Judul :
Dikatakan atau Tidak Dikatakan Itu Tetap Cinta
Penulis : Darwis Tere
Liye
Tebal buku : 69 halaman
Penerbit : PT
Gramedia Pustaka Utama
Resumed by : Ayu
Afsari
Dikatakan
atau Tidak Dikatakan Itu Tetap Cinta
Buku
ini berisi kumpulan 24 sajak dengan ilustrasi terbaik karya Tere Liye. Sajak
tentang memiliki, juga tentang melepaskan. Sajak tentang pertemuan, juga
tentang perpisahan. Sajak tentang kebahagiaan, juga tentang kesedihan. Serta
tambahan sajak bergurau dengan perasaan. Berikut salah satu sajak terbaik yang
saya suka dari buku ini, yang berjudul “Sajak Embun dan Perasaan”, berikut ini
isi sajaknya :
“Kenapa embun itu indah?
Karena butir airnya tidak
menetes..
Sekali dia menetes, tidak ada lagi embun..
Kenapa purnama itu elok?
Karena bulan balas menatap
di angkasa..
Sekali dia bergerak, tidak ada lagi purnama..
Aduhai, mengapa sunset menakjubkan?
Karena matahari
menggelayut malas di kaki langit..
Sekali dia melaju, hanya tersisa gelap dan
debur ombak..
Mengapa pagi menentramkan dan dingin?
Karena kabut
mengambang di sekitar..
Sekali dia menguap, tidak ada lagi pagi..
Di dunia ini..
Duhai, ada banyak sekali momen-momen
terbaik..
Meski singkat, sekejap..
Yang jika belum terjadi langkah berikutnya..
Maka dia akan selalu spesial..
Sama dengan kehidupan kita, perasaan kita..
Menyimpan perasaan itu indah..
Karena penuh misteri
dan menduga..
Sekali dia tersampaikan, tidak ada lagi menyimpan..
Menunggu seseorang itu elok..
Karena kita terus
setia berdiri..
Sekali dia datang, tidak ada lagi menunggu..
Bersabar itu menakjubkan..
Karena kita terus
berharap dan berdoa..
Sekali masanya tiba, tiada lain kecuali jawaban dan
kepastian..
Sungguh tidak akan keliru bagi orang-orang yang paham..
Wahai, tahukah kita kenapa embun itu indah?
Karena
butir airnya tidak menetes..
Sekali dia menetes, tidak ada lagi embun..
Masa
singkat yang begitu berharga..”
Dari
sajak-sajak dan atau tulisan Tere Liye yang lain, saya menebak bahwa beliau
adalah pria kelahiran Sumatera, tapi tidak tahu pasti Sumatera bagian mana. Hal
ini dapat dirasakan dari gaya dan pilihan kata yang digunakan beliau, yang
menurut saya Sumatera banget, lebih tepatnya ke-melayu-melayu-an, sedikit mirip
dengan tulisannya Andrea Hirata.
Kenapa
saya menebak, kenapa tidak tahu persis. Karena saya memang bukan pecinta
tulisannya Tere Liye. Saya memperoleh buku ini dari seorang teman di hari jadi
saya beberapa waktu yang lalu. Dari hasil membaca buku kumpulan sajak ini, saya
menjadi lebih paham bahwa menulis itu semudah mengungkapkan perasaan secara
jelas, tak perlu kalimat yang bertele-tele, tak perlu memilih istilah yang
sulit dimengerti oleh pembaca. Just write
everything you want to write. Recommended
book dehh bagi pecinta sajak dan puisi. Sebagai penutup, “Menulislah,
karena melalui tulisan kita lebih bebas menerangkan perasaan”.
0 komentar:
Posting Komentar