Judul Buku: The
Kill Order (Maze Runner Series, #0.5)
Penulis:
James Dashner
Tebal Buku: 327
halaman
Penerbit:
Delacorte Press
Tahun Terbit:
2012
Buku ini bercerita tentang Mark dan Trina, yang bertemu dengan
Alec, seorang mantan tentara, dan Lana, mantan perawat ketentaraan, setelah
badai matahari melanda bumi. Tokoh lainnya adalah Darnell, Misty, dan the Toad,
yang sama-sama merupakan survivor dari badai matahari. Kisah bagaimana
Mark dan Trina bisa bertemu dengan orang-orang ini diceritakan melalui
mimpi-mimpi Mark yang selalu “menghantuinya” setiap kali tidur, saat badai
matahari pertama kali melanda bumi. Diceritakan, Mark dan Trina sedang berada
di dalam kereta bawah tanah ketika kereta tiba-tiba berhenti, dan terdengar
teriakan-teriakan memilukan dari permukaan tanah. Ketika Mark dan Trina mencoba
mencari tahu, yang mereka temukan adalah orang-orang di permukaan tanah yang
sedang berteriak kesakitan, dengan kulit-kulit mereka yang seolah meleleh.
Panas saat itu benar-benar membakar. Mereka pun memutuskan untuk tetap berada
di bawah tanah, dan saat itulah mereka akhirnya bertemu dengan Alec serta Lana,
yang akhirnya mempertemukan mereka dengan Misty dan the Toad. Dengan kemampuan
serta perlindungan dari Alec dan Lana, mereka pun mampu bertahan hingga sampai
di pemukiman pengungsi di Pegunungan Appalachian.
Suatu hari, ketenangan mereka terusik dengan kedatangan sebuah
pesawat asing dengan orang-orang berbaju hijau aneh yang menembakkan
panah-panah mematikan. Mark dan Alec mencoba masuk ke dalam pesawat untuk
mencari tahu siapa orang-orang itu sebenarnya. Alih-alih bertemu dengan awak
pesawat, mereka justru menemukan kotak berisi anak-anak panah itu, yang
ternyata tidak hanya membawa racun, tetapi juga virus yang bukan hanya
mematikan satu orang, namun juga dapat menular. Hal itu terbukti ketika Mark
dan Alec kembali ke pemukiman mereka. Lana mengatakan pada mereka bahwa
Darnell, yang telah tertembak panah beracun itu, jadi bersikap aneh. Dia
berteriak-teriak sambil memukul-mukul kepalanya, mengeluhkan tentang “sesuatu
di dalam otaknya,” dan bersikap seperti orang gila. Pada akhirnya, Darnell
tewas setelah membentur-benturkan kepalanya ke tembok.
Melihat hal ini, ditambah dengan adanya kemungkinan mereka semua
tertular, Alec mengajak teman-temannya untuk pergi ke markas pesawat tersebut
dan mencari tahu apakah mereka punya penawarnya. Dengan peta di dalam workpad
yang mereka temukan di dalam pesawat, serta kemampuan Alec sebagai seorang
tentara, mereka pun bersiap untuk memulai perjalanan. Tepat sebelum mereka
berangkat, Misty mendadak mengeluhkan sakit kepala. Dia tahu dia akan menjadi
seperti Darnell, jadi dia memohon kepada kawan-kawannya untuk meninggalkannya.
The Toad, sahabat terdekat Misty, menolak meninggalkannya sendirian. Walau
sudah dipaksa pergi, the Toad tetap bersikeras. Akhirnya, dengan berat hati,
Mark dan yang lainnya meninggalkan kedua sahabat itu di pemukiman. Hingga pada
suatu malam, ketika sedang berhenti sebentar untuk beristirahat, the Toad
tiba-tiba muncul membawa berita buruk: Misty telah meninggal di dalam
pelukannya. Bukan hanya itu saja, dia juga mengatakan bahwa dia kemungkinan
besar sudah tertular. Pernyataan terakhirnya tidak memerlukan waktu lama untuk
dibuktikan, karena tiba-tiba dia menunjukkan gejala yang persis seperti Misty
dan Darnell. Dengan sigap, Alec menarik the Toad ke dalam hutan. Tidak lama kemudian,
Alec kembali dengan tangan berlumuran darah.
Perjalanan mereka pun berlanjut hingga mereka menemukan pemukiman
kosong yang penuh dengan mayat bergelimpangan. Tiba-tiba, muncul seorang gadis
kecil yang memperkenalkan diri sebagai Deedee. Gadis itu mengatakan bahwa semua
penduduk telah pergi dan meninggalkannya sendirian, karena dia tidak mati
maupun menjadi gila, walaupun sudah tertembak oleh panah beracun dari langit.
Bahkan, anak itu menambahkan, para penduduk menyebut-nyebutnya sebagai anak
setan. Atas dasar kasihan, Trina memohon kepada Alec untuk membawa serta gadis
itu. Alec pun mengizinkan, dengan syarat semua orang harus lebih berhati-hati.
Suatu malam, dari arah hutan, terdengar nyanyian dan lolongan yang
aneh dan menakutkan. Deedee mengatakan bahwa itu adalah para penduduk dari
pemukimannya. Mark dan Alec pun mencoba memeriksanya, dan mereka nyaris
terbunuh di sana. Ketika berhasil kabur, mereka mendapati ketiga teman mereka
sudah tidak ada di tempat. Sekali lagi, dengan kemampuan Alec mencari jejak,
mereka menemukan tempat di mana Trina, Lana, dan Deedee kemungkinan besar
diculik, yaitu sebuah tempat pendaratan pesawat—pesawat yang sama dengan yang
menyebarkan virus ke pemukiman mereka. Di sana mereka bertemu dengan Anton,
seorang lelaki yang tampak lemah, yang terus-menerus menangis dan menyebutkan
bahwa Deedee adalah anak yang berharga, karena dia diduga kebal dengan virus
dari anak panah beracun yang mereka sebarkan. Mereka juga
menemukan kenyataan bahwa, bahkan para penyebar virus itu tidak terlepas dari
kemungkinan untuk tertular. Sayangnya, mereka tidak menemukan teman-teman
mereka di sana. Mereka justru nyaris tertangkap dan nyaris terbunuh. Saat
berusaha kabur dengan salah satu pesawat itulah, Mark merasakan sensasi aneh di
dalam dirinya, seolah-olah dia begitu menikmati membunuh orang-orang yang
berusaha menyerangnya. Dia pun mulai khawatir telah tertular virus berbahaya
tersebut.
Singkat cerita, Mark dan Alec menemukan ketiga teman mereka di
sebuah pemukiman, yang sayangnya, semua penduduknya telah berubah menjadi gila.
Alec membekali dirinya dan Mark dengan Transvice, senjata yang mampu
menghancurkan manusia menjadi debu, hanya dengan sekali tembak. Mereka melihat
Lana untuk pertama kalinya, melihatnya ditarik dari sebuah rumah dan disiksa
oleh tiga orang lelaki yang sudah kehilangan akal sehat mereka. Alec menembak
mereka dengan Transvice, dan untuk mengakhiri penderitaan Lana, Alec pun
mengubahnya menjadi debu, walau itu adalah hal yang sangat menyedihkan bagi
Alec, karena Lana telah setia menemaninya selama ini.
Seolah belum cukup menyedihkan, ketika menemukan Deedee dan Trina,
Mark dan Alec dihadapkan dengan kenyataan lain: Trina juga tertular, dan dia sama
sekali tidak mengingat Mark maupun Alec. Ini sangat menghancurkan hati Mark, karena
Trina adalah satu-satunya orang dari masa lalunya yang masih hidup hingga saat
itu, sekaligus orang yang selalu dia cintai.
Ketika akhirnya mereka bergegas pergi dari tempat itu, Alec
mengeluhkan ada sesuatu yang salah dengan kepalanya. Mark tidak ingin semua
berakhir begitu saja. Dia meminta Alec bertahan dan menerbangkan mereka ke Asheville,
di mana markas utama pesawat-pesawat itu berada. Dalam perjalanan inilah, Mark
menemukan sebuah workpad berisi informasi berharga, yang menyatakan bahwa
penyebaran virus ini memang sudah direncanakan untuk mengurangi populasi
penduduk, karena semakin berkurangnya sumber daya di bumi.
Sesampainya di Asheville, Mark segera membawa Trina dan Deedee menuju
Flat Trans, sebuah alat semacam portal, yang akan mengantarkan orang yang
melewatinya menuju Alaska, tempat aman terakhir di muka bumi. Mark menyerahkan
kertas berisi memo pada Deedee, untuk siapa pun yang nanti menemukan gadis
kecil itu, yang menyatakan bahwa Deedee kebal terhadap virus mematikan yang
mereka sebut the Flare. Mark segera menyuruh Deedee masuk ke dalam Flat Trans,
sebelum akhirnya para penjaga di markas utama itu menemukan mereka. Di saat
terakhir itulah, ketika sedang berpelukan erat, Trina menyebutkan nama Mark.
***
Membaca novel yang bertema dystopia (tempat atau keadaan
imajinatif yang buruk, biasanya tentang lingkungan yang terdegradasi secara
total) seringkali mengantarkan pembacanya pada satu pertanyaan, “Bagaimana
keadaan sebelumnya?” dan para penulis menjadi tertantang untuk menceritakannya.
The Kill Order adalah jawaban atas tantangan itu, ketika serial Maze
Runner menuai kesuksesan hingga buku pertamanya, The Maze Runner,
difilmkan pada tahun 2014, yang menambah kesuksesannya. Jadi, saya sarankan,
sebelum membaca buku ini, bacalah seri yang lainnya, karena prequel memang
ditujukan bagi orang-orang yang sudah membaca seri yang lainnya sampai selesai.
Buku ini nantinya akan menjadi pelengkap informasi yang ada di seri lainnya.
Cerita tentang badai matahari, zombie, dan tema dystopia
lainnya memang sedang menjadi tren saat ini. James Dashner adalah salah satu
penulis yang berhasil menuangkan imajinasi tentang keadaan itu ke dalam sesuatu
yang tampak begitu realistis, dengan pilihan kata dan aliran plot yang
mendorong kita untuk membacanya hingga akhir. Walau tidak sebombastis seri yang
lainnya, The Kill Ordertetap memiliki daya tarik sebagai penghubung dari
setiap kejadian yang ada di seri lainnya.
Buku ini mungkin pantas disandingkan dengan serial Divergent
atau The Hunger Games. Sarat dengan aksi dan kekerasan, buku ini memang
ditujukan untuk pembaca young adult di atas 12 tahun. Buku ini mungkin
akan menimbulkan berbagai pertanyaan, seperti mungkinkah hal semacam ini akan
muncul di masa depan, bagaimana kita menghadapinya, hingga pada pertanyaan
mengapa novel semacam ini begitu laris di pasaran, terutama di kalangan pembaca
young adult. Sedikit banyak buku ini, atau seluruh serinya, mengaburkan
keberadaan Tuhan sebagai pengatur, karena serial ini menceritakan tentang
propaganda dan intrik yang dilakukan oleh manusia kepada manusia yang lain.
Bukan berarti hal ini menjadi penahan untuk membaca buku dengan tema sejenis.
Buku semacam ini mungkin tidak hanya bisa dinikmati, tetapi juga mampu menjadi
bahan diskusi tentang dunia kita saat ini.
Resumed by:
Nabila
0 komentar:
Posting Komentar