Judul : STOP MENJADI GURU
Penulis : Asep
Sapa’at
Penerbit : Tangga Pusaka
Tahun Terbit : 2012
Kategori : Pendidikan
Buku STOP MENJADI GURU adalah potret pendidikan
Indonesia, ada bagian yang membanggakan, memalukan, atau malah memilukan.
Banyak kisah heroik dari para guru yang ditugaskan di pelosok Nusantara dan
penuh dedikasi tinggi mengemban misi: mencerdaskan generasi masa depan bangsa.
Namun, tidak sedikit pula guru yang hanya menjadikan guru sebagai mata
pencaharian atau malah menjadi ‘hamba’ sertifikasi. Secara tidak sadar, itu
sama saja mencoreng corp pendidik. (Sapa’at, 2012).
Buku yang ditulis oleh Asep Sapa’at ini tidak hanya mengisahkan
perjuangan menjadi guru teladan yang mencintai profesi guru, lebih dari itu,
buku ini mengajak para guru Indonesia untuk merefleksikan makna guru, mengapa
menjadi guru dan pantaskah kita menjadi guru. Dalam buku ini dipaparkan
beberapa kisah perjalanan beberapa guru inspiratif dalam melaksanakan kecintaan
akan profesi guru dan ajakan berupa inspirasi dan persepsi untuk mengenali jati
diri keguruan yang sesungguhnya.
Sebut saja Erin Gruwell, penulis The Freedom Writer, sosok guru kreatif dan inspiratif yang telah
mengubah hidup para siswanya lewat aktifitas menulis. Tantangan terbesar dalam
kariernya adalah harus menghadapi para siswa dari kalangan multietnis, terlibat
dalam gangster, peredaran narkoba dan
terlibat dengan masalah sosial lainnya. situasi kelas sangat tidak kondusif.
Setiap siswa, satu sama lain, mudah sekali terlibat konflik, baik di dalam
maupun diluar kelas. Tidak mudah, beliau sempat mengalami penolakan tapi
kecintaannya akan murid-muridnya akhirnya mengantarkannya menjadi guru idola
yang mampu membuat siswa-siswanya mematuhi peraturan serta berkeinginan untuk
belajar. Tidak sekedar menjadi guru yang mengajar, lebih dari itu, beliau
memasuki dunia siswa-siswanya dan menawarkan solusi bagi permasalahan yang
mereka hadapi.
Ada juga ibu Siti Waliyati, seorang guru sekolah dasar
di SDN 8 Langkahan, Aceh Utara, sebuah pedalaman yang sangat jauh dari kota.
Dicapai dengan akses jalan berliku dan berbatu, berlumpur di musim hujan dan berdebu di musim kemarau. Beliau
menggeluti profesi guru tanpa risau dengan status guru honorer serta bergaji
sangat kecil tapi tetap menunjukkan profesionalisme sebagai seorang guru yang
mencintai profesinya. Melalui sebuah perlombaan inovasi media pembelajaran,
terlihat daya inovasinya yang luar biasa. Bukan dengan bahan-bahan yang harus
dibeli, melainkan hanya dengan barang-barang bekas dan benda-benda alam, beliau
mampu menciptakan media pembelajaran yang kreatif, inovatif dan berguna.
Itulah yang disebut guru. Mengajar dan mendidik tanpa
batas, tidak terbatasi fasilitas dan tidak terbatasi oleh uang sebab
kreatifitas dapat menjangkau sebagian besar dari apa yang dibutuhkan dalam
proses pembelajaran. Jika masih ada yang mengeluh tak dapat mengajar maksimal
karena alasan jarak apalagi gaji, maka mereka sesungguhnya belum siap atau
mungkin tidak mau siap untuk menjadi guru.
Menjadi guru bukan berarti menjadi sumber ilmu, melainkan fasilitator dalam
menemukan pengetahuan. Oleh karena itu, jangan pernah berhenti belajar jika
ingin menjadi guru. Guru yang hebat akan bangga jika mampu mencetak siswa yang
lebih hebat atau unggul dari dirinya. Dia akan terlecut untuk terus meng-up-grade
diri dan ilmunya. Bukan sebaliknya, berpuas diri dengan kemampuan yang
dimiliknya. Wahai para guru, mari kita tunjukkan bahwa kita adalah guru hebat
itu yang bisa mengubah Indonesia yang lebih baik.
Reviewed by: Jayanti
0 komentar:
Posting Komentar