Rabu, 15 Februari 2017

Umrah Backpacker

Alhamdulillah ala kulli hal atas nikmat kesehatan dan waktu luang untuk bisa memperpanjang nafas di grup IM. Saya agak rancu ketika akan memasukkan buku ini di kategori buku “Agama Islam” mengingat isinya bukan tentang tata cara pengerjaan umroh ataupun doa-doa yang dibacakan ketika umroh di tanah suci. Buku ini berbeda dari lainnya karena isinya lebih kepada menjawab “Bisa gak sih umroh tapi ala backpacker-an? Biar murah dan gak harus nunggu kaya dulu gitu”. Eitts, tunggu dulu, ternyata syarat utama berangkat haji dan umroh bukan nunggu kaya, tapi nunggu kita mampu, mampu dalam artian mampu secara dana, fisik, dan mental. Mampu secara dana pun bukan berarti harus punya rumah dulu, punya mobil dulu, atau punya gaji dua digit. Syarat wajibnya tenyata adalah NIAT.
Diawal buku ini, penulis menceritakan seorang supir angkutan yang biasa dipanggil pak haji karena ternyata sudah pernah berhaji. Dilihat dari penampilannya sih biasa saja, hidupnya pun sederhana dan bersahaja, lalu apa yang bisa membawanya berangkat ke tanah suci? Disaat orang lain yang punya uang cukup pun masih harus antri beberapa hingga belasan tahun untuk bisa berhaji. Ternyata kuncinya adalah niat dan ikhtiar. Karena niatnya untuk berhaji sudah bulat, maka ia mendaftarkan dirinya untuk menjadi TKI di Arab Saudi sehingga punya kesempatan untuk menunaikan ibadah haji. Man jadda wajada, sesiapa yang bersungguh-sungguh pasti akan berhasil. Akhirnya beliau melalui ikhtiar terbaiknya bisa menyempurnakan rukun islam ke-5, berhaji. Lalu sudahkah kita mempunyai niat dan ikhtiar untuk bertamu ke Baitullah?
“Jarak ke Mekkah tidak akan berubah bila kita tidak melangkah” (hlm. 4)
Backpacker adalah seorang traveler mandiri yang artinya mempersiapkan detail perjalanannya mulai dari transportasi, akomodasi, itinerary, makan, dan teknis perjalanannya secara mandiri atau tidak bergantung pada travel agent tertentu. Selain itu, wanita dibawah 45 tahun tidak bisa memasuki Arab Saudi tanpa didampingi oleh mahromnya. Lalu apakah bisa umroh dilakukan secara mandiri alias backpackeran ? Jawabannya tidak bisa. Mengapa? Karena prosedur mengunjungi Arab Saudi tidaklah semudah negara lainnya seperti Malaysia misalnya, diperlukan visa yang hanya dapat diajukan oleh provider visa, yaitu travel agent yang ditunjuk oleh pemerintah Arab Saudi di Indonesia. Provider visa inilah yang nantinya bertanggung jawab atas keberangkatan jamaah keluar-masuk Arab Saudi. Jika jamaah ada yang bermasalah selama di Saudi, maka provider visa dapat dikenai sanksi yang berlaku. Lalu bagaimanakah caranya mensiasati supaya kita bisa berangkat umroh tapi dengan harga yang miring alias murah?
Didalam buku ini dijelaskan tentang bagaimana caranya mengatur sendiri paket umroh supaya lebih murah namun tetap bisa berkonsentrasi beribadah dengan efektif dan efisien tentunya secara berjamaah (sendiri-sendiri tetep gak disarankan ya). Caranya dengan membentuk grup umroh sendiri yang walaupun gak backpacker-backpacker amat tapi tetap bisa murah.  Hal-hal yang perlu dipersiapkan diantaranya:
1.        Niat. Klise tetapi penting, jangan sampai kita menjadi lupa bahwa tujuan keberangkatan adalah untuk menyempurnakan ibadah kita bukan sekedar jalan-jalan biasa.
2.        Memesan pesawat secara berkelompok (group booking) untuk tanggal dan jam yang sama tentunya. Untuk memperoleh tiket yang murah sebaiknya dipersiapkan sejak jauh-jauh hari.
3.        Memilih LA (Land Arrangement). LA disini maksudnya adalah akomodasi selama kita di tanah suci, ini salah satu yang dibahas penulis tentang konsep backpacker, karena sebagian besar (tidak semua) provider visa bersedia untuk mengeluarkan visa tanpa jaminan bahwa yang bersangkutan akan kembali ke Indonesia sesuai waktu yang direncanakan, bagaimana jika mereka tiba-tiba inginkan extend? Bagaimana jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan selama di tanah suci? Nah oleh sebab itu, biasanya provider visa ini hanya menerima aplikasi visa jika jamaah menggunakan paket LA tersebut. Jadi lebih mudah dimonitor dan jamaah tidak terpencar. LA mencakup pemrosesan visa, penjemputan dan pemulangan di bandara, hotel, catering, transportasi selama di Saudi untuk perpindahan jamaah di tiga kota utama seperti Jeddah-Madinah-Mekkah, serta perlengkapan lainnya seperti kain ihram, koper (jika ada), buku panduan umroh, dan lainnya.
4.        Mempersiapkan manasik. Jika kita menggunakan travel agent tentunya ini sudah termasuk dalam paket, namun lain ceritanya dengan umroh backpacker. Manasik adalah pelatihan dan workshop tentang tata-cara pelaksanaan haji/umroh. Sebelum berangkat umroh, sangat disarankan bagi jamaah untuk mempelajari tata-cara dan hal-hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan selama umroh karena ini penting dan juga menentukan kualitas ibadah kita nantinya, jangan sampai ibadah yang telah dipersiapkan jauh-jauh hari ternyata tidak maksimal, jangankan mabrur, benar saja belum tentu. Manasik dapat dilakukan dengan mengundang ustad di masjid atau lokasi lainnya yang biasa digunakan untuk manasik (wisma haji misalnya).

Buku ini cukup lengkap membahas tentang teknis untuk membentuk grup umroh secara mandiri bahkan pemilihan maskapai dan perhitungan biaya seperti LA cukup detail dijelaskan secara transparan sehingga kita bisa mengetahui dan mempelajari tentang seluk-beluk travel umroh di Indonesia. Penulis menjabarkannya dengan bahasa yang renyah dan mudah dimengerti serta tidak ada yang ditutup-tutupi, walaupun saya yakin salah satu dari penulis saat ini bekerja di bidang yang berkaitan dengan travel umroh. Akhir kata, semoga bermanfaat dan menjadi pemicu semangat untuk kita semua meluruskan niat dan ikhtiar untuk bisa memenuhi panggilan Allah ke tanah suci. Aamiin.

Judul buku : UMROH BACKPACKER
Nama Penulis : Elly Basrah Lubis & Eva Yahya Zubaidi
Penerbit : Grasindo
Tahun Terbit : 2015
Jenis buku : Agama Islam
Jumlah Halaman : 115 halaman


0 komentar: