadar saya? Tentang apa sih yang dapat kamu lakukan di waktu
atau kesempatan kali ini?. Dan, baru saja dimulai, saya sudah mendapatkan apa
itu memberi. Memberi pada hati sanubari saya tentang waktu yang masih dapat
dilalui, dalam keadaan sehat walafiat, tak kurang suatu apapun, dapat
mengerjakan pekerjaan di harinya. Yupp, saya memberi hati sanubari saya rasa
syukur, rasa syukur kepada Sang Pencipta. Karena rasa syukur bagian dari
memberi, seperti yang di bahas dalam buku tersebut.
Dengan
bersyukur, maka saya dapat mengontrol 'keinginan' saya, emosi saya, nafsu saya
pada lain-lain hal. Bahkan sebaliknya, dengan bersyukur, maka perasaan 'merasa
cukup' menghinggapi, hingga yang ada adalah generalitas. Apa itu generalitas?
Sedikit saya ketahui, kalau generalitas, kata dasarnya generasi, lanjutan.
Dari rasa
syukur, kemudian merasa cukup, dan pada akhirnya melihat sesuatu hal jadi
terasa indah, menggembirakan, menyenangkan. Sehingga apa? Menularkan pancaran
dari rasa yang positif itu pada lingkungan sekitar, disadari maupun tidak.
Karena keseluruhan lahiriah dan batin memancarkan rasa positif. Itulah mengapa
hadir generalitas.
Baik,
pertama-tama kita akan bertanya, apa yang dilakukan oleh institusi ini?
Ternyata penulis sudah menyiapkan jawabannya, diantaranya; Pertama, mereka
mendanai penelitian perintis tingkat tinggi dan empiris mengenai cinta tanpa pamrih
dalam setiap aspek, mulai dari pertumbuhan manusia dan genetika, hingga
psikologi dan sosiologi positif. Kedua, Mr. Rogers. Ia mengatakan kepada para
orangtua terkait tragedi 11 Septem 2001. Bahwa perhatikan saja mereka yang
menolong. Dan mungkin, menurut saya itu bisa jadi inspirasi penulis, bahkan
sebagai tujuan dari institusinya.
Lalu
sebagai tujuan terakhir adalah (begini kalimatnya) dalam pemberian diri,
terjadi penemuan diri tanpa dicari. Dengan kata lain, saat memberi, kita
menemukan diri kita yang sesungguhnya. H. 23
Berikan
cinta, dan anda akan menemukan hidup dalam segala kekuatan, vitalitas,
kebahagiaan, dan keriangannya. Dalam kemurahan hati terdapat penyembuhan dan
kesehatan. H.25
Basic
pendidikan penulis adalah kedokteran, jelas ya,, hal ini berkaitan dengan
kesehatan.
Jika
penulis baru menemukan itu, maka Rasulullah saw., sudah meneladankan sekaligus
mempraktekannya beratus-ratus abad lamanya. Sejatinya, hal itu ada dalam
keseharian para pemeluknya, bahkan mungkin mendarah daging, walau teramat
sangat sulit pada kenyataannya untuk dilakukan dan sangat jarang terlihat.
Walau tidak berarti tidak ada.
Jika
dikaitkan dengan IM, bisa jadi group ini merupakan bagian yang disebutkan oleh
penulis dalam bukunya. Tentu terkait memberi-nya. Motivasi, power atau semangat
membaca dan menulis, influencer bagi yang lain. Intinya bermanfaat. Bahkan
mungkin para founding father-nya (biar ketjeh) ikut mengalir pahala pada
mereka.
Seperti
kisah Maggie, seorang ahli terapi pijat dari Newport, Washington. (H.38)
bagaimana dia merayakan dengan caranya sendiri. Yupp, dia mendonasikan sumsum
tulang belakang kepada seorang anak berusia dua belas tahun, Michael. Yang dia
tidak mengenal anak itu sebelumnya, tinggal jauh dari kediamannya, dan segala
hal asing. Ketika suaminya mengidap melanoma ganas, dan beruntungnya dapat
sembuh total. Itulah yang dilakukan Maggie untuk merayakannya. Memberi.
Dan
setelah mendonorkan sumsum tulang belakang miliknya pada Michael. Tentu cocok,
karena sudah melalui tahap uji lab. Ia di undang ke rumah kediaman Michael. Dan
ternyata ia disambut banyak orang, orang-orang berbeda. Pelatih bola basket Michael
salah satunya, yang menghampiri dan memeluknya dengan berkata 'Anda tidak tahu
betapa besarnya kehilangan yang akan dirasakan komunitas ini jika Michael tidak
ada di sini .... Anda tidak tahu'.
Ternyata
bukan hanya kebahagiaan saat bisa mendonorkan saja, tetapi jauh dari itu semua,
bahwa orang yang ditolongnya adalah orang yang sangat berpengaruh
dikomunitasnya. Betapa kebahagiaan itu sangat melimpah ruah. Kini bukan serasa
berkunjung ke kediaman orang melainkan serasa bersama keluarga. Itulah yang
dirasakan oleh Maggie dalam pengalamannya memberi dan mengeneralivitas.
Sebenarnya
sangat banyak hal menarik lainnya, terutama yang menginspirasi, menyetrum alam
bawah sadar. Namun, alangkah lebih baik bagaimana mengetahui, menelusuri lebih
jauh dengan membaca dan mengetahui langsung dari bukunya. Terima kasih. ✌🏻
Penulis : Stephen Post, Ph.D.
Penerjemah : Winny Prasetyowati
Penerbit,
th. Terbit : Kaifa (PT. Mizan
Pustaka), cet-1, Juli., 2011
Hal : 399 hal.
ISBN : 978-979-8994-47-7
- - Isaimamiq
-
0 komentar:
Posting Komentar