Kamis, 22 September 2016

How to Write a Lot: A Practical Guide to Productive Academic Writing



Buku yang sangat mencerahkan! How to Write a Lot adalah buku non akademik yang santai tapi jleb jleb. Buku tipis ini sebenarnya lebih menjadi sebuah buku motivasi untuk para mahasiswa maupun dosen agar menulis lebih banyak publikasi akademik dengan Bahasa yang santai dan mengalir. Tidak terlalu formal tapi sangat mudah dipahami seperti penulis yang berbicara langsung kepada kita.

Dr. Silvia (laki-laki) sangat pandai memainkan kata demi kata dalam Bahasa Inggris yang sederhana tapi emosinya masuk. Ini buku semacam tutorial tapi main emosi. Serius. Contohnya nih, pada bagian pembukaan, seperti buku pada umumnya, ada halaman “mukadimah” yang merangkum isi buku dan apa tujuan ditulisanya buku ini. Di sini Silvia dengan gaya bahasanya mendeskripsikan apa masalah-masalah yang biasa dihadapi oleh penulis yang membuat saya jadi baper “Ih iya banget siiih…. Pak Silvia ngerti banget siiih”. Ternyata setelah menengok biografi penulis di bagian belakang, Silvia memang adalah peneliti di bidang psikologi dan focus ke analisa emosi. Dan ia adalah penulis yang produktif. Jadi klop lah.

Jadi, buku ini bilang riset itu (anehnya) menyenangkan, tapi menulis tentang riset tidak. Frustating, complicated, dan un-fun. Apalagi jika kita tahu kalau reviewer tak dikenal hanya akan membuang manuskrip kita seperti debu di karpet. Ouch! Sakiiiiit……. Jadi memang benar, menulis itu berat tapi bisa banyak menulis juga bukan merupakan bakat. Ianya harus dipelajari dan dilatih meskipun academic writing entah bagaimana bisa jadi drama (kalau kata Silvia “sordid drama”). Jika kamu punya banyak sekali data riset, tapi rasanya tak ada waktu untuk menulis, atau rasanya menulis itu sangat susah, buku ini memang buku yang tepat. Silvia katakan, buku ini tidak akan membuat menulis menjadi lebih menyenangkan, tapi setidaknya buku ini membuat menulis menjadi lebih mudah dan tidak terlalu berat (tentu jika kita ‘mengamalkan’ setiap wejangan demi wejangannya).

Pada bab 2, Silvia menyebutkan 4 alasan yang kedengarannya wajar (specious barrirer) tapi menjadi penghalang besar untuk menjadi penulis yang produktif.
1.       “Aku tidak ada waktu untuk menulis!”, “Aku bisa menulis lebih banyak kalau aku punya lebih banyak waktu”. Stop katakan itu. Solusinya adalah BUAT JADWAL KHUSUS. Buat jadwal khusus dalam sepekan untuk fokus menulis. Silvia mencontohkan dirinya sendiri. Ia memiliki jadwal menulis yang tidak bisa diganggu gugat dari hari Senin sampai Jum’at jam 8:00-10:00 pagi. Hanya menulis! Jangan pernah ada yang bisa menginterupsi jadwal menulismu, baik itu sekedar mandi, sarapan, minum kopi, cek email, atau janjian diskusi dengan teman. Pokoknya tentukan jadwal, dan patuhi. Hanya menulis! Silvia sangat frontal dan ketat dengan jadwal menulisnya. Dia tidak segan-segan menyarankan untuk terpaksa berbohong jika ada ajakan apapun dari teman (atau bahkan dosen) tapi tidak enak untuk menolak atau malas berdebat. Karena orang lain kadang tidak akan paham pentingnya menyelamatkan “writing schedule” ini.  
2.       “Aku perlu analisa dulu”, “Aku perlu baca paper dulu” atau alasan lain yang seolah-olah wajar untuk menunda menulis. Solusinya, katakan TIDAK untuk alasan-alasan itu. Kalau memang butuh membaca referensi, lakukan itu di luar jadwal menulis, atau jika terpaksa, bolehlah sesekali membacanya di jadwal menulis sambil tetap menulis.
3.       “Untuk bisa menulis banyak, aku butuh computer, kursi yang nyaman, printer laser yang Ok, dll”. Alasan saja itu lah. Pakai saja fasilitas yang kamu sudah kamu punya apa adanya. Untuk dapat menulis kamu hanya butuh kertas dan pensil. (hal.22)
4.       “Aku menulis kalau sedang ingin menulis”, “Aku menulis kalau dapat inspirasi”. Silvia menunjukkan beberapa hasil penelitian bahwa menulis hanya pada saat mendapat inspirasi tidak akan membuatmu lebih produktif. Paksa dirimu untuk menulis di jadwal menulis. Ada atau tidaknya inspirasi harus tetap menulis. Selalu ada bahan untuk ditulis.

Kesimpulannya, untuk menjadi produktif, lupakan semua alasan itu dan patuhi jadwal menulismu. Jadwal menulis adalah harga mati. Jika kita sudah bisa mentaati jadwal menulis, sekarang kita bahas bagaimana menulis yang efektif.
1.       Tentukan target. Buatlah daftar target yang harus kamu selesaikan di jadwal menulismu. Hal ini memudahkan kita untuk memonitoring apa yang akah kita tulis. Buat yang se-spesifik mungkin seperti :
a.       Menulis paling sedikit 200 kata
b.      Print draft yang pertama kubuat kemarin, baca,  dan revisi
c.       Buat outline untuk manuskrip baru
2.       Tentukan prioritas. Di antara daftar targetmu, pilihlah mana yang menjadi prioritas utama. Jika kamu ada manuskrip yang harus direvisi dan resubmit, biasanya revisi ada batas waktunya, jadi jadikan ia menjadi prioritas utama. Utamakan pekerjaan-pekerjaan yang ada batas waktunya.
3.       Monitoring progress. Buat table di excel atau SPSS tentang apa saja yang sudah kamu capai di jadwal menulismu. Jadwal menulis hari ini mencapai target atau tidak. Buat checklistnya. Dengan monitoring ini, kamu tahu sejauh mana produktifitas kamu, dan sejauh mana kamu bisa memenuhi target yang kamu buat sendiri.

Kalau rasanya berjuang sendiri itu susah, buat group untuk saling mengingatkan.  Kumpulkan beberapa teman, sampaikan kapan saja jadwal menulis kita, buat targetan-targetan dan prioritas, dan monitor bersama-sama sambil boleh lah ngopi-ngopi bareng. Tapi jika waktunya mepet, setiap pertemuan tidak perlu berlama-lama cukup datang dan laporan monitoring progress menulis kita saja. Kalau ada bandel, ya sudah kick aja dari group. Karena ‘penyakit’ dia bisa saja menular. Karena itu hati-hati dalam memilih teman untuk dimasukkan ke dalam group ini.

Selanjutnya Silvia menyampaikan beberapa tips untuk meningkatkan kemampuan menulis.
1.       Analisa masalah. Masalah utama bagi penulis yang buruk awalnya adalah ingin tampil sok pintar sehingga sering memilih kosa kata yang tampaknya sangat akademisi dan rumit. Padahal bisa jadi kata tersebut malah ambigu. Solusinya, ubah mental kita dulu, tujuan kita menulis adalah agar mudah dipahami oleh pembaca. Masalah kedua adalah academic writer tidak tahu bagaimana cara menulis. Solusinya, baca buku-buku tentang menulis. Di bagian akhir buku ini  Silvia memberikan daftar buku yang ia rekomendasikan untuk panduan menulis yang baik. Masalah yang ketiga adalah kebanyakan academisi tidak menghabiskan banyak waktu untuk menulis. Solusinya, patuhi jadwal menulis.
2.       Pilih kata-kata yang bagus. Tak jarang para academisi memilih kosa kata yang nampaknya lebih akademik tapi sebenarnya ambigu. Kemudian hindari kebanyakan akronim yang susah diingat, juga sebisa mungkin pilih kalimat yang OK misalnya dengan menghindari kata-kata very, quite, basically, actually, virtually, extremely, remarkably, completely, at all, dan seterusnya.
3.       Buat kalimat yang kuat. Manfaatkan berbagai tanda baca. Di sini Silvia memberi beberapa contoh kalimat dengan standar APA (American Psychological Association).
4.       Hindari kalimat pasif, to be ______ ive of, dan not. Contoh :
a.       To be indicative of = to indicate
b.      To be reflective of = to reflect
c.       To be supportive of = to support
d.      To be implicative of = to imply
e.      Ganti “not” dengan “miss___” karena banyak pembaca yang sering tanpa sengaja melewatkan “not” sehingga menyebabkan kesalahpahaman yang fatal
5.       Tulis dulu, revisi kemudian. Jangan menulis sambil revisi. Lebih efektif kalau tulis dulu semua baru nanti alokasikan waktu khusus untuk revisi.

Pada 2 bab berikutnya, Silvia mengkhususkan membahas tips untuk menulis artikel jurnal dan buku. Ketika menulis jurnal, diantara yang perlu diperhatikan adalah bagaimana membuat outline sebelum mulai menulis, menentukan judul dan menulis abstrak, pembukaan, metode, hasil, diskusi, diskusi umum (general discussion), dan referensi. Ada juga berbagai tips untuk submit manuskrip, memahami reviewers, re-submit manuskrip, dan apa yang harus dilakukan jika paper kita ditolak. Yang tak kalah susah sebenarnya adalah menulis review artikel. Kalau bahasa anak IM, resume lah. Yup, tidak banyak orang bisa meresume atau menuliskan kembali apa yang sudah dia baca. Di sini silvia sedikit memberi tips untuk menulis resume salah satunya mulai dengan menulis berbagai teori yang diajukan dari suatu paper.

Untuk menulis buku, ada beberapa langkah yang bisa dilakukan.
1.       Pilih co-author
2.       Buat ouline dari buku yang akan ditulis
3.       Mulai tulis secara kasar. Bisa dimulai dari yang paling tidak penting
Berikutnya ada tips bagaimana memilih penerbit dan membuat kesepakatan dengan hal-hal detail lainnya.
Akhirnya, pada akhir bagian, Silvia kembali memotivasi pembaca untuk menikmati jadwal menulisnya, less wanting more doing, dan mengingatkan kita kalau menulis itu bukan lintasan pacuan kuda. Jangan hanya publish paper hanya untuk menambah daftar paper. Jangan hanya menghitung berapa paper yang sudah kamu terbitkan tapi perhatikan juga motif dan tujuan hidupmu yang lain. Menulis cukup focus saja di jadwal menulis, kecuali benar-benar ada deadline. Nikmati akhir pekanmu, nikmati libur musim panasmu. Jadi, intinya nikmati hidupmu dan seimbanglah dalam menjalaninya.  

Judul buku          : How to Write a Lot: A Practical Guide to Productive Academic Writing
Penulis                : Paul J. Silvia, PhD
Penerbit              : APA Life Tools
Jumlah halaman   : 149 halaman (termasuk index dan biografi ringkas penulis)

- SNK -


HIDUP SEHAT UNTUK GOLONGAN DARAH AB




Penulis : dr. Christiara Dwi Septyaningsih dan Irmawan, S.Si.,Apt
Tebal buku : 201 Halaman



Diet termasuk salah satu usaha mengurangi porsi makan yg mengandung lemak maupun karbohidrat. Diet terdapat berbagai macam salah satunya diet golongan darah. Pada golongan darah AB memiliki beberapa penyakit yang sering diderita antara lain kanker, jantung, penyakit system saraf, penyakit komplikasi empedu dan hati, anemia, depresi, Alzheimer, dan Parkinson. Golongan darah AB memiliki makanan dan minuman yang bermanfaat. Contoh makanan antara lain roti, serealia, pasta, chery, cranberry, gooseberry, kiwi, jeruk bali, jeruk nipis, jeruk keprok, brokoli, bunga kol, daging domba, tuna, cod, telur ayam (putih saja), susu kambing, keju kambing, kacang navy, kacang merah, kacang kenari, dan lain-lain. Sedangkan, minuman yang bermanfaat antara lain jus kubis, jus wortel, jus seledri, jus mentimun, jus cherry, jus cranberry, jus anggur merah, jus papaya, the hijau, dan air putih. Selain itu suplemen yang bermanfaat antara lain chamomile, echinachea, licorice, gingseng, dan lain-lain.
 Makanan minuman yang netral pada golongan darah AB meliputi , gandum matzos, krim beras, krim gandum, granola, farina, bekatul gandum, gandum tumbuk, daging burung unta, ikan nila, telur puyuh, kacang polong, tepung gandum bulgur, minyak biji gandum, daun ketumbar dan lain-lain. Minuman yang netral meliputi (jus apel, sari apel, jus apricot, jus jeruk bali, jus jeruk limau, jus jeruk keprok, jus tomat, jus prunes, dan lain-lain.
 Makanan dan minuman yang harus dihindari pada golongan darah AB meliputi roti jagung, muffin jagung, cornflakes, cornmeal, kamut, kasha, tapioca, teff, bubur jagung, belimbing, jagung, kuda, kacang adzuki, ikan teri, minyak jagung, dan lain-lain. Minuman pada golongan darah AB yang harus dihindari antara lain  jus jeruk, jus jambu biji, jus lidah buaya, sirup jagung, dan lain-lain. Suplemen yang harus dihindari antara lain fenugreek, gentian, hops, linden, dan senna. Tips diet golongan darah AB antara lain mengatasi reaksi saat diet, menyiasati pantangan, cara mengolah bahan makanan, menyusun menu harian, dan olahraga yang cocok .
Berdasarkan pemaparan di atas buku ini masing kurang visualisasi dalam bentuk gambar. Karena pembaca akan bingung seperti apa bentuk makanan ataupun minuman yang harus dimakan di minum, karena tidak semua pembaca paham akan makanan dan minuman maupun suplemen. Selain itu buku ini cocok bagi yang menginginkan pola hidup sehat serta berdiet.

Peresume : DEWI W
Di atas bumi Allah, Pada 29 Agustus 2016.

PASSION – Ubah Hobi Jadi Duit

If there’s no passion in your life. have you really lived? Find your passion whatever it may be – T. Alan Armstrong (hlm.168)

Sebenarnya saya sudah mulai baca buku ini sejak setahun yang lalu, saat itu saya mulai ‘sedikit’ fokus di jalur bisnis. Tapi karena godaan novel-novel dan bacaan-bacaan lain yang kelihatannya lebih menarik akhirnya tertunda lama dan mau gak mau baca ulang dari awal hehe.
Passion adalah perasaan cinta yang menggebu-gebu dalam suatu aktivitas, yang memberi kita kepuasan pribadi ketika melakukannya. (hlm.21)
Beberapa faktor passion yaitu hobi, bakat, minat, kekaguman, dan yang paling penting antusiasme. Sesuai dengan judulnya, buku ini membimbing pembacanya untuk menemukan passion dalam hidupnya dan tahapan-tahapan yang bisa dilakukan untuk mencapai income alias duit dari jalur bisnis. Buku ini terbagi menjadi 7 bab tahapan yang disertai dengan ilustrasi kasus, motivasi, dan pertanyaan-pertanyaan yang biasa ditanyakan dalam seminar bisnisnya. Lebih rincinya akan saya bahas sedikit per babnya;

Bab 1 Passion
Di tahapan ini penulis memberikan beberapa petunjuk untuk menemukan passion diantara hobi dan aktivitas-aktivitas yang kita sukai. Tapi ditegaskan bahwa tidak semua hobi merupakan passion yang tepat buat kita, misalnya hobi kita makan bakso tapi kita tidak ada minat untuk terlibat dalam proses pembuatan dan penjualannya maka itu jelas bukan passion kita. Jika ingin menentukan passion dari hobi, carilah hobi yang tidak hanya enjoy untuk dilakukan namun juga produktif. Jika sudah ketemu luangkan waktu untuk menggali dan mengembangkan passion tersebut 1-2,5 jam sehari. Siang kerja? bisa malam hari.

Bab 2 Tiga Jalan Kaya
Setelah kita menemukan passion kita, penulis mengajak kita untuk menentukan 3 jalur sukses yang bisa kita raih yaitu jalur akademis, professional mandiri, dan jalur bisnis. Ternyata penulis tidak memaksa kita untuk jadi pebisnis saudara-saudara tapi kita bisa menyesuaikan mana jalur yang cocok untuk kita, dilihat dari sifat/gaya pekerjaan, jenis/sifat income, dan tentu saja resikonya. Terus jalur apa yang pas buat saya? Nilai sendiri pribadi kamu, mana yang lebih disukai income aman atau berisiko? kerja agresif atau pasif? suka kuliah atau bersosialisasi. Tiap orang beda.

Bab 3 Bidang Pilihan
Pada bab ini penulis menceritakan asal muasal berdirinya Starbucks. Bermula dari Alfred Peet yang cinta dengan ‘kopi’ namun ketika ia pindah di Amerika, ia tidak bisa menemukan kualitas kopi yang menurutnya baik. Hal inilah yang mendorongnya untuk membuka toko kopi. Kemudian ia berkenalan dengan 3 orang pecinta kopi lainnya dan mereka mendirikan jaringan toko retail dan biji kopi yang kemudian dikenal dengan nama ‘Starbucks’. Kemudian salah seorang dari mereka, Howard, mempunyai arah berbeda dan ingin menjadikan Starbucks sebagai café atau restoran, ide ini ditolak dan akhirnya ia dan teman-temannya meraih keberhasilannya masing-masing. Peet dkk sukses menjalankan toko biji kopi dan peralatannya dengan nama ‘Peet Coffee and Tea’ dan Howard sukses dengan café Starbucks nya yang tersebar di seluruh dunia. Dari kisah ini bisa kita liat, Passion mereka? kopi. Jalur yang dipilih? bisnis. Bidang pilihan? berbeda beda. Tidak ada yang benar atau salah dalam passion, semua kembali pada pilihan kita masing-masing.

Bab 5 Dua Dunia
Setelah di bab-bab sebelumnya penulis mengajak kita untuk fokus ke passion dan mungkin meninggalkan pekerjaan yang jelas-jelas tidak kita sukai. Di bab ini penulis mengajak kita untuk kembali bersikap realistis. Yes. Resign dari pekerjaan yang ada saat ini mungkin bukan pilihan yang perlu dilakukan sekarang. Kenapa? selain karena kita punya kebutuhan hidup yang harus dipenuhi dulu, pekerjaan yang kita miliki saat ini bisa jadi aset kita untuk berproses, yaitu dengan mentransfer income menjadi modal dan mentransfer jaringan kerja menjadi rekan atau calon customer kita. Ingat, berani berbeda dengan gegabah. Jangan terburu buru, nikmati dulu prosesnya.

Bab 6 Mentor
Saya tidak akan banyak menjelaskan tentang mentor, tapi di bab ini intinya menjelaskan bahwa kita tidak akan pernah punya waktu yang cukup untuk mengalami semuanya baru bisa mengambil keputusan. Kita harus bekerja lebih cerdas, yaitu belajar dari pengalaman orang lain dan siap-siap sebelum mengalaminya sendiri. Maka dari itu kita perlu menemukan mentor buat membimbing kita. Ya gak?

Bab 7 Tindakan Nyata
Dari semua tahapan, inilah tahapan yang paling menentukan. Action. Yaiyalah. Tapi tenang, penulis masih memberikan langkah-langkah untuk memulai aksi yang nyata, yaitu mulai dengan menentukan visi atau impian terbesar kita sebagai target jangka panjang kemudian diturunkan menjadi target-target jangka pendek sampai dengan target yang paling mudah untuk diraih saat ini. Selain itu, di bab ini juga memberikan tips-tips untuk mengembangkan diri menjadi seorang yang spesialis dibidangnya.

Akhirnya, saya merasa buku ini wajib dipunyai siapapun yang mau mengembangkan passionnya di jalur bisnis. Bahasa yang digunakan penulisnya cukup runtun, padat, dan juga memotivasi pembaca untuk tidak sekedar baca tapi juga mempraktekkan ilmunya. Ditambah lagi, penulis memberikan passion worksheet di halaman terakhir untuk bisa diisi dan dijadikan mind mapping untuk passion kita.

Penutup dari saya, uang dan kesuksesan yang kita peroleh datangnya bukan dari bekerja, namun dari Allah. Bekerja siang malam adalah bentuk ikhtiar dan usaha kita. Lalu bertawakallah kepada Allah. Rezeki yang diperoleh telah ditetapkan dan ditulis di lauhul mahfuz. Namun Allah akan menilai kesungguhan kita dan membalasnya sesuai usaha kita. Gantungkan hati ini pada Allah, maka kita tidak akan pernah kecewa, jika berharap pada buku atau mentor yang hebat bersiaplah untuk kecewa.

Judul buku                   : PASSION – Ubah Hobi Jadi Duit
Nama Penulis               : Dedy Dahlan
Penerbit                       : Elex Media Komputindo
Tahun Terbit                : 2010
Jumlah Halaman          : 195 halaman

Bandar Lampung, 31 Agustus 2016
Mustika Rizky Amalia

HARRY POTTER AND THE CURSED CHILD

Hogwarts will always be there to welcome you home, mungkin kalimat ini tepat menggambarkan betapa bahagianya perasaan para Potterphile di dunia akan datangnya Harry Potter ke-8 atau Harry Potter and The Cursed Child. Buku yang membutuhkan PO, kegalauan dan penantian panjang akhirnya datang di tangan di minggu pertama agustus. Sampai rumah langsung baca, tapi bacanya pelan-pelan karena gak mau cepat selesai, kalau terlalu cepat nanti rindu lagi hehehe.

JK. Rowling mentepati janji saat premiere Harry Potter ke-7 untuk menulis satu buku terakhir. Harry Potter kali ini sungguh spesial karena bukan cerita seperti buku kebanyakan, buku ini tepatnya adalah script theater yang dibuku-kan, jadi isinya dialog yang berisi percakapan dengan gambaran  screenplay dan dibagi menjadi 2 part. Akhirnya, lewat buku ini kita jadi tahu bagaimana script theater atau film dan buku ini masih berbahasa Inggris, kabarnya Gramedia  segera menerjemahkan dan akan di diterbitkan tahun depan.

Buku setebal 343 halaman ini disajikan dengan cover hitam dan sampul bergambar seorang anak yang diselubungi kegelapan. Menceritakan 19 tahun kemudian dari kejadian terakhir perang melawan Lord Voldemort. Memfokuskan Harry dan Ginny yang mempunyai 3 anak, James Sirius, Albus Severus dan Lily Luna serta keluarga Ron, Hermione dengan kedua anaknya Rose dan Hugo. Lalu tak kelupaan Draco Malfoy beserta isterinya, Astoria dan seorang anak Scorpius yang sangat jauh bedanya dengan sifat Malfoy pada umumnya. 

Seperti kalimat terakhir “all was well” memang semua terlihat baik-baik saja pada awalnya, sampai akhirnya tiba anak tengah Harry, Albus untuk memasuki hari pertamanya di Hogwarts, khawatir akan dirinya yang akan masuk Slytherin karena namanya diambil dari salah satu guru yang pernah di Slytherin, Severus Snape, Harry meyakinkan bahwa topi pemilihan akan menentukan sesuai hati, seperti Harry dulu saat tahun pertamanya. Namun, takdir berkata lain, Albus masuk ke asrama Slytherin dan malah berteman baik dengan Scorpius Malfoy.

Hari-hari dijalani oleh Albus, tetapi karena dia seorang anak Potter, banyak harapan yang diharapkan oleh professor kepadanya di sekolah. Sayangnya, walau membawa nama Potter, Albus jauh dari harapan, dia bahkan tak bisa menaiki sapu terbang, tak pandai di sekolah dan terlalu kelam. Dengan semakin akrabnya Albus dan Scorpius, Rose tidak mau berteman dengan Albus lagi dikarenakan semua orang menduga bahwa Scorpius adalah anak Voldemort dan bukan anak Malfoy dan ini  membuat Astoria stres, sakit-sakitan lalu meninggal, Draco yang terlihat ceria kembali menjadi kelam karena kematian isterinya dan semakin membuatnya jauh dari Scorpius.

Kembali ke trio, Ron kini menjalankan toko mainan Fred dan George, Hermione menjadi menteri sihir serta Harry menjadi Kepala Departemen Pelaksanaan Hukum Sihir. Konflik permasalahan dimulai karena pemutar waktu yang dulu pernah dipakai Hermione saat di tahun ketiganya agar dapat mengikuti semua pelajaran di sekolah ternyata belum dihancurkan dan diketahui oleh publik. Amos Diggory, ayah dari Cedric Diggory mendatangi Harry di tengah malam untuk meminta Harry menggunakan pemutar waktu dan kembali menyelamatkan Cedric dari serangan Voldemort pada malam ujian terakhir Triwizard. Mendengar ayahnya tak dapat mengabulkan permintaan Amos, Albus menganggap ayahnya seorang yang jahat dan tidak berkemanusiaan. Hubungan Harry dan anak tengahnya itu semakin tidak baik. Bahkan, saat Harry memberikannya jaket yang paling berarti, satu-satunya peninggalan dari Ibunya sewaktu bayi, ditolak mentah-mentah oleh Albus karena menurutnya itu hadiah yang tidak berguna dan merasa Harry pilih kasih karena kakanya, James mendapatkan jubah gaib dan Lily mendapatkan sayap yang berguna dan  Harry tak sengaja berbicara bahwa dia berharap Albus bukan anaknya.

Kembali ke Hogwarts dengan kemarahan, Albus berencana kabur dari kereta dan pergi untuk mengunjungi Amos bersama Scorpius dan membantunya mencuri pemutar waktu untuk kembali ke masa lalu dan menyelamatkan Cedric. Dibantu oleh Delphi yang mengaku sebagai suster serta keponakan dari Amos, mereka berhasil mencuri pemutar waktu dari kantor Hermione dengan ramuan Polyjuice. Berangkat dengan tekad kuat, Albus dan Scorpius pergi ke malam Cedric dibunuh, namun tentu saja semua tak berjalan lancar dan malah membuat mereka mengacaukan waktu. Mereka terus memutar waktu saat kejadian tak terkendali dan semua semakin tak kacau saat Scorpius terdampar sendirian di danau, ketika tubuhnya diangkat dari danau, ternyata zaman  semakin parah karena Voldemort masih hidup dan berkuasa, bahkan Harry mati di hutan terlarang saat peperangan, Dolores menjadi kepala sekolah, Snape hidup dan Scorpius dipuja-puja oleh seluruh sekolah. Scorpius dibantu oleh Snape, Hermione dan Ron (yang saat itu hidup dan dalam pelarian), untuk memutar waktu kembali. Awalnya Snape tidak percaya sampai akhirnya Scorpius mengatakan satu rahasia yang tidak diketahui siapapun yaitu Snape yang mencintai Lily, Ibu Harry. Saat bertemu kembali dengan Albus, mereka berdua memutuskan untuk menyudahi semuanya dan tidak akan pernah menggunakan pemutar waktu lagi, ternyata pemutar waktu hilang dan jatuh ke tangan yang salah.

Konflik terus berlanjut, namun semakin membaca, jujur aja malah semakin rindu. JK. Rowling, bersama Jack Thorne dan John Tiffany berhasil mengaduk-aduk emosi para penggemar. Menceritakan anak-anak Hogwarts, Neville yang sekarang menjadi Professor Herbologi, kebijaksanaan Ginny sebagai seorang ibu, kekuatan sahabat antara trio dan Draco yang berbeda 100% dari sebelumnya. JK. Rowling dkk tetap menguatkan unsur persahabatan dan ini diperlihatkan oleh hubungan antara Albus dan Scorpius. Fakta-fakta yang masih tersembunyi banyak dijelaskan di buku ini seperti contohnya kalau Madam Trolli di kereta ternyata sudah hidup ratusan tahun. 

Buku ini memuaskan secara hati dan mengempiskan dompet :p but so far, untuk para penggemar, seri terakhir ini sangat cocok dibaca karena reading Harry Potter and The Cursed Child feel like meeting an old friend or like coming home after a looooooooong journey. So once again, JK. Rowling taught us that the darkness comes from ourselves and the most danger in this life is loneliness. So, don’t ever lose of love and trust, because that is the only thing will help us J


JUDUL                   : HARRY POTTER AND THE CURSED CHILD
PENULIS               : JK. Rowling, John Tiffany and Jack Thorne
PENERBIT            : Little, Brown
HALAMAN          : 343 Halaman

- Vanda Deosar -

Bersiap Menjadi Pemimpin Serba Tidak Menentu Change Leadhership Non-Finito






Masa depan ada pada pemimpin yang mampu mengubah tantangan menjadi kesempatan. Dinamika kepemimpinan selalu ada. Berubah dan berkembang. Modal kepemimpinan tidak bisa tetap. Banyak seorang pemimpin yang hebat melakukan perubahan yang bermanfaat bagi masyarakat banyak. Namun tidak selalu selesai hingga akhir. Sebab kehidupan terus berjalan. Pemimpin yang baik pun tidak selalu selesai mengakhiri kepemimpinannya.
Inilah yang dimaksud oleh Rhenald Kasali, melaluibukunya “Change Leadhership Non-Finito”. Secara ringkas artinya kepemimpinan yang tidak selesai. Yah. Karya-karya atau mimpi-mimpi pemimpin yang tak selesai (non-finitp) karena beragam alasan diantaranya kekurangan biaya, kurangnya dukungan pemerintah pusat, hambatan dari parlemen ketidakpastian perekonomian dunia, atau habis waktu.
Di buku ini Rhenald Kasali memaparkan contoh beberapa pemimpin yang hebat namun pekerjaannya belum selesai.
Pertama, Tri Rismaharini. Pernah mengungkapkan mimpinya yang belum selesai. “Saya masih ingin semua warga Surabaya dapat mandiri secara ekonomi. Di hari tua seharusnya warga tidak bergantung pada orang lain karena sudah mempunya uang pensiun. Apapun usaha warga, saya ingin mereka dapat uang pensiun. Ini sedang saya kerjakan, tetapi butuh proses. Salah satunya dengan membangun sentra PKL”. (halaman 25)
Kedua, Sutiyoso pernah berangan-angan Jakarta bebas macet. Jakarta mempunyai sistem transportasi massal terintegrasi untuk mengatasi kemacetan. Ada empat moda transportasi massal: busway, monorel, mass rapid transit (MRT), dan water way. Tetapi sejak jabatannya berakhir hingga hari ini, hanya bus way yang beroperasi. Sementara yang ditunggu warga, monorel, malah mangkrak.
Sudah habis biaya banyak. Pekerjaan tidak rampung. Jerih pembangunan tiang-tiang monorel masih mangkrak. Benar. Kalau kita berjalan-jalan ke Jakarta bisa kita saksikan tiang-tiang jalan layang dan tiang-tiang beton yang menjulang kesepian.
“Perubahan” adalah kata yang sering diucapkan oleh hampir setiap calon pemimpin baik itu pemimpin partai, pemimpin daerah, pemimpin institusi dan pemimpin organisasi. Menggeluti sebagai change leader sudah pasti ada risiko yang harus dihadapi. Celakanya kita hidup di era serba instan dimana semua orang ingin pemimpin bisa memberi hasil yang instan. Ingin segera mendapatkan hasil berupa rupiah menguat, ekonomi membaik, kemiskinan pupus, dan prestasi-prestasi meningkat.
Perubahan orientasi change leader perlu dilakukan untuk kepemimpinan yang berhasil. Beralih dari program-program yang membuahkan hasil dengan cepat dan terlihat publik kepada orientasi jauh ke depan. Beralih dari kebijakan populis kepada proses dan perjuangan. Beralih dari mengharapkan pujian dan kekaguman kepada menghadapi tekanan dan cemoohan.
Beralih dari kepemimpinan yang tidak banyak tantangan kepada kepemimpinan yang berliku dan penuh hambatan. Dari kepemimpinan yang penuh kepastian kepada kepemimpinan yang menghadapi persoalan ketidakpastian.
Buku ini juga menjelaskan bahwa kepemimpinan jangka panjang belum tentu memberikan hasil yang menyenangkan dalam jangka pendek. Terutama Indonesia yang sedang berada dalam kondisi krisis, tidak bisa mengandalkan perubahan dengan lompatan-lompatan jangka pendek.
Sepulun Tahun, Dua Perubahan
Dalam buku ini Rhenald Kasali membandingkan antara dua presiden Indonesia, yakni Gus Dur dan SBY. Dimana keduanya terdapat 2 perbedaan besar.
Gus Dur memerintah hanya 2 tahun. Tapi menghasilkan 10 perubahan (membubarkan departemen Penerangan dan Departemen Sosial, membangun kementerian HAM, mereformasi TNI, menggilir jabatan panglima TNI, mengganti nama Irian menjadi Papua, menghapus larangan tradisi budaya Tiongkok, dan menjadikan imlek sebagai hari libur Resmi). (Dua lainnya tidak saya tulis, karena memang saya tidak sepakat dengan itu).
SBY memerintah 10 tahun, tapi hanya menghasilkan 2 perubahan (perdamaian di Aceh dan konversi minyak tanah ke LPG). Sebenarnya SBY banyak program yang bisa digulirkan, tetapi banyak yang mendapat tantangan dan reaksi dari publik seperti pengurangan subsidi BBM.
SBY lebih memilih mengalah dan kompromi. “Saya tidak ingin konflik semakin menjadi-jadi. Benturan politik dapat membawa kita persis 10, 11, 12, 13 tahun yang lalu...”.
Ancaman Bagi Pemimpin Perubahan
Seperti Gus Dur, pemimpin perubahan selalu mendapat ancaman baik dari kalangan internal maupun kalangan eskternal. Umumnya mereka terdiri dari 2 kelompok. Pertama, yang sejak awal menjadi lawan politiknya. Kedua, kelompok yang merasa posisi atau kenyamanannya bakal terganggu akibat adanya perubaan yang dilakukan oleh sang pemenang.
Awang Faroek pernah mendapat cibiran, “Pikirannya ada di awang-awang. Programnya tidak bisa dieksekusi. Hanya mimpi”. Kebanyakan orang yang tidak sepaham dan sepakat dengan pemimpin biasanya malah berbicara ke media. Bukan mengkritisi langsung ke sang pemimpin. Akibatnya isu semakin meluas. Fitnah semakin menyebar.
Dekat Dengan Rakyat
Modal sosial yang sangat penting bagi seorang pemimpin adalah kedekatan dengan rakyat. Jokowi terpilih sebagai presiden ke-7 berkat kedekatannya dengan rakyat. Melalui blusukan, Jokowi menyapa rakyat. Tidak segan, Jokowi melayani rakyat yang selfie dengannya. Sebuah fenomena yang jarang dilakukan oleh pemimpin-pemimpin sebelumnya. Jokowi hadir sebagai antitesa pemimpin yang eksklusif.
Saat pemimpin menjauh dari rakyat, saat itulah dia menjadi penguasa. Bukan lagi pemimpin. Penguasa itu berjarak dengan rakyat. Bahkan menjauh. Padahal seorang pemimpin itu  harus dekat dengan rakyat. Merasa bagian dari rakyat.
Dengan kesiapan sikap dan perilaku, pemimpin akan mampu mengubah ketidakpastian menjadi peluang. Faktor SDM, manajerial, dan leadership merupakan faktor krusial dalam pengembangan organisasi. Pemimpin dan SDM adalah ‘bahan bakar’ penggerak organisasi. Menempatkan orang yang tepat akan menjadi kunci keberhasilan eksekusi.
Pemimpin perubahan juga tidak serta merta menerapkan atau menggunakan format baru. Ini seperti yang dicontohkan oleh Awak Faroek dengan mempertahankan pejabat-pejabat karier yang memang kompeten untuk menduduki jabatan tersebut demi mewujudkan visi besarnya. Begitu juga bila ada lawan politiknya yang dianggap kompeten, Awang akan merangkul dan memberinya posisi yang pas. Bukan sekedar asal taruh sebagai ungkapan terima kasih.
                Ada beberapa nama yang sering dibicarakan di dalam buku ini diantaranya Awang Faroek, Tri Rismaharini, Joko Widodo, Gandjar Pranoto, Basuki Tjahaja Purnama, dan SBY. Dan banyak teori leadership yang disematkan atau dicontohkan kepada nama-nama tersebut. Nama Awang Faroek sering disebut sebab ternyata beliau adalah teman Rhenald Kasali.
“Teman saya memang ada di semua lapisan. Saya berteman ke atas OK. Ke tengah OK. Bahkan ke bawah OK. Sebab saya tidak pernah membeda-bedakan orang. Dari latar belakang keluarga mana, suku apa dan apa agamanya. Termasuk apakah dia kaya atau miskin. Semua teman saya. Alhamdulillah dari dulu sampai sekarang saya tidak membuat semacam jurang pembatas dengan mereka. Itulah mengapa saya sering menyebut saya ini pandai bergaul dan mudah akrab dengan siapa saja” urai Awang Faroek.
Dibagian akhir buku, Epilog Change Leadership Never Stop, Never Quit, beberapa nama inspirator perubahan dikatakan oleh Rhenald Kasali, diantaranya Galileo Galilei, Mahatma Gandhi, Nelson Mandela, dan Albert Einstein.
Rhenald Kasali memberikan catatan diakhir bukunya. Pertama, kalau Anda berpikir dengan matinya tokoh-tokoh tadi berarti mati pula gerakan perubahan yang mereka tawarkan, salah besar. Sebaliknya, gerakan perjuangan mereka malah menyebar menjadi virus yang menyebar kemana-mana. Gagasan, pemikiran, dan semangat mereka masih hidup, bertahan, dan relevan hingga saat ini dan masa akan datang.
Kedua, kalau Anda berpikir bahwa tokoh perubahan akhirnya harus mati, Anda salah. Kesannya, perubahan itu berbahaya sekali. Iya perubahan itu tidakmudah. Tetapi juga tidak benar kalau biaya untuk perubahan harus sebesar itu.
Membaca buku ini sangat bermanfaat bagi kita yang menekuni dunia kepemimpinan. Sebetulnya kita semua adalah pemimpin. Rhenald Kasali sangat menguasai tentang ini. Beliau adalah guru besar Universitas Indonesia yang sudah berpengalaman dalam merekrut atau melakukan test and proper tes sejumlah petinggi lembaga di Indonesia. Tapi dengan isi buku yang tebal ini menuntut ketelatenan dan kesabaran untuk membacanya.
Kisah-kisah para pejabat di Indonesia pada akhir-akhir ini membuat kita tidak bosan membacanya. Ada pengalaman dan kasus nyata. Menjadikan kita berkaca pada fenomena kepemimpinan yang terjadi.
Judul Buku                          : Change Leadership Non-Finito
Penulis                                 : Rhenald Kasali
Penerbit                              : Mizan, Bandung
Jumlah hal                           : 376 halaman
Tahun Terbit                      : 2016
Peresume                           : Supadilah