Sabtu, 23 Juli 2016

Breaking Night: Homeless to Harvard








Tuhan, berikanlah aku ketenangan untuk menerima hal-hal yang tak dapat kuubah, keberanian untuk mengubah hal-hal yang dapat kuubah, dan kebijaksanaan untuk mengetahui perbedaannya.

Doa itulah yang sering diulang-ulang tokoh utama bernama Elizabeth Murray yang lebih suka dipanggil Liz. Novel ini menceritakan kisah hidup penulis sebelum akhirnya menginspirasi banyak orang di berbagai negara dan mendirikan sekolah khusus tunawisma pertama di Amerika. Liz kecil dikenalkan kepada ayahnya saat berusia 3 tahun, saat itu ayahnya baru saja keluar dari penjara karena profesinya sebagai pengedar narkoba, Ma (ibunya) yang juga membantu ayahnya dalam memproduksi narkoba dibebaskan karena saat itu sedang mengandung Liz sekaligus mengasuh Lisa-kakaknya Liz-dan memiliki sedikit gangguan mental karena kehidupannya di masa kecil yang keras. Keluarga Liz memenuhi kebutuhannya sehari-hari dengan mengandalkan cek dinas sosial yang dibagikan kepada keluarga miskin di Amerika.

Orang tua Liz adalah pecandu narkoba yang rela membiarkan anak-anaknya kurang makan bahkan tidak makan berhari-hari untuk kokain. Ayah Liz sebenarnya seorang yang cerdas dan sangat mencintai buku-buku, Seringkali ayahnya meminjam buku di berbagai perpustakaan dan tidak pernah mengembalikannya sehingga anak-anaknya terbiasa untuk membaca buku-buku bagus di rumahnya. Sejak kecil, Liz dan kakaknya sudah terbiasa menyaksikan kedua orang tuanya sakau dan menggunakan narkoba di rumahnya, dan meskipun Liz membenci perbuatan orang tuanya yang tidak bertanggung jawab, ia selalu bersikap baik pada keduanya bahkan menemaninya ditengah malam untuk membeli narkoba.

Liz sebenarnya bukan orang yang bodoh, namun kehidupannya di sekolah yang sering menjadi bahan ejekan teman-temannya serta direndahkan guru-gurunya menjadikan Liz seorang yang sangat membenci sekolah dan selalu membolos. Kehidupan Liz semakin kacau semenjak Ma keluar masuk rumah sakit jiwa dan didiagnosis terkena AIDS, ayahnya yang seakan tak memperdulikannya, ia yang meninggalkan sekolah dan lebih memilih untuk bekerja apa saja untuk sekedar memenuhi kebutuhan perutnya. Meskipun begitu, buku-buku ayahnya dirumah membantunya untuk lulus SD dan SMP dengan nilai pas-pasan setelah sebelumnya ia sempat dibawa dinas sosial ke penampungan karena seringnya membolos sekolah. Setelah menjalani hari-hari di penampungan akhirnya Liz tinggal ditempat baru yang merupakan apartemen pacar baru Ma, Brick. Sementara Liz tinggal dirumah Brick, ayahnya dibawa ke penampungan karena dinas sosial tak lagi mau membiayai hidupnya. Ma meninggalkan suaminya dan memulai hidup baru tanpa narkoba. Liz sejak awal sudah membenci Brick meskipun ia yang membiayai kebutuhan mereka semua. Terlebih Brick sangat kasar pada Ma meskipun ia tahu bahwa Ma semakin lemah karena penyakit yang menggerogotinya.

Di sekolah barunya, Liz tetap saja membolos dan membenci guru-gurunya meskipun saat itu Liz sudah memiliki banyak teman yang sangat menyayanginya. Liz akhirnya benar-benar meninggalkan sekolah dan kabur dari rumah. Liz menggantungkan masa depannya pada Carlos, anak jalanan yang sedang menunggu warisan dari ayahnya dicairkan. Tanpa tempat tinggal yang jelas, mereka berpindah dari satu rumah teman ke rumah temannya yang lain, mengutil makanan di swalayan, meminta-minta, dan mengandalkan teman-temannya. Liz masih menyayangi kedua orangtuanya namun ia sudah benar-benar membenci sekolah dan tak mau berurusan lagi dengan dinas sosial serta tempat penampungan. Beberapa tahun Liz menjadi tunawisma berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya. Hingga pada suatu hari ia mendapat kabar bahwa Ma meninggal, perasaannya hancur karena ia sadar dirinya justru tidak berada disamping Ma di saat-saat dibutuhkan, betapa dulu Ma sangat berharap Liz bisa bersekolah tinggi dan memiliki pilhan untuk bisa hidup dengan layak.

Liz dilema berat sebelum menjadi benar-benar sadar bahwa ia harus mengubah hidupnya sendiri ketika mengetahui Carlos yang dicintainya juga menjadi pecandu narkoba, uang warisannya dihambur-hamburkan untuk membeli narkoba dan mungkin juga mengedarkannya. Liz hilang arah, ia berbicara pada dirinya sendiri tentang berbagai kemungkinan untuk mengubah keadaannya. Kali ini ia bertekad untuk benar-benar menentukan masa depannya, ia tidak bisa mengubah masa lalunya namun masa depannya masih bisa diciptakan pikirnya. Pasti ada hal yang bisa dilakukan.

Bagaimana perjuangan Liz supaya bisa bertahan untuk sekolah tanpa membolos lagi?Bagaimana Liz membiayai hidup dan sekolahnya kali ini? Apakah keluarganya bisa bersatu lagi?Apa yang membuatnya percaya diri dan bisa kuliah di universitas top dunia, Harvard University?


Buku ini cukup melelahkan untuk dibaca, karena lebih dari 450 halaman bercerita tentang kondisinya yang memprihatinkan, kesulitannya dalam menjalani hidup, orang tua yang sangat tidak bertanggung jawab dan tidak mampu memenuhi kebutuhan hidup anak-anaknya, dan keterbatasan-keterbatasan lainnya. Keadaan inilah yang membentuk karakter Liz untuk memiliki pemikiran yang dewasa dibandingkan usia sebenarnya, mengajarkannya untuk bijak dan memahami setiap keadaannya. Doa yang sering diucapkannya menjadikan ia kuat. Buku ini menyadarkan saya bahwa impian yang besar harus dibarengi dengan usaha dan keyakinan yang jauh lebih besar, tidak bisa setengah setengah. Akan Ada hal-hal yang tidak bisa diubah dalam hidup, tapi kita selalu punya hal yang bisa dilakukan yang akan mengantarkan pada pilihan-pilihan lainnya. Tidak mencoba akan berakhir pada kata ‘tidak’ namun ketika kita mencoba akan memberikan lebih dari satu pilihan. Doa yang Liz tulis mengingatkan saya dengan beberapa ayat ini “Allah tidak akan membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya… “ (QS. Al Baqarah: 286) dan “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum kecuali kaum itu sendiri yang mengubah apa apa yang pada diri mereka “ (QS. Ar Ra'd: 11). Tetap semangat, kesempatan masih terbuka lebar.

Judul buku           : Breaking Night
Nama Penulis      : Liz Murray
Penerbit              : Mizan (terjemahan Indonesia)
Tahun Terbit        : 2013
Jumlah Halaman  : 510 halaman
Nama Peresume  : Mustika Rizky Amalia

To Live (Hidup)





Pada awalnya, Fugui adalah seorang anak saudagar kaya yang hobi berjudi dan bermain wanita. Sejak kecil dia telah membuat banyak orang kewalahan dengan sikapnya. Namun, sebagai seorang anak tuan tanah yang terhormat, tidak ada yang berani menghentikannya. Hingga suatu hari, sebuah kecerobohan di meja judi menghancurkan kehidupannya. Seluruh harta keluarganya habis untuk melunasi hutang-hutangnya. Dia dan seluruh keluarganya terpaksa angkat kaki dari rumah besar yang telah menjadi warisan turun-temurun keluarga Xu.
Tidak lama berselang setelah kepindahan mereka dari rumah besar ke sebuah gubuk beratap jerami, ayah Fugui meninggal. Kemudian, istrinya, Jiazhen, yang sedang hamil anak keduanya, dipaksa pulang oleh orangtuanya. Ketika anak kedua itu telah berumur setengah tahun, Jiazhen kembali ke gubuk itu untuk membantu pekerjaan di sawah. Kehidupan memang tidak menyenangkan, tetapi keutuhan keluarga jelas mendamaikan.
Situasi politik di Cina saat itu sedang bergejolak, membuat masa depan rakyat semakin tidak jelas. Fugui mungkin jatuh miskin dan tinggal di gubuk, tetapi bukan dia yang kemudian menghadapi hukuman mati yang dijatuhkan kepada tuan-tuan tanah. Ada pula saatnya dia ditarik untuk menjadi seorang tentara, tetapi bahkan ketika jatah pangan semakin menipis, dia tidak menjadi satu di antara yang mati karena sakit maupun kelaparan.
Sayangnya, ujian kehidupan Fugui tidak berhenti sampai di situ. Takdir seolah-olah tidak membiarkannya mati walau telah ada banyak hal yang dia alami, tetapi orang-orang terdekatnya justru meninggalkannya lebih dulu. Setelah ayahnya, ibunya meninggal karena penyakit tua. Anak pertamanya, Fengxia, meninggal karena kehabisan darah setelah melahirkan. Anak keduanya, Youqing, meninggal karena kehabisan darah juga, walau dengan penyebab yang berbeda. Setelah itu, istrinya, menantunya, cucunya, hingga teman seperjuangannya selama menjadi tentara, menyusul satu per satu.
Hingga hari tuanya, Fugui hidup sendirian ditemani oleh seekor sapi yang dia beri nama seperti namanya. Sapi inilah yang menjadi simbol dirinya—sebatang kara, tanpa keluarga, tetapi tidak kunjung juga dipanggil untuk meninggalkan dunia. Ketika seorang pengelana muda mendekatinya, saat itulah Fugui menceritakan kisah hidupnya.

Judul buku                       : To Live (Hidup)
Nama penulis                   : Yu Hua
Penerbit                           : Gramedia Pustaka Utama
Tahun terbit                      : 2015
Jumlah halaman                : 221 halaman

Resume oleh: Nabila