ENSIKLOPEDI KELUARGA SAKINAH 03
Muhammad Thalib
III.
Hikmah dan Barakah Bersuami Saleh
1.
Memenuhi
Nafkah Keluarga
“Dari Abdullah bin ‘Amr r.a, ia berkata “
Rasulullah Saw telah bersabda: ‘seseorang telah cukup dikatakan berbuat dosa
karena menelantarkan orang yan menjadi tangungannya’” || HR. Abu Dawud, Nasa’i,
dan Hakim
Orang yang menjadi tanggungan dalam hadits
ini termasuk istri, anak, pembantu, atau karyawan, serta orang yang kebutuhan
hidupnya menjadi tanggung jawabnya.
Seorang suami yang saleh menyadari bahwa
memberi nafkah istri merupakan bagian dari kewajiban yang disyariatkan oleh
Allah dan RasulNya, dengan kesadaran seperti itu, suami yang saleh akan merasa
senang dan ringan memenuhi tangung jawab kepada istri dan keluarganya. Ia
menyadari bahwa semakin baik dia dapat memenuhi belanja istrinya, semakin besar
pahala akhirat yang akan ia terima, oleh karena itu ia tidak mengeluh dan kikir
kepada istrinya.
2.
Menempuh
Jalan Terhormat Mencari Nafkah
Dari Abu Hurairah r.a., ia berkata:
“Rasulullah Saw telah bersabda: ‘ Telah diperlihatkan kepadaku tiga golongan
yang mula-mula akan masuk surga dan tiga golongan yang mula-mula akan masuk
neraka. Adapun tiga golongan yang mula-mula akan masuk surga adalah orang yang mati syahid, budak yang
menjalankan ibadah kepada Tuhannya dengan baik dan jujur kepada tuannya, dan
kepala keluarga yang menjaga kehormatannya dengan baik dalam menanggung beban
keluarganya. Adapun tiga golongan yang mula-mula masuk neraka adalah penguasa
yang zalim, orang yang berlebihan hartanya tetapi tidak mau menunaikan hak
Allah yang ada pada hartanya, dan orang miskin yang bersikap congkak ‘” || HR
Ibnu Khuzaimah, Tirmidzi, dan Ibnu Hibban
Dalam hadits tersebut tercantum bahwa suami/
kepala keluarga yang menjaga kehormatan dalam menanggung beban keluarganya
merupakan salah satu golongan yang mula-mula masuk surga. Hadits tersebut
mengunakan kata ‘afif untuk suami
yang bermakna menjauhkan diri dari perbuatan tercela.
Istri yang bersuamikan pria saleh sangat
berbahagia karena suami selalu memenuhi kebutuhan nafkahnya dengan cara-cara
terhormat dan halal, tidak tercemar oleh barang dan makanan haram yang dapat
memasukkannya ke neraka.
3.
Memimpin
ke Jalan Lurus
Dari Hasan r.a, dari nabi Saw, beliau
bersabda: “ sesungguhnya Allah akan menanyai setiap pemimpin perihal yang
diurusnya, apakah ia melakukan dengan baik ataukah ia menelantarkan,
sampai-sampai seseorang kelak akan ditanyai tentang keluarganya” || HR. Ibnu
Hibban
Setiap orang
yang mengurus kepentingan orang lain wajib mempertanggungjawabkan urusannya
di hadapan Allah kelak, begitu juga seorang suami dan bapak akan dimintai
pertanggungjawaban atas kepemimpinannya terhadap anak dan istrinya.
Ia menyadari bahwa istri yang dikaruniakan
Allah kepadanya adalah orang yang harus diselematkan dari azab Allah dan
murkaNya. Oleh karena itu suami tidak akan memperbolehkan sesuatu yang dilarang
oleh Islam meskipun perbuatan itu dipandang remeh orang lain.
Dengan kepemimpinan suami yang baik, istri
selalu memperoleh perhatian dan bimbingan berperilaku yang benar dalam
kehidupan rumah tangga maupun bermasyarakat sesuai garis syariat Islam.
4.
Membimbing
agama Istri
Suami yang saleh menyadari perlunya
memberikan bimbingan agama dengan benar kepada istrinya agar istrinya tetap
menjadi wanita salehah. Ia sangat berkepentingan untuk selalu mengingatkan dan
menasehati istrinya sesuai ajaran Allah dan rasulNya. Suami saleh selalu
mengingatkan istri untuk menyadari dan meyakini bahwa jalan satu-satunya yang
dapat menyelamatkan diri dari kemurkaan Allah di dunia dan akhirat hanyalah
taat kepada Allah.
Istri yang mendambakan kehidupan rumah tanga
sakinah penuh berkah akan mencapai hal ini di bawah bimbingan suami yang saleh.
5.
Menjaga
Jarak dari Perbuatan Dosa
Tiga golongan yang Allah haramkan masuk surga
yaitu peminum minuman keras, anak yang
durhaka, dan dayyuts yaitu orang yang
membiarkan perbuatan maksiat pada keluarganya || HR. Ahmad
Suami saleh berkepentingan untuk menjadikan
istri dan keluarganya orang yang saleh. Ia menyadari bahwa keluarga saleh akan
berkumpul di akhirat kelak, bahkan menjadi satu di surga, seperti yang
tercantum dalam QS. Ath Thuur: 21.
Suami saleh
yakin bahwa untuk mendapatkan janji Allah seperti tersebut di ayat
tersebut, ia wajib menyelamatkan istri dan keluarganya dari segala macam
perbuatan maksiat, terutama sekali dalam rumahnya.
6.
Menjaga
Kehormatan dan Keselamatan Istri
Dalam sebuah hadits riwayat Ibnu Hibban dan
Tirmidzi, seorang istri diibaratkan sebagai “tawanan” suami. Bukan berarti
istri boleh diperlakukan sekehendak hati
suaminya, tetapi ia justru harus dijaga keselamatannya dan diberi pelayanan
sebaik-baiknya seperti halnya tawanan perang yang memiliki hak untuk dilindungi
kehormatan dan jiwanya.
Suami yang saleh tidak akan menceritakan aib
istri kepada siapapun atau membiarkan istri terancam keselamatannya. Ia tidak
mau menempatkan istri di lingkungan yang membahayakan kesehatan dan keselamatan
fisik, jiwa, dan kehormatannya.
Dengan bersuamikan pria saleh, istri akan sangat
bangga dan bahagia, bahkan ia tidak akan pernah ragu untuk menyerahkan diri
sepenuhnya kepada suami dalam urusan apa pun karena rasa percayanya kepada
suami.
7.
Memprioritaskan
Kepentingan Istri
Dari Abu Hurairah r.a, sesungguhnya pada
suatu hari Rasulullah Saw bersabda kepada para sahabatnya: “ Bersedekahlah
kalian! “Seseorang bertanya: “Wahai Rasulullah saya mempunyai uang satu dinar”
beliau bersabda:”Belanjakanlah untuk dirimu” ia berkata: “Sesungguhnya saya
mempunyai satu dinar lagi” belanjakanlah untuk istrimu!” ia berkata lagi :
“sesungguhnya saya mempunyai satu dinar lai” beliau bersabda “belanjakanlah
untuk anakmu” dia berkata lagi: “sesungguhnya saya mempunyai satu dinar lagi”
beliau bersabda “belanjakan untuk pelayan kamu” ia berkata “ saya masih
mempunyai satu dinar lagi” beliau bersabda “engkau lebih mngetahui dengan
uangmu itu” ||HR. Ibnu Hibban
Hadis tersebut menjelaskan bahwa suami
hendaknya mendahulukan kepentingan istri setelah kepentingannya sendiri
terpenuhi. Suami yang saleh akan setia memegang teguh tuntunan Rasulullah Saw
tersebut. Karena ia menyadari betapa penting posisi istri dalam kehidupannya
sehari-hari. Menyadari betul betapa penting keberadaan istri di sisinya dalam
membangun semangat, kemauan, dan tekadnya menjalani kehidupan.
8.
Meringankan
Beban Kerja Istri
Rasulullah Saw bersabda: “Perbanyaklah
saudaramu sekalian. Allah menjadikan mereka sebagai budak (pembantu) di bawah
tanganmu. Barangsiapa yang saudaranya di bawah tangannya, hendaklah ia beri
makan dari makanannya, ia beri pakaian dari pakaiannya, dan janganlah ia bebani
pekerjaan yang memberatkannya. Jika ia membebani pekerjaan yang memberatkannya,
hendaklah ia membantunya’” || HR. Tirmidzi
Hadits tersebut menjelaskan bahwa jika
seseorang menanggung kebutuhan orang lain, maka ia wajib mencukupi kebutuhan
makan, minum, dan pakaiannya, serta meringankan beban kerjanya.
Maka, suami yang saleh menyadari bahwa
istrinya merupakan amanah yang wajib dijaga, sehingga ia akan berusaha
meringankan beban istri. Ia tidak menjadikan kekurangan sisi kekurangan istri
sebagai alat untuk menyalahkan atau menyudutkannya.
9.
Mencurahkan
Kasih Sayang Sepenuh Hati
Dari Aisyah r.a ia berkata: “Rasulullah Saw
telah bersabda ‘ Orang beriman yang paling sempurna imannya adalah yang terbaik
akhlaknya dan penuh kasih sayang kepada keluarganya (istrinya).’”|| HR. Ahmad
Suami yang saleh tidak ingin dibenci Allah,
apalagi mendapatkan murka dan siksaNya, ia akan berusaha sekuat tenaga
memberikan kasih sayang, kecintaan, dan kesetiaannya kepada istri dan keluarganya.
10. Mitra Baik Menyalurkan
Kebutuhan Seksual
“Jika seseorang di antara kamu menyenggamai
istrinya, hendaklah ia melakukannya dengan penuh kesungguhan. Apabila ia telah
menyelesaikan kebutuhannya (puas) sebelum istrinya mendapat kepuasan, janganlah
ia terburu-buru mencabut (penisnya)
sampai istrinya memperoleh kepuasan” || HR. ‘Abdurrazaq dan Abu Ya’la
dari anas
Suami yang saleh menyadari bahwa istrinya
memiliki hak yang sama untuk mendapatkan kepuasan. Ia tidak boleh hanya mengusahakan kepuasan dirinya sendiri
dan mengabaikan tuntutan kepuasan istrinya.
11. Romantis Saat Berdua
Dari Aisyah: “Sesungguhnya (Rasulullah) Saw
bila menyendiri dengan istrinya, ia merupakan orang yang sangat lembut dan
mulia, tertawa dan tersenyum.” ||HR. Ibnu asakir
Hadits tersebut menggambarkan sayang dan
mesra Rasulullah ketika berduaan dengan istrinya. maka, suami saleh menyadari
bahwa memperlakukan istri dengan mesra dan kasih sayang adalah suatu perbuatan yang mendapat pahala
dari Allah karena melaksanakan sunah Rasulullah Saw.
12. Romantis Memperlakukan Istri
Diriwayatkan dari ‘Irbadh bin Sariyah r.a.,
ia berkata: “Saya mendengar Rasulullah Saw bersabda: ‘ Sesungguhnya seorang
suami apabila meminumkan air minum kepada istrinya akan diberi pahala’”... ||
HR. Ahmad dan Thabrani
Hadits tersebut memberikan petunjuk yang
tepat untuk suami yang saleh tentang memperlakukan istri secara romantis. Ini
merupakan peluang suami untuk dapat lebih mendekatkan diri kepada istri
sekaligus mendapatkan pahala.
13. Mendapat Hiburan yang Baik
Suami yang saleh menyadari bahwa terkadang
manusia mengalami hal-hal yang menegangkan, merisaukan, mengkhawatirkan, atau
pun membuat panik. Oleh karena itu, ia pun menyadari perlunya hiburan untuk
mengusir semuanya. Memberikan hiburan kepada istri merupakan salah satu
pemberian tambahan yang keutamaannya
seperti keutamaan shalat berjamaan dibanding shalat sendiri (HR. Ibnu Abi
Syaibah)
14. Tidak Mempersoalkan
Kelemahan Istri
Dari Abu Hurairah r.a ia berkata: “Rasulullah
bersabda: ‘Seorang mukmin tidak boleh membenci seorang mukminat. Jika ia tidak
menyukai suatu tingkah lakunya, boleh jadi ia menyenangi tinkah lakunya yang
lain’ “ || HR. Muslim
Suami yang saleh menilai istrinya dengan
adil, ia menyadari bahwa istrinya memiliki kekurangan, tetapi ia memilih
memikirkan kelebihannya juga. Ia menyadari bahwa setiap orang memiliki sisi
negatif. Ia menyadari bahwa perempuan yang kini menjadi istrinya adalah
pasangan terbaik yang dipilihkan dan diridhai Allah baginya.
15. Memadu dengan Adil
Suami yang saleh menyadari bahwa
mempertahankan kesalehan dan ketakwaan kepada Allah merupakan kunci utama
kebahagiaan dunia dan akhirat. Ia menyadari bahwa poligami bukanlah hal yang
mudah dilaksanakan. Jika ia gagal berlaku adil sesuai syariat Islam, ia harus
mempersiapkan diri mendapatkan azab yang berat di akhirat.
0 komentar:
Posting Komentar